webnovel

Antariksa [ Dari Angkasa ]

Yang dingin belum tentu galak. Rinai merasakannya dengan Antariksa Zander Alzelvin, ketua band The Rocket sekaligus ketos itu mengisi hari-harinya di masa-masa SMA Seperti apa keseruannya? Mari kita halu bagaimana memasuki kehidupan para tokoh seakan-akan berperan di dalamnya

hiksnj · Fantasy
Not enough ratings
51 Chs

33. Baper=kesal

Lagu Sambalado mengalun membuat keseruan dalam senam pagi yang di pimpin Antariksa, lucunya Antariksa tidak ada ekspresi saat menggerakkan bagian tubuhnya.

Rafi ingin meneriaki Antariksa, cobalah tersenyum di pagi hari. "Sa, lo bosen ya?" Rafi juga ikut senam, lumayan menambah tinggi badannya, seharusnya Antariksa melakukan senam sesudah sarapan?

Antariksa menoleh. "Emang kenapa? Tiap hari gue bosen," kalau sama Rinai gak mas?

"Ya, senyum dong sa. Wajah lo nyeremin," tambah Rafi, memang ada benarnya sampai anggota Ambalan yang ada pertanyaan ke Rafi, Agung atau Brian, tidak pernah pada Antariksa.

Andre diam-diam juga modus dengan Rinai, lihat saja posisi senamnya berdekatan dengan Rinai. Sampai Andre tak sengaja menyentuh tangan Rinai.

"Heh! Pegang-pegang lagi," ketus Rinai melirik sadis Andre.

Antariksa yang melihat itu terkekeh, senang melihat Rinai kesal.

"Jangan galak-galak dong, emang gak mau ya sama aku yang ganteng gini?" Andre percaya diri sekali, selera Rinai bukan yang rambutnya kribo seperti Andre ini. Kalau Antariksa Rin?

Setelah 10 menit melakukan senam pagi para anggota Ambalan di perbolehkan masak, sesuai makanan yang di bawa. Jika peralatan dapur seperti panci atau kayu di gunakan untuk merebus, hanya mie instan yang simpel, untuk lauknya para anggota Ambalan bisa meminjam peralatan dapur Bantara.

Antariksa menghampiri Rinai, cewek itu sedang mengupas bawang merah hingga mata Rinai berkaca-kaca.

"Huuu, pedes mata gue, eh gantian dong," Rinai menyerahkan bawang merah yang tersisa dua lagi kepada Adel.

"Kalau ini mah gampang, gue terbiasa nih sama bawang," tapi Adel mengeluarkan kacamata yang sudah ia ambil di tenda tadi, pilih aman.

"Ealah del, kalau gitu ya gue bisa juga," Rinai menatap takjub Adel yang mengupas kulit bawang merah dengan cepat. Calon chef del?

Kruyuk

'Duh, kok bunyi sih?' Rinai meringis, di sampingnya ini ada Antariksa, cowok itu terkekeh.

"Laper? Ayo, nanti kamu bisa makan nasi bungkus," ucap Antariksa hingga membuat para hawa iri dan ingin di berikan perhatian. Terutama Caca.

"Wah emang ya Rinai itu memang banyak, giliran Ambalan yang lain di cuekin," curhat Caca, ia mengutarakan hatinya yang kesal dengan Antariksa yang tak pernah meliriknya.

Rinai tak bisa menolak, jika tidak segera sarapan maag-nya akan kambuh lagi. Antariksa membawanya di kelas 3 yang terletak di lantai dasar, sekolah ini memiliki 2 tingkat.

Di kelas 3 terdapat Brian dan Agung yang sedang istirahat, mungkin kelelahan. Sedangkan Rafi cowok itu meminum jahe hangat, udara di tempat ini memang dingin.

"Duduk, aku ambilin nasi bungkusnya," Antariksa perhatian seperti ini membuat Rinai rindu saat pertama kali mengenal Antariksa, sebelumnya Antariksa itu pemarah saat ia salah memasuki kelas.

'Apa aku cuma menjauhi Antariksa karena Cica ya?' Rinai sebenarnya ingin di perhatikan oleh Antariksa seperti ini, bukan menjauhi.

Antariksa mencubit hidungnya. "Hei, kok ngelamun?"

"E-enggak, siapa yang ngelamun," Rinai menjadi salah tingkah.

Antariksa mengusap pelipisnya. "Kamu gerah?"

'Astaga, cuman bisa sedekat ini sampai keringetan?' rutuk Rinai dalam hati, apakah efek Antariksa terlalu dekat membuatnya salah tingkah berlebihan?

"Awas ada pesawat," Antariksa menyuapkan nasi bungkus yang ia beli di dekat sekolah. Rinai menerimanya. "Gimana? Masih laper? Atau bakalan kenyang kalau aku yang suapin?" Antariksa semakin menggoda Rinai, tak tahan dan salah tingkah terus Rinai memilih pergi dan bergabung dengan Adel.

Antariksa menatap kepergian Rinai dengan senyumnya. "Emang kalau cewek salah tingkah gitu ya?" jelas mas, yang bikin baper kan ganteng, gimana gak salting?

Rinai langsung duduk dan memegangi pipinya yang hangat, kenapa harus blushing di depan Antariksa?

Adel menatap Rinai heran. "Lo kenapa pegang pipi gitu? Terus kok merah? Di tampar siapa?" hatinya di tampar sampai baper del.

"Diem deh, udah buruan makan. Udah selesai kan masaknya?" jika nasi bungkus yang Antariksa suapakan padanya itu enak, Rinai ingin lagi tapi gengsinya lebih besar.

"Minta aja sama Andre, ia yang bagiin mie-nya," jawab Adel, Rinai malas emosi lagi.

Dengan wajah cemberut, Rinai meminta mie instan kepada Andre, cowok itu tersenyum senang padanya.

"Akhirnya, ada bidadari yang kelaparan nih," Andre mengedipkan matanya, genit. Berani sekali menggoda Rinai.

"Heh! Buruan, gue laper nih," sentak Rinai tak sabaran.

Andre mengusap dadanya, suara Rinai menggetarkan hatinya. "Ssst, kalau aku jantungan gimana?" Andre semakin mengulur waktu saja.

"Cepetan, gue lap-," ucapan Rinai terhenti karena Antariksa menyuapkan nasi bungkus tadi. "Makanya, udah sini aku suapin aja,"

Tatapan iri dan emosi karena Rinai seenaknya di perlakukan istimewa oleh Antariksa.

"Gue juga lapar nih kak, suapin dong,"

"Walaupun gak enak, kalau sama kak Antariksa kenyang deh,"

"Liat wajahnya aja, berasa makan dua bakul nasi nih,"

Rinai menatap sengit Antariksa. "Akwu mwu minwum,"

Antariksa mengusap surai Rinai gemas. "Kalau minumnya gombalan aku?" mau dong, tapi ini hati bukan di coba main-main, perasaan tak sejajar dengan jemuran.

"Males!" Rinai berpindah posisi di sebelah Adel, Antariksa masih menatapnya dengan senyum tengilnya. Menyebalkan!

☁☁☁