JANGAN LUPA KASIH EMAK VOTE YA ANAK ANAK KESAYANGAN EMAK, EMAK SAYANG BANGET SAMA KALIAN.
IGEH EMAK JUGA DI FOLLOW DI : @REDLILY123.
SELAMAT MEMBACA, EMAK SAYANG KALIAN.
Pernikahan itu berlangsung dengan lancar. Hanya saja, Selena yang menjadi pengantinnya. Begitu pesta selesai, semua orang langsung bergegas menuju ke rumah sakit, termasuk Alex suaminya. Mereka semua meninggalkan Selena di ruangan tunggu pengantin; sendirian.
Dia menghela napasnya, Selena dengan sabar mengganti pakaiannya sendiri dan memesan taksi menuju rumah sakit untuk melihat keadaan sang adik. Tidak ada satupun dari keluarganya yang menunggunya.
Sesampainya di rumah sakit, Selena tau kemama harus melangkah, yakni sebuah ruangan VVIP di lantai paling atas. Dimana Alexander yang menyediakannya.
Saat melangkah ke koridor, Selena melihat beberapa kerabatnya sedang berbicara di sana.
"Lihat siapa yang baru saja datang, darimana saja kau? Menikmati peranmu sebagai pengantin?" tanya sang Nenek.
Yang diabaikan oleh Selena, dia memilih masuk ke kamar yang biasa ditempati oleh Natalie.
Begitu menggeser pintu, Selena melihat ada kedua orangtuanya, Alex dan Natalie yang terbaring lemah di sana.
"Bagaimana keadaannya? Dia sudah sadarkan diri?"
"Diamlah, dia baru saja tidur," ucap sang ibu yang sedang duduk di sofa.
Sementara Alex sedang duduk di pinggir ranjang sambil menggenggam tangan Natalie.
"Pulang saja, kau tidak berguna di sini."
"Dokter mengatakan apa?"
"Dia sudah stabil, pergi saja. Kau membuat ruangan menjadi sempit dan pengab."
Selena tertawa dalam hati. Sempit dan pengab? Padahal ini adalah ruangan yang sangat luas.
Dia menghela napas, tidak ada alasan tetap menetap di sini. "Baiklah, aku akan pulang."
"Pulang ke rumahku," ucap Alex memotong dengan cepat.
"Tapi kau mencintai Natalie, Alex. Kau hanya menikahi Selena untuk menggantikannya," ucap Nessy tidak setuju.
"Tapi yang mereka tau, aku menikahi wanita itu."
"Biarkan saja," ucap Nick memotong. Sang kepala keluarga menatap anak sulungnya. "Kau mendengarnya kan? Pulang sana."
"Barang barangku belum diambil, dan aku tidak tau rumahmu."
"Minta antar pada sopirku, kau pernah bertemu dengannya. Dan barangmu akan dibawa besok."
"Tapi, ak--"
"Berhenti membantah," ucap Nick; sang kepala keluarga.
"Baiklah," ucap Selena memilih untuk melangkah pergi daripada kembali mendapatkan hujatan. Toh dia juga sudah lelah, dia ingin istirahat dan egois sesekali.
Selena turun ke lobi, dimana ada sosok yang dikenalnya mendekat. "Nyonya, saya akan mengantar anda ke kediaman Tuan Besar."
Selena hanya menurut, mengikuti langkah pria tua itu. Dimana dia mengendarai mobil, sementara Selena berada di belakang.
"Apa kamarku punya kamar mandi di dalam?"
"Tentu, Nyonya. Itu adalah kamar kedua yang memiliki ruang cukup luas."
"Baguslah, aku malas keluar kamar."
Begitu sampai, Selena sedikit terkejut mendapati mansion yang 3 kali lebih besar dari milik kedua orangtuanya. Ini benar benar seperti istana. Selena diantar menuju ke kamarnya, dimana di setiap langkahnya dia melewati beberapa maid yang menunduk padanya.
"Ini kamar anda, Nyonya. Dan yang berada di sebelahnya adalah kamat Tuan Alex."
"Hanya terhalang ruangan bersantai, apa tidak ada yang lain lagi?" tanya Selena yang malas untuk bedekatan dengan suaminya itu.
"Mungkin anda bisa melihat dulu isi kamarnya."
Selena berdecak, dia membuka pintu kamar itu. Dan terkejut melihat ada banyak alat lukis di sana. Yang mana harganya semua fantastis.
