webnovel

Anak asuhku Anakku

mei_yama · Teen
Not enough ratings
53 Chs

42.

Semenjak terungkap jika Lily adalah adik kandung dari Nando, maka sepertiga dari seluruh harta Tante Mella merupakan milik Lily secara hukum. Bertambah lagi kesibukan Lily yang setiap seminggu sekali harus datang menghadiri rapat meski dengan perutnya yang semakin membesar.

"Sayang, nanti jangan lupa untuk minum vitamin ya. Aku berangkat dulu, kak Nando udah nunggu di bawah" Ucap Lily pada Juno sambil memakai riasan wajah.

"Sini, dulu sebentar Ma" Panggil Juno dengan wajah bantalnya.

"Aku mau itu" Ucap Juno sambil mengedipkan mata dan terarah pada dua gundukan kenyal yang semakin menggoda.

"Ish, pa kan semalem udah. Mama buru buru nih."Jawab Lily sambil menangkup wajah Juno dengan kedua tangannya.

"Ayo lah Ma, sebentar lagi. Biar papa fresh lagi ini." Ucap Juno sambil merentangkan tangannya dan masih duduk di ranjang.

"10 menit cukup ya" Ucap Lily sambil tersenyum menatap suaminya.

Juno mengangguk penuh dengan keyakinan. Siapa yang bisa menjamin jika naga sudah terbuai dan semakin liar. Lily membuka lagi kancing kemejanya satu persatu di hadapan Juno.

"Aku tak suka dengan warna lipstik mu yang mencolok ini" Ucap Juno sembari melumat bibir istrinya.

Lily di tarik oleh Juno perlahan hingga duduk di hadapan Juno. Juno terus melumat bibir Lily tangannya mulai lepas kendali bermain ke segala arah, bahkan mulai menyibakkan gaun panjang yang Lily kenakan.

"Pa..." Gumam Lily dengan bibir yang masih saling terpaut menjadi satu.

"Emm...." jawab Juno cuek dan lebih menikmati masa bermanjanya.

Juno mulai menjilati puting payudara Lily dengan lembutnya dan membuat Lily mendesah kecil. Juno semakin bersemangat mendengar desah kenikmatan yang tak sengaja Lily luncurkan. Sesekali perut Lily ikut berkontraksi ketika Lily berada di ujung kenikmatan. Juno terus memanjakan dan selalu memimpin permainan.

"Papa, ga ngantor?" tanya Lily dengan tatapan nakalnya.

"Papa ijin ma" jawab Juno singkat sambil memperlambat tempo gencatan yang sedang di lakukanya.

"Nanti nambah ya pa" pinta Lily sambil melumat bibir Juno dengan rakusnya.

Juno tak menjawab dan hanya membalas lumayan demi lumayan dengan halus dan manis. kepalanya sedikit mengangguk dan batang keras itu terus bermain di liang yang kenyal dan hangat itu.

30 menit berlalu, ponsel Lily berdering. Tertera nama Kakak Nando di layar ponsel. Mata Lily membulat teringat akan janji rapat.

"Pa, pelan pah. Mama angkat telpon dulu" ucap Lily di telinga Juno.

Juno mengangguk tetap bermain secara halus dan manis, mulus tanpa suara karena sudah mencapai klimaksnya.

"Ahh...."Ucap Juno spontan.

Tangan Lily seketika membekap mulut suaminya dan membulatkan matanya.

"Lama banget ngapain aja dih, keong?" ucap Nando di ujung panggilan.

"Bentar kak, sebentar lagi. Warna lipstick ini ga mecing sama bajunya aku mau ganti baju dulu."Ucap Lily beralasan.

Juno melempar senyum licik pada istrinya dari dalam kamar mandi yang tak di tutupnya. Lily melambai memanggil Juno tanpa suara.

"Sini" panggil Lily.

"Ayok, lagi. Aku belom" Rengek Lily.

"Apa, lagi katanya keburu ngantor,?" jawab Juno kaget.

"30 menit lagi. Ayok buruan main lagi. Aku mau. Itu masih keras" Ucap Lily sambil meraba naga milik Juno.

Juno tak kuasa menolak saat bibir lembut Lily dengan lahapnya mengulum junior kesayangannya itu. Dua ronde cukup membuat Juno lemas dan terkuras tenaganya. Lily tersenyum puas saat mereka mandi bersama.

"Makasih ya ma, untuk pagi ini" ucap Juno sambil mengecup pucuk kepala Lily.

"Iya pa, udah kewajiban Mama kan untuk memuaskan papa. Tapi nanti setelah ini, Papa harus sabar karena libur panjang ya" Ucap Lily sambil tersenyum iseng menatap Juno dari bias cermin.

*Oh, gitu. pantes aja dia ngebut tadi. kejar setoran rupanya. Tetap terimakasih ma, kamu memang wanita yang pengertian* Puji juno pada Lily sambil membantu mengeringkan dan menata rambut Lily.

🌺🌺🌺

Rapat belum selesai, tapi perut Lily sudah tidak nyaman. Lily memutuskan untuk ke toilet. Di dalam toilet tiba tiba batin Lily terpanggil untuk menghubungi Juno. Nando yang melihat gelagat aneh adiknya seketika membubarkan rapat dan mengundurnya. Nando mengutus sekertarisnnya untuk memantau Lily.

"Ikuti nona sekarang, jangan jangan dia sudah mau melahirkan" Perintah Nando pada sekertarisnnya.

"Baik pak" jawab sekertaris.

di dalam toilet.

"Bu kenapa, muka anda pucat sekali." Ucap asisten Nando.

" Tidak, aku hanya sedikit berdebar dan lelah" Jawab Lily sambil meringis menahan sakit.

