webnovel

Bastard and Cold Devil

[Khusus 21+] Erick Thompson adalah manusia paling jahat di dunia ini. Mungkin, Xavier si pembunuh berantai saja tidak bisa menyaingi kejahatannya. Karena bahkan, psikopat seperti Xavier saja tidak pernah menyiksa istrinya seperti apa yang dilakukan Erick. Ariella Seraphine adalah wanita yang paling baik dan paling setia hingga akhir hayatnya. Dan Erick terlambat menyadari bahwa Ariel adalah wanita terbaik yang hadir di hidupnya. Erick bahkan menunggu kematiannya demi bertemu Ariella. Namun ternyata, Tuhan masih ingin menghukumnya. Erick hidup kembali 5 tahun sebelum kematiannya Ariella. Dan sialnya, Erick sudah melakukan banyak penyiksaan pada Ariella selama 3 tahun setelah pernikahannya. Rasa sakit yang ditimbulkan oleh kematian Ariella membuat Erick ingin Ariella bahagia. Namun memperbaiki kesan Ariella padanya tidak semudah itu. Erick sudah terlalu banyak menyakiti Ariella dan sangat sulit untuk membuat Ariella berbahagia karena Erick.

MadeInnEarth · Teen
Not enough ratings
40 Chs

Devil 23 : Namanya Feli

Alarick : Ya. Aku tau aku yang paling laknat. Seharusnya aku yang di suntik mati bukan Kakek. Hey kau penulis cerita ini, jika nanti aku tidak muncul lagi, katakan pada pembacamu jika aku sedang merajuk. Bye! Jangan lupa klik bintang murahan itu.

Today is D'Day.

Hari ini adalah hari pernikahan Valerie dan Alarick.

Valerie menatap tampilannya di cermin rias. Wajahnya datar tanpa senyum dan mata yang menatap kosong pada dirinya sendiri. Dia kemudian menghela napas panjang dan menundukkan kepalanya. Ada rasa tidak percaya dan tidak rela dalam hatinya saat ini.

Tidak percaya jika suaminya adalah Bossnya sendiri yang brengsek.

Dan tidak rela karena harus memiliki suami yang merupakan bossnya sendiri yang brengsek.

Sama saja? Ya karena Valerie belum menemukan hal bagus lainnya dalam pernikahan ini selain membahagiakan orang yang membuat Valerie bahagia.

Pintu ruang rias pun terbuka. Terlihatlah Felix yang sedang menyeringai senang menatap Valerie. "Halo, calon istri sahabatku. Aku adalah drivermu hari ini." Katanya.

Valerie menatap datar pada cermin, kemudian berdiri dari duduknya dengan bahu yang merosot lemas. Dia menghampiri Felix dengan langkah yang diseret.

"Ayo dong sayang, kenapa wajahmu ditekuk begitu? Tidak ingin menikah dengan Alarick? Kau ingin aku membawamu kabur?" tanya Felix jahil.

"Haha. Anda lucu sekali." Kata Valerie datar.

Felix tertawa. Dia membukakan pintu untuk Valerie keluar karena saat ini Valerie mengenakan gaun yang sangat panjang hingga lantai pun tersapu gaunnya.

"Jangan cemberut begitu, sayang." Kata Felix dengan senyum lebar. Dia berjalan di samping Valerie. "Pernikahan ini akan sempurna untukmu. Kau menikahi bosmu. Pernikahanmu mewah. Riasanmu dan perhiasan yang kau pakai sekarang sangat mahal. Dan tentu saja, pernikahan semewah ini tidak akan kau dapatkan jika tidak menikahi Alarick. Dan tambahan, tapi ini rahasia ya! Alarick sebenarnya sangat mencintaimu, Valerie."

Valerie menghentikan langkahnya seketika. Dia menghadap Felix dengan tatapan tajamnya yang menghunus. "Mencintai saya?" tanyanya dengan tawa sinis. "Mencintai tubuh saya, maksudnya? Anda tahu sendiri jika teman Anda sangat terobsesi pada tubuh saya dan sangat ingin meniduri saya. Satu-satunya motivasi dia untuk menikahi saya adalah karena tubuh saya. Tidak ada yang lain, apalagi cinta. Saya mungkin orang kelas bawah daripada Anda-Anda semua. Namun, saya lebih memilih orang kelas bawah daripada memiliki kemewahan semu tanpa kebahagiaan dan cinta. Yang kalian tahu hanya membeli seseorang dengan uang dan kekuasaan!"

