webnovel

Antariksa [ Dari Angkasa ]

Yang dingin belum tentu galak. Rinai merasakannya dengan Antariksa Zander Alzelvin, ketua band The Rocket sekaligus ketos itu mengisi hari-harinya di masa-masa SMA Seperti apa keseruannya? Mari kita halu bagaimana memasuki kehidupan para tokoh seakan-akan berperan di dalamnya

hiksnj · Fantasy
Not enough ratings
51 Chs

32. Jurit malam (2)

Di pos 2, Andre membisikkan kata kunci dari Agung. Mulai dari Adel. "Anda kandu danda danda dandi," walaupun pelan tapi Adel menyuruh mengulanginya. "Budek lo?" kesal Andre, nanti ia lupa kata kuncinya.

Setelah Adel faham, beralih ke Rinai. Rinai mengangguk, di barisan paling akhir di tempati oleh Caca.

Antariksa menatap Caca. "Apa kata kuncinya?"

"Anda kaldu dandan dandang dadi," Rinai ingin menahan tawanya, dandang adalah panci dalan bahasa Indonesia, kaldu? Caca lapar?

Antariksa mengernyit, Agung tak mungkin memberikan kata kunci aneh seperti ini. "Yakin? Apa tidak salah?"

Andre, menepuk dahinya. Caca pendengarannya kurang, namun dengan cepat Andre mengoreksinya. "Anda kandu danda danda dandi,"

Antariksa mengangguk, inilah yang benar. "Caca, apakah tadi kamu tidak mendengarkannya baik-baik?" mata tajam Antariksa menghunus kelopak mata Caca, gugup, takut, dan sekaligus jatuh cinta.

"Maaf, tadi kurang jelas,"

"Salma! Kenapa tidur?" semua mata mengarah ke Salma, cewek itu terbangun. Di lihat dari kepalanya yang menunduk Antariksa tau Salma mengantuk meskipun slyer masih menutupi mata.

Salma tersentak. "Apa? Duh, ganggu orang tidur aja," kesalnya, tak sadar jika yang di bentak itu Antariksa.

"Salma, silahkan buka slyer kamu," perintah Antariksa, Salma tersadar. "Kak Antariksa ya? Maaf kak, habisnya aku ngantuk banget tadi," Salma berani? Antariksa akan memberikan pertanyaan tersulit.

"Salma, apa itu kepramukaan?" semuanya hening, ingin membantu namun pertanyaan itu di peruntukkan Salma.

Salma berpikir, andai di perbolehkan browsing pasti sekarang ia tau jawabannya, sayang sekali ponselnya di sita dan akan di kembalikan saat persami sudah selesai.

"Salma, apa jawabanmu?" tanya Antariksa tak sabaran, pertanyaan ini mudah hanya saja Salma belum mengerti dan asal ikut-ikutan pramuka karena Caca. Pandangan Antariksa beralih ke Rinai, sengaja ingin membuat Rinai kesal.

"Rinai, buka slyer kamu,"

'Eh, kok Rinai? Gak bisa gitu dong, enak aja. Gue juga bisa jawab kok,' teriak Caca dalam hati, tak terima. Akhirnya ia menekukan jawabannya, entah benar atau salah yang terpenting Rinai tidak sampai menatap Antariksa di malam hari, pasti semakin tampan. Nanti Salma harus menjelaskan bagaimana penampilan Antariksa saat jurit malam.

"Saya kak,"

Antariksa menoleh, Caca? Apakah bisa?

"Baiklah, apa jawabannya? Kalau salah kalian tidak akan saya beritahu kata kunci menuju pos 3," semuanya menaruh harapan besar pada Caca, tapi rasa ragu lebih dominan karena ini menyangkut pos terakhir.

"Kepramukaan adalah bertanggung jawab dan dapat di percaya," jawab Caca lantang, ia mengambil dari Dasadarma ke sembilan.

"Hm, boleh juga. Tapi ucapan kamu saya pegang, itu termasuk janji," akhirnya mereka bisa bernafas lega, tumben sekali otak Caca encer?

Antariksa menyuruh Andre mendekatkan telinganya, kata kunci kali ini lebih sulit."Semua tingkatan bendera pramuka ukuran,"

'Bendera yang mana? Mana gue tau,' sayang sekali ucapan itu Andre tahan dalam hati, bisa-bisanya nanti Antariksa akan memberikan pertanyaan lagi.