"Apa ini sudah tanggalnya?" Tanya asisten itu lagi yang kini kian mendekat pada Lily.

"Masih 6hari lagi va" Ucap Lily pada Eva.

"Ok, kita kerumah sakit sekarang Bu." Pinta Eva sambil membantu Lily berjalan.

Belum sampai depan pintu Nando sudah masuk. Melihat adiknya yang berjalan dengan susah payah dan menahan sakit. Nando lantas membopong Lily hingga keluar dari kantor dan dengan segera mengantarnya ke rumah sakit bersalin.

Gugup, panik, dan gusar. Itulah gambaran Nando saat ini. Keringat dingin bercucuran dari tangan dan dahinya. Matanya tetap fokus ke jalanan dan pikirannya tak teralihkan dari Lily yang tiba tiba merintih menangis menahan nyeri dan seribu rasa sakit yang datang sekaligus.

Sampai di rumah sakit, Lily langsung mendapatkan penangangan dari Dokter spesialis kandungan. Rupanya Lily sudah pembukaan 7. Itu artinya tinggal menunggu beberapa jam lagi. Maka si bayi akan membuka mata untuk melihat dunia.

Nando dengan gusar mondar mandir menunggu Lily dari luar, sementara Juno seperti kelabakan menata segala perlengkapan yang sudah mereka siapkan bersama. Belum lagi dengan Embun yang harus di bawanya juga.

Juno berlari dengan terengah engah menuju keruang bersalin. Nando dengan wajah kesal sudah menantinya. Juno masuk ruangan di antar oleh salah satu perawat yang bertugas. Baru beberapa menit Juno masuk, sudah terdengar tangis bayi mungil.

Juno seperti syok dan tak mengira akan secepat dan semudah ini. Ingatannya kembali pada saat Namira melahirkan Embun dengan susah payah hingga berhasil merenggut nyawanya. Airmatanya menetes mengalir tanpa perintah. Tangis bahagia itu pecah dan beriring dengan tawa saat tiba tiba dokter itu mengatakan fakta yang menggelitik.

"Selamat ya pak, anaknya laki laki. Sangat tampan seperti Ayahnya" Puji seorang perawat yang membekap kan putra kecil itu ke dada Juno.

"Makasih" jawab Juno dengan senyum bahagianya.

"Prosesnya sangat cepat pak, sepertinya kalian sering berolahraga malam hari bersama ya akhir akhir ini? itu bagus di usia hamil tua bisa sangat membantu mempermudah jalan lahir bayi" Ucap dokter sambil tersenyum menatap Lily dan Juno.

"Ah, dokter." Ucap Lily yang tersipu malu dan mencubit tangan Juno yang memegang tangannya.

"Ibunya juga fit banget ini, kita belum sempet pasang infus tapi ibunya udah ngajak ngejan terus. Bagus semuanya sehat dan stabil"

"Enggak perlu di infus kok, atau ibu mau di infus?" tanya dokter bercanda.

"Enggak dok ga usah, udah enteng kok badan" Jawab Lily sambil tersenyum menatap wajah dokter yang masih menjahit luka di alat vital Lily.

*Terimakasih ya Allah. Bayanganku tadi kembali pada masa lalu. Aku begitu takut jika dia akan seperti Namira. Alhamdulillah ya Allah.* Puji syukur Juno pada sang khalik atas kelahiran putra dan istri yang sehat pula.

🌺🌺🌺🌺

Hujan rintik membasahi bumi, membawa kesejukan dan keberkahan tersendiri. semua berkumpul di dalam kamar rawat untuk menjenguk dan menyambut anggota baru keluarga mereka. Amanda dan paman Rudy juga hadir, semua berkumpul bersama dan bersuka cita.

Lily yang sedang dalam masa pemulihan juga lebih cepat membaik karena mendapat dukungan dan cinta kasih dari orang sekitar. Embun gadis kecil itu kini sudah menjadi Kakak. Embun memeluk Lily di atas ranjang, Lily masih menyusui putra mereka. Terucap sebuah pertanyaan yang membuat Lily menangis seketika.

"Papa, jangan panggil Bunda Mama ya" pinta Embun dengan polosnya pada papanya yang tengah menatap mereka bertiga dengan duduk di kursi yang menghadap ke ranjang.

"kenapa sayang, kok enggak boleh" Tanya Juno yang penasaran dengan maksud sang anak.

"Karena Embun tidak mau kalau bunda di panggil Mama. Nanti bunda juga akan ninggalin Embun sama seperti Mama Mira" Ucap Embun dengan polosnya sambil mulai menangis.

Seisi ruangan menjadi sunyi seketika mendengar ucapan gadis pintar itu.

"Iya, Papa akan panggil Bunda aja selamanya" Ucap Juno sembari mengelus rambut putrinya dan memberi senyum terbaik untuk menenangkannya.

"Bunda, Embun tetap anak Bunda juga kan Walau sekarang Bunda dan Papa udah punya dedek bayi?" Tanya Embun sambil menatap Lily menunggu jawaban pasti.

"Iya sayang, Meskipun bunda enggak hamil dan melahirkan Embun. Embun tetap anak Bunda. Embun tetep anak pertamanya papa dan Bunda" Jawab Lily sambil menitikan air mata dan memeluk Embun yang berada di sampingnya.

*Kamu tetap anak bunda sayang. Meskipun dulu kamu adalah anak asuh Bunda. Tapi kamu sekarang adalah seutuhnya anak Bunda. Embun, kamu itu Anak asuhku adalah anakku*

🌼Nasib seseorang tiada yang tau. itulah nasib embun dan Lily yang saling terkait meski tak berhubungan darah. Saling menyayangi meski tak ada imbalan pasti🌼

🌺🌺🌺🌺🌺 SELESAI 🌺🌺🌺🌺🌺