Felix ikut terdiam seketika melihat kemarahan dari diri Valerie. Felix menelan ludahnya susah payah dengan pelan. "Aku memiliki buktinya, Valerie. Alarick mencintaimu walaupun dia tidak menyadarinya." Katanya lembut. "Dia posesif padamu, bergairah disebabkan selain tubuhmu dan—"

"Saya pun punya buktinya! Sahabat tersayang Anda itu, hanya membeli saya dengan uang dan kekuasaannya. Dan apakah Anda tahu janji pernikahan yang dia ajukan itu apa? Dia tidak menginginkan bayi dari saya! Dia bahkan mengatakan jika janin itu sudah terlanjur tumbuh di rahim saya, saya harus menggugurkannya! Apakah itu sudah cukup sebagai bukti yang kuat?" Valerie memberikan tatapan sayunya sebelum berbalik dan berjalan terlebih dahulu meninggalkan Felix yang terdiam.

Sedangkan Felix terdiam syok di tempatnya. Dia menatap punggung Valerie yang semakin menjauh. "Alarick, kau benar-benar mencintainya, rupanya? Kau sudah di luar batasmu, Al."

***

Sampai di depan gereja, Valerie turun dan disambut dengan senyum lebar Mr. Damian yang berdiri di pinggir jalan, menunggu Valerie. Mr. Damian mengulurkan lengannya yang terlipat, dan Valerie membalas senyum lebar Mr. Damian dengan senyum tipisnya lalu melingkarkan tangannya di lengan Mr. Damian, membiarkan Mr. Damian menggandengnya hingga ke altar.

"Kenapa Anda berada di sini, Sir? Anda seharusnya tetap berada di rumah sakit." Kata Valerie saat mereka mulai berjalan masuk ke dalam gereja.

"Dan melewatkan upacara pernikahan cucu dan cucu mantuku? Apa kau bergurau?" tanya Mr. Damian sambil terkekeh.

"Saya tidak bergurau. Anda harus sehat terlebih dahulu."

"Percayalah, sayang, kebahagiaan ini akan menjadi obat penyembuh yang paling mujarab."

Pintu gereja pun di buka. Seketika rasa gugup menjalar dalam sekujur tubuh Valerie. Napasnya tersendat pelan dan pipinya terasa memerah. Kaki Valerie terasa lemas saat berjalan. Sekarang, ia mengerti kenapa untuk menghampiri altar, pengantin wanita harus memegang tangan wali. Karena sungguh, jantung Valerie berdegup begitu kencang saat matanya bertemu pandang dengan mata Alarick yang balas memandangnya tanpa kedip.

Valerie, untuk pertama kalinya, mengakui jika Alarick sangat tampan dengan balutan tuxedo yang membuat dadanya semakin bidang, dan dasi kupu-kupu yang kontras dengan warna kulitnya. Valerie menelan ludahnya dengan susah payah dan berkedip sesekali. Jangan terpesona padanya, Valerie. Dia memang tampan bagaikan dewa, namun hatinya busuk bagaikan iblis. Batinnya mengingatkan.

"Cucuku sangat tampan, bukan?" tanya Mr. Damian sambil menatap Alarick dengan matanya yang berbinar. "Dia sangat tampan. Bahkan saat dia masih bayi, dia sudah terlihat tampan."

"Valerie..." panggil Mr. Damian. "Aku tahu jika aku sudah terlalu serakah, padamu. Aku menyayangimu, mencintaimu sepenuh hatiku. Begitupun pada Alarick. Aku menyayanginya, mencintainya sepenuh hatiku. Keinginanku hanya satu dan harus menunggu 5 tahun lamanya untuk membuat 2 orang yang sangat kukasihi dan kucintai untuk bersatu. Aku memang sangat sangat serakah padamu, Valerie. Tapi kumohon, besikap lembutlah pada Alarick. Dia memang brengsek. Tapi ketahuilah, dibalik sifat sombong Alarick dan kebenciannya pada negara ini, dia sebenarnya menyembunyikan kesedihannya agar tidak membuatku khawatir dan tidak membuatnya terlihat menyedihkan. Memang sulit untuk dipercaya. Namun, ada alasan dibalik kebenciannya pada negara ini."

Valerie mendengus sinis. "Selain negara ini murahan di matanya, apalagi yang membuat cucu Anda membenci negara ini?"

"Orangtuanya."

"Orangtua Alarick? Saya tidak pernah melihat mereka."

"Itu karena Alarick kehilangan orangtuanya di Indonesia saat dia berumur 12 tahun. Kau tidak menyangkanya bukan? Seseorang yang melupakan bahasa negara ini ternyata pernah menetap di negara ini selama beberapa tahun."

Valerie terdiam sejenak. "Saya tidak tahu." Jawabnya.

