webnovel

Antariksa [ Dari Angkasa ]

Yang dingin belum tentu galak. Rinai merasakannya dengan Antariksa Zander Alzelvin, ketua band The Rocket sekaligus ketos itu mengisi hari-harinya di masa-masa SMA Seperti apa keseruannya? Mari kita halu bagaimana memasuki kehidupan para tokoh seakan-akan berperan di dalamnya

hiksnj · Fantasy
Not enough ratings
51 Chs

34. Air terjun (1)

"Kalau lo masih cinta sama kak Antariksa ya samperin dong," nasehat Adel. Dukung terus!

"Gak ah, ngapain. Buang-buang waktu aja," gerutu Rinai. Aslinya kangen kok.

"Terserah lo deh, tapi kalau kak Antariksa diambil orang jangan mewek," bener del, readers yang ambil.

Setelah selesai sarapan pagi, Antariksa memerintahkan para Ambalan berbaris sesuai kelasnya.

"Selanjutnya adalah air terjun, dimana kalian nanti akan mendapatlan materi tambahan dari Brian. Perjalanannya sulit di rintangi, saling berpegangan tangan dan hati-hati karena tanahnya licin di penuhi bebatuan, berdekatan dengan jurang. Jadi, jangan ada yang mencoba bercanda atau iseng mejahili temannya, atau mau saya tinggal disana. Semuanya faham?" Antariksa tak sabar dengan pemandangan indah air terjun pilihannya, bagaimana rekasi Rinai ya?

"Siap, faham kak,"

"Seperti biasa, kelompok berjalan sesuai urutan,"

Caca mengeluh. "Ngapain sih ada jurang, emang mau bunuh diri?" gerutunya. Salma terkekeh, Caca kesal jika harus melewati jalan yang sulit terutama ini.

"Sabar, lagian gak bisa foto juga kan?" Salma sampai berpikiran itu, lumayan postingan terbaru Instagram-nya bernuansa alam.

"Wah bener juga, rugi deh," ucapan Caca di dengar oleh Adel yang jengah mendengar ocehan Caca di perjalanan.

"Heh, kacang, bisa diem gak?"

Caca melirik Adel sinis, sebutan kurang mulia sekali. "Nama bagus begini di panggil kacang,"

"Ssst, nanti kalau kak Antariksa denger di tinggal disini mau?" Andre menengahi, Antariksa berada di depannya walaupun jaraknya 2 meter, tetap saja suara toa Caca itu menggema di hutan belantara ini.

Caca hampir saja terjatuh jika tidak mengeratkan tangannya pada Salma. "Untung aja. Heh ndre, pelan-pelan dong kalau jalan, gak kasihan sama yang belakang? Kalau nyungsep¹ gimana?"

"Takdir lo ca," jawab Andre seadanya, SMA Permata akan tentram tanpa Caca.

Akhirnya Caca diam, kerikil kecil dan sedang mulai banyak di temui.

"Sal, gue takut nih," sama gebetan gak takut?

"Sabar ca, masih lama kayaknya,"

"Duh, tau aja gue gak usah ikut pramuka kalau gini," sesal Caca.

"Kalau lo gak ikut mana bisa lihat Antariksa seharian? Di sekolah kan cuman 8 jam," benar juga, itulah keuntungannya dan menyesalnya ini.

Saat pulang dari pramuka, Caca lulur, pergi ke salon, keramas, pakai skincare lagi di wajahnya, kulitnya mulai kusam. Kamar mandi di SD itu airnya kurang bersih, lantainya tak terawat dan ada beberapa lumut, Caca malas mandi. Untungnya membawa pembersih wajah.

"Pelan-pelan ya, nanti saya akan bantu untuk turun disini," Antariksa sudah berada di bawah, hanya perantara kayu bambu yang ada. Modus ke Rinai, di mulai.

Andre melompat dengan lincah, lalu Rinai. Antariksa mengulurkan tangannya.

Rinai menepis tangan itu. "Gak usah modus!" sentaknya.

Antariksa mengernyit, modus? Tidak, hanya membantu para Ambalan yang kesulitan turun. "Gak, percaya sama aku. Lagian kamu bisa loncat kayak Andre?"