"Tuan Alex meminta saya menyiapkan kamar untuk anda, dan kamar ini cocok untuk anda yang seorang pelukis. Pemandangan langsung ke halaman utama. Juga tempat yang luas. Anda masih ingin pindah?"
Selena malah terawa. "Kau pandai membujuk, baiklah aku akan tidur di sini. Terima kasih," ucap Selena kemudian menjatuhkan tubuhnya di sana.
******
"Jangan tinggalkan aku ya," ucap Natalie dengan wajah yang sendu. Dia sadar, dan sudah mengingat apa yang terjadi.
Bahkan Natalie sudah tau apa yang dilakukan kakaknya itu. Menggantikan posisinya agar tidak mempermalukan Alex.
"Maaf, Alex. Aku membuatmu malu dengan banyak investor yang kau undang."
"Hei, tidak apa. Kakakmu ada di sana menggantikanmu."
"Kau tidak akan meninggalkanku kan?"
"Demi Tuhan, Natalie. Kenapa aku harus meninggalkanmu? Kau adalah segalanya untukku," ucap Alex mencium tangan sang kekasih. "Aku tidak akan meninggalkanmu, kakakmu hanya pengganti saja di altar, bukan di hatiku."
"Tapi dia tinggal bersamamu?"
"Ya, aku khawatir bibiku akan datang dan melihat. Seseorang mengirimkan fotonya, dia hanya tau Selena yang menikah denganku."
"Hiks… Aku ingin sekali menikah denganmu."
"Sayang, kita fokus dulu pada kesembuhanmu, lalu kita bisa melangsungkan pernikahan kita. Oke?"
"Dan Kakakku?"
"Dia hanya pengganti kan?"
Natalie mengangguk setuju. "Jangan jatuh cinta padanya."
"Tidak akan, Sayang. Istirahatlah."
"Jangan jatuh cinta pada Selena. Dia itu sudah memiliki segalanya. Sedangkan aku? Aku hanya punya dirimu. Jangan biarkan dia merebutmu dariku. Kumohon."
"Tidak, Sayang. Aku tidak akan jatuh cinta pada wanita tua itu. Istirahat ya." Alex meyakinkan lagi.
Natalie berkaca kaca. "Dia itu wanita sempurna."
"Demi Tuhan, Natalie. Kau lebih sempurna, wanita tua itu tidak ada apa apanya dibandingkan dirimu."
"Kau akan pergi?" tanya Natalie mengalihkan pembicaraan.
"Besok aku akan datang lagi oke?"
"Kenapa tidak menginap?"
"Aku harus bersiap, ingat project besar yang aku buat atas namamu?"
Natalie mengangguk, Alex memang membangunkan sebuah gedung apartemen atas nama dirinya sebagai buktu cintanya. "Istirahatlah. Sana pulang."
"Aku menempatkan dokter terbaik di sini. Kau juga istirahat."
Alex mencium kening sang kekasih sebelum keluar dari ruangan itu. Pada kenyataannya, dia tidak pulang untuk mempersiapkan project, Alex pulang karena dia merasa pusing dengan keadaan. Dimana yang dia nikahi adalah Selena, wanita yang selalu disebut sebut Natalie sebagai sisi irinya. Dimana Selena selalu bebas melalukan apapun, dengan tubuhnya yang sehat dan otaknya yang pintar.
Hal itu juga membuat Alex kesal sendiri pada Selena. Padahal dia berulang kali mengatakan pada Natalie kalau saudaranya tidak lebih sempurna daripada dirinya.
Alex minum alkohol di mini bar miliknya begitu sampai di mansion.
"Tuan, anda minum cukup banyak."
"Diam," ucap Alex dengan kepala yang terasa pening. "Aku ingin membuktikan seberapa sempurnanya wanita tua itu," ucapnya sambil menyeringai.
Dimana 45% pemikirannya sudah diambil alih oleh alkohol. Dan Alex berjalan menuju lantai dua dengan langkah yang masih tegap. Hanya saja, pemikirannya yang sudah kabur.
Matanya tertuju pada pintu kamar yang bukan miliknya. "Kenapa Natalie selalu membandingkan dirinya dengamu? Dan mengatakan dirimu sempurna? Cih, kau hanya wanita tua yang tidak laku."
******
To be continue