Mr. Damian terkekeh pelan. "Aku pun pernah menjadi Alarick. Membenci negara ini dan membawa Alarick ke LA untuk meneruskan perusahaan anakku, Ayah dari Alarick. Aku yang mencekcokinya dengan kebencian pada negara ini, sehingga mengharuskannya menyenangkanku dengan ikut membenci negara ini."

Valerie makin diam saat perjalanan yang lambat ke altar. Tamu-tamu yang berdiri menyambut mungkin sudah pegal karena langkah mereka yang lambat.

"Selalu ada alasan dibalik sikapnya, Valerie. Dan aku benar saat memilihmu menjadi cucu mantuku, istri dari Alarick." Kata Mr. Damian

"Maksud Anda?"

Mereka sudah berada di depan altar dan hanya menyisakan tangga yang menghalangi jalan mereka. Mr. Damian tersenyum dan berbisik di telinga Valerie. "Selalu ada alasan dalam sikapnya, Valerie. Termasuk, dengan sikap rela dari Alarick untuk menikahimu di negara yang sangat ia benci." Bisiknya dan mengecup pipi Valerie, lalu kening Valerie. Mr. Damian tersenyum lembut pada Valerie. "Setelah ini, kau akan memanggilku Kakek, dan tidak berbicara formal lagi padaku."

Mr. Damian kemudian mengulurkan tangan Valerie pada Alarick. Dengan tidak sabaran, Alarick langsung merebut tangan Valerie dari Mr. Damian. Mata Alarick tanpa hentinya menatap wajah Valerie saat Valerie berjalan perlahan meniti tangga. Bahkan, saat mereka sudah berdiri saling berhadapan pun, Alarick seolah tidak ingin meninggalkan wajah Valerie sedikitpun.

Pendeta yang berada di mimbar segera berdeham. "Baiklah, kalian sudah berhadapan. Angkat tangan kalian, dan ucapkan janji suci pada masing-masing pasangan."

"Aku, Alarick Kaslov Damian." Kata Alarick cepat dengan tangan yang terangkat. "Menginginkan Valerie Dandelion Selvig untuk menemaniku saat ini, esok, dan selamanya. Hingga tua dan mati. Dalam sehat maupun sakit. Saat wajahku masih tampan, hingga wajahku menjadi berkeriput. Dan aku tidak menerima bantahan apapun."

"Saya, Valerie Dandelion Selvig, bersedia dengan apapun yang ia ucapkan barusan." Balas Valerie datar.

Pendeta yang berada di mimbar hanya mengernyitkan alisnya dengan heran dan menggaruk tengkuknya yang diyakini tidak gatal.

"Apa aku sudah boleh menciumnya?" tanya Alarick dengan tatapan tajamnya.

Pendeta tersebut berjengit, lalu menganggukan kepalanya cepat. "Y-ya."

Alarick segera meraih pinggang Valerie dan memeluknya erat. Bibirnya segera melumat bibir Valerie dengan ganas dan segera mendapat sorakan dari para tamu yang hadir. Alarick melepaskan ciumannya yang singkat itu dan menatap Valerie dalam. "Jangan menggunakan lipstik merah lagi. Kau terlihat sangat seksi." Katanya serak.

Alarick harus menahannya jika tidak ingin lipstik Valerie berantakan.

Setidaknya, dia akan mendapatkan semuanya nanti malam.

***

Alarick sedang mengobrol dengan beberapa tamu saat asisten pribadi Mr. Damian datang dan memberikan ponsel yang masih terhubung dengan panggilan internasional. "Halo?" tanya Alarick heran.

"Sir, kantor kita hari ini kedatangan seorang paparazzi."

"Apa?? Kau mengganggu acaraku hanya karena itu??" tanya Alarick dengan nada tinggi, membuat beberapa orang menatapnya. Alarick segera keluar dari dalam gereja.

"Err, dia mengatakan hanya ingin bicara sebentar."

"Apapun itu aku tidak peduli!!! Kau mengganggu acaraku, sialan!"

"Dia... Menyuruh saya untuk menyebutkan namanya pada Anda."

"Dan apakah itu penting sekarang???"

"Ma-maafkan saya, Sir. Dia mengancam jika Anda akan murka jika tidak memberitahukan namanya sesegera mungkin."

"Dia mengancammu?? Karyawan perusahaanku?? Beraninya dia! Katakan, siapa namanya."

"Namanya... Feli, Sir."

Alarick membeku di tempatnya seketika. Matanya membulat dan kosong seketika. Kenapa harus sekarang? Kenapa harus hari ini?

Bagi yang belum tahu, cerita ini bisa didapatkan di google play store dengan judul Bastard Devil

UAS-ku belum selesai

Bagi yang belum tahu, cerita ini bisa didapatkan di google play store dengan judul Bastard Devil

MadeInnEarthcreators' thoughts