Dengan sangat terpaksa Rinai mengenggam erat tangan Antariksa. 'Asik modus berjalan mulus,'

Sampai Rinai di bawah, Antariksa tak kunjung melepas tautan tangannya.

"Emang pantes lo temennya Buaya, suka modus kan?" teriakan Rinai membuyarkan lamunan Antariksa yang terpukau dengan wajah Rinai. Bukannya Buaya itu setia? Kesimpulan buaya genit adalah salah, nyatanya Buaya itu akan setia dengan pasangannya meskipun pasangannya itu meninggal, Buaya tidak akan mencari pasangan baru lagi. Belum tau fakta ini ya?

"Maaf, silahkan bergabung dengan yang lain," dengan tak ikhlas Antariksa melepaskan tangan Rinai.

Setelah Adel turun, ia menghampiri Rinai yang masih kesal, bukannya senang jatuh cinta dengan sesama anggota pramuka? Cinta sebatas patok tenda maksudnya?

Rinai duduk di batu besar, yang lainnya menceburkan diri menikmati dinginnya air.

"Rin, lo gak haus?" Adel membawa minuman yang tinggal setengah, tadinya penuh tapi Tia juga minta, haus. Sebagai bentuk sedekah.

Rinai mengambil botol itu kasar. "Hauslah," melihat Antariksa begitu menguras tenaga dan emosinya.

Tia ikut duduk di sebelah Adel. "Eh, mau makan gak? Gue bawa roti nih," Tia memberikan dua roti kepada Adel dan Rinai, dirinya sudah kenyang saat sarapan pagi tadi menghabiskan 4 roti sekaligus.

Mata Adel berbinar tepat sekali dengan rasa bluberry kesukaannya. "Makasih ya,"

Rinai meraihnya dengan malas, coklat membuat sakit gigi lagi. Rinai tak memakannya. Adel menoleh. "Kenapa? Gak mau? Buat gue aja ya," Adel berniat mengambilnya namun sisi galak Rinai bangkit kembali. "Gak!"

"Ya deh, terserah lo,"

Antariksa mengamati Rinai yang menatap roti rasa coklat itu sendu. Antariksa menghampirinya, lebih baik makan bekal saja. Untungnya Antariksa sempat menyisihkan beberapa nasi dan lauk ikan teri tadi.

"Nih, makan ini aja. Itu biar aku yang makan," Antariksa memberikan kotak bekal pinguin milik ibunya, Antariksa pernah menolak lebih baik kertas minyak saja, tapi siapa tau ada perlu.

Rinai menimang, di makan gak ya? Enak sekali, ada ikan teri kesukannya. "Gak deh, makasih," malu-malu tapi mau.

Antariksa akan menyuapkan kali ini Rinai tidak bisa menolak lagi. "Awas ada pesawat, buka mulutnya,"

Rinai sempat melihat langit, biasanya saat di Surabaya masa kecil itu terlintas kembali. Tak sadar, Rinai membuka mulutnya.

"Pesawat, njalok duik'e po'o²," Rinai ikut berteriak dan menyatukan kedua tangannya, meminta. Hanya keseruan saat masa kecil dengan teman-temannya dulu.

Antariksa tersenyum simpul. "Pinter, lagi ya,"

Adel, Tia, dan Caca menahan nafasnya melihat romantisme keduanya. Tidak adil sekali, yang lain kelaparan dan membawa air saja Rinai kenyang dengan nasi?

Tersadar, Rinai menatap Antariksa bengis. "Udah kenyang," namun perut Rinai berbunyi, ingin meminta lagi. Rinai merebut kotak bekal pinguin itu.

"Kalau lapar ya makan lagi, jangan di tutupi gengsi," Antariksa mengusap surai Rinai gemas.

"Eh, jangan berantakin dong, gak bawa sisir lagi," rambut Rinai sekarang seperti orang gila, saking gemasnya Antariksa dengan tingkah lucu Rinai jika merajuk.

☁☁☁

1. Nyungsep¹= Terperosok dan jatuh

2. Pesawat njalok duik'e po'o= Pesawat minta uangnya dong