Mungkin saat terbaik adalah perjalanan menuju pos 3, Andre akan menanyakan hal ini pada Adel.

Sudah jauh dari pos 2 dan Caca merengek ingin berhenti. "Tungguin dong, tali sepatu gue lepas nih," Andre menghela nafas kesal, baiklah demi keselamatan Caca agar cewek itu tidak tersandung.

'Si kacang ngapain sih bikin lama aja!' kesal Adel dalam hati, andai saja Caca tidak perlu ikut pramuka, pasti semuanya akan berjalan dengan tenang tanpa ada gangguan. Ingin tali sepatu tak lepas? Double tali saja, bahkan Adel lebih baik sepatu yang simpel daripada memiliki simpul tali.

Selama 2 menit akhirnya mereka berjalan kembali. "Rinai, panggilin Adel dong," bisik Andre, ia harus hati-hati bisa saja ada anggota Bantara.

"Del, di panggil Andre tuh," sejenak kelompok 3 ini berhenti karena Andre.

"Eh, ngapain berhenti sih?" kesal Caca. Mulutnya gak bisa diem mbak?

"Ssst," Andre kesal, Caca bisakah cewek itu diam sebentar saja? Ingin di tinggalkan nanti tidak manusiawi repot sudah satu kelompok dengan Caca.

"Tingkat bendera pramuka sama ukurannya, lo hafal gak?" tanya Andre, harap-harap cemas, Antariksa sengaja ingin membuat rambutnya rontok?

Adel berpikir sejenak, mungkin. "Tau, kok. Doain aja nanti yang di tunjuk itu gue,"

"Baguslah," Andre melanjutkan langkahnya kembali.

Caca masih menatap jalanan yang kini terdapat bebatuan kecil, masih belum percaya dengan arahan Andre.

Di pos terakhir inilah ada Brian, dan Rafi. Andre mencoba tenang, semoga Adel-lah yang bisa mengatasi ini.

"Ukuran bendera gerakan pramuka ya?" tebak Rafi, pertanyaan ini sudah di rancang oleh Antariksa.

Andre mengangguk. "Iya kak,"

Mata Brian mencari siapa yang akan menjawabnya. "Adel," akhirnya Dewi Fortuna sudah berpihak pada kelas Ips 5.

"Buka slyer-mu," perintah Rafi.

Adel mencoba tenang, di hadapannya ini adalah Rafi, cowok yang saat ini dekat dengannya akhir-akhir ini. Baiklah, jangan grogi del, batinnya.

"Ukuran bendera gerakan pramuka untuk tingkat Nasional ukuran 200x300 cm. Daerah ukuran 150x225 cm. Cabang ukuran 90x135 cm. Ranting ukuran 80x120 cm. Gugus depan ukuran 60x90cm," akhirnya masih inget juga, apa gara-gara ada kak Rafi yang sekarang tampilannya ganteng ya? Ah, obat semangat gue.

Brian dan Rafi bertepuk tangan. "Adel hebat," ucapnya bersamaan.

Di puji oleh Rafi, membuat pipi Adel bersemu, ia baper. "Biasa aja kak,"

"Baiklah, kalian bisa kembali ke sekolah," Brian baik hati sekali, apakah ini yang di nanti? Sarapan pagi dengan menatap Antariksa sepuas hati?

"Nanti, jam 6 akan ada senam pagi. Untuk sarapannya nanti setelah senam," jelas Rafi. Membuat anak Ips 5 mengeluh, perutnya ini meronta ingin makan.

Kelompok 3 akhirnya kembali ke sekolah, mata Adel menatap Antariksa yang tengah membaca buku, santai sekali.

Adel menepuk bahu Rinai, sahabatnya ini melamun, entah aoa yang di pikirkannya. "Rin, kak Antariksa tuh. Gak mau kesana?" Adel bukan menawari melainkan ingin membangkitkan emosi.

"Gak usah, gue capek," Rinai duduk di tangga menyelonjorkan kakinya. Terserah Antariksa sedang apa ia tak peduli, yang terpenting hidupnya kini damai, aman, sejahtera tanpa gangguan Cica atau Caca.

☁☁☁