webnovel

Ruangan Kuno

Editor: Wave Literature

Lu Zijia tidak menghentikan kepergian Mu Tianyan karena sejak awal dia menyadari jika pria itu berniat membunuhnya. Meski dia juga tidak tahu kenapa pria itu berubah pikiran saat ini.

Akan tetapi itu adalah hal yang baik untuknya.

Apalagi, saat ini dia sudah tidak memiliki kekuatan lagi untuk menghentikan kepergian Mu Tianyan, kecuali dengan cara menembak pria itu.

Bahkan, jika dia berhasil membunuh pria itu, dia juga tetap tidak akan bisa keluar dari ruangan ini.

Saat memikirkan ini, Lu Zijia melihat melalui celah pintu kamar mandi yang terbuka. Pandangannya menyapu semua sisi dinding ruangan.

Meskipun dia telah kehilangan kekuatannya, tapi indra kedewaannya mengatakan kalau dia tengah diawasi oleh seseorang yang bersembunyi di dalam ruangan ini.

Kemungkinan besar, orang-orang itu adalah anak buah Mu Tianyan.

Kalau tidak, dia tidak akan menggunakan Mu Tianyan sebagai tameng tadi dan berlama-lama di dalam kamar mandi.

Akhirnya, dia berhasil membuat Mu Tianyan berubah pikiran untuk tidak membunuhnya. Ini lebih baik.

Sudah tidak ada waktu lagi untuk memikirkan situasinya. Lu Zijia terburu-buru menutup pintu kamar mandi dan kembali ke bak mandi dan merendam tubuhnya ke dalam air dingin.

Entah apa yang terjadi di dalam Ruangan Kuno. Jadi, Lu Zijia hanya bisa menggunakan indra kedewaannya saja sekarang.

Namun ketika memikirkannya, indra kedewaan Lu Zijia membawanya ke sebuah tempat terbuka yang sepi dan luas.

Tempat sepi itu kira-kira seluas 100 meter persegi dan dikelilingi oleh kabut tebal yang menghalangi pandangannya untuk melihat apa yang tersembunyi di baliknya.

Melihat keadaan yang ada di depannya, sehebat apapun indra kedewaan Lu Zijia, dia tetap tidak akan bisa melihat apa yang terjadi.

Ketika dia melihat ke bawah, ternyata yang dipijaknya adalah tanah pasir yang tidak bisa ditanami tumbuhan.

"Pagoda, keluar sekarang!"

Teriakan Lu Zijia hampir bergema di langit. Hal ini menunjukkan betapa marahnya dia saat ini.

Sesaat setelah teriakan Lu Zijia terdengar, Pagoda Emas seukuran telapak tangan orang dewasa yang setinggi lebih dari 30 cm muncul di hadapan Lu Zijia.

Tanpa menunggu Lu Zijia bicara, Pagoda Emas dengan sepasang mata manusia yang indah itu mulai menangis.

"Hiks hiks~ aku senang melihat Tuan baik-baik saja."

"Tuan tidak tahu betapa khawatirnya aku. Akan tetapi untungnya Tuan baik-baik saja. Kalau tidak, apa yang harus kulakukan? Hiks hiks~~"

"Tuan, aku sangat lapar. Apa Tuan punya sesuatu untuk dimakan?"

"Hiks hiks~~ Tuan lihat, aku sangat kurus dan jelek sekarang. Aku sangat menyedihkan, hiks hiks~~"

Pagoda Emas itu melayang di udara dan berputar mengelilingi Lu Zijia sambil berbicara. Dengan suara kekanak-kanakannya yang manis, dia benar-benar terlihat menyedihkan.

Mendengarkan suara isakan yang menyapa telinganya membuat Lu Zijia mengernyitkan dahi. Rasanya dia ingin sekali mengubur monster yang sedang menangis ini ke dalam pasir.

"Jika kamu menangis lagi, aku akan akan menguburmu ke dalam pasir!" ancam Lu Zijia dengan kejam.

Setiap kali si kecil melakukan kesalahan, dia akan terus menangis di hadapannya. Cukup, Lu Zijia tidak tahan lagi!

Pagoda Emas tersebut tanpa sadar hendak menangis lagi. Akan tetapi begitu melihat tatapan penuh ancaman sang tuan, dia langsung berhenti dan menatap tuannya dengan sedih.

"Apa kamu bisa memberitahuku apa yang terjadi sekarang? Kenapa ruangan berubah kembali seperti tampilannya yang dulu?"

"Di mana semua rumput spiritual, batu spiritual, ramuan dan senjata kita? Bagaimana dengan Xiao You dan Xiao Ling?"

Pagoda Emas adalah jiwa dari Ruangan Kuno ini. Dia juga yang mengelola segala sesuatu yang ada di dalam ruangan ini.

Tentu saja, syaratnya adalah dengan izin sang tuan, Lu Zijia.

Adapun Xiao You adalah api aneh yang dia dapatkan dari -- api neraka.