webnovel

Anak asuhku Anakku

mei_yama · Teen
Not enough ratings
53 Chs

18.

Pohon Bougenville itu sedang menunjukkan pesonanya, rimbun dan elok penuh dengan warna. Meski tak menyebarkan aroma semerbak namun tetap indah Dimata seseorang yang mengerti akan keindahannya.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Lily berada di masjid yang berada di area rumah sakit. Nando mengikutinya tanpa sepengetahuannya. Selesai dengan ibadah sholat Dzuhur, Nando dengan sengaja menunggu Lily.

"Ly" panggil Nando sambil menggerakkan tangannya.

Lily menoleh lalu tersenyum kecil pada Nando. Nando berjalan dengan senyum yang mengembang di bibir seksinya. Nando adalah anak blasteran Indonesia dan Portugal dari garis sang kakek. Jadi ya perawakan dan penampilanya sangat maskulin. Wajah tampannya di hiasi dengan jenggot yang tertata rapi seperti pria timur tengah. Matanya agak kebiruan dengan hidung mancung dan dada bidang. Perawakan yang tinggi 183 dan tegap dengan perut kotak kotak.

Lily hanya gadis biasa namun sebenarnya sangat cantik walau hanya dengan sedikit polesan. Sayangnya Lily tidak pernah berdandan selama bekerja dengan Juno. Lily, tinggi 167 BB 55kg. rambut panjang agak kecoklatan. Hidung standar, mata standar, lesung pipi bibir bulat penuh warna pink alami. Mata coklat kulit putih ala Indonesia. Dada Lily agak lebih besar di banding proporsi tubuhnya. Ini sebabnya Lily selalu memakai baju yang berukuran jumbo. dan selalu memakai rok panjang. Sebenarnya untuk menutupi kelebihan Lily di bagian pantat. Bokong lili bulat sempurna dan seksi. Jadi Lily selalu menutupi itu dengan memakai Rok panjang ya tentu dengan ukuran yang jumbo juga.

🐚🐚🦋

"Apa pak?" Jawab Lily berhenti sejenak menunggu Nando yang berlari kecil ke arahnya.

"Aku, hhh... sebentar. aku ambil nafas dulu. kamu kenapa buru buru banget sih?" Tanya Nando yang terengah engah setelah mengejar Lily.

" Takut kalau Embun rewel, kan biasanya dia ikut aku terus pak." jawab Lily pelan.

"Jangan panggil aku pak sih, keliatan tua banget akunya" ucap Nando sambil menatap Lily.

"Ya terus?" tanya Lily sambil mulai berjalan bersama Nando.

"panggil kak, atau mas gitu" ucap Nando sambil mengimbangi langkah kecil Lily.

"kak,mas? kita beda 8th lho. apa enggak enak panggil oom?" Lily bercanda.

"ish, kamu ya. ga lucu tau." Ucap Nando sambil memanyunkan bibirnya.

"Lagian muka bule gitu,minta di panggil mas. Ga cocok Alejandro" Ledek Lily sambil tertawa kecil melihat nando.

"Ih, kamu ya. Ya udah panggil kak aja. titik!" ucap Nando sambil menatap lurus ke arah pohon Bougenville.

"ikut aku sini sebentar, aku mau ngomong" Nando menarik tangan Lily dan berjalan menuju bawah pohon Bougenville besar di taman.

" Apa jawabanmu tentang pertanyaanku kemarin.?" Tanya Nando dengan menatap Lily penuh harap.

"Emm, aku punya satu pertanyaan yang harus kakak jawab jujur dulu" Ucap Lily sambil berjalan dan duduk di kursi taman di bawah pohon Bougenville itu.

"Apa" sahut Nando penasaran.

"Seandainya aku menerima perasaan kakak, Apa kakak mampu mengatur perasaan kakak setiap hari untuk melihat dan mengetahui aku wajib mengurus segala kebutuhan tuan Juno dan Embun?" tanya Lily dengan pandangan mengarah ke bawah.

"Maksudmu?" Nando masih tidak memahami maksud pertanyaan Lily.

"Jika kita memiliki hubungan, aku hanya bisa memiliki waktu 2 jam saat malam sabtu"

"Apa kakak mampu mengatur emosi dan perasaan dengan bocah kecil yang kemana mana selalu memanggilku Bunda?"

"Belum lagi, sekarang segala kebutuhan tuan Juno aku yang membantu. Mulai dari makan, minum, tidur, dan ganti baju. bahkan urusan ketoilet, hmm aku rasa pr ku urusan toilet"

Ucapan Lily membuat Nando kebingungan. Nyatanya perasaan cintanya harus bersaing dengan sikap profesional.

*Aku tau dia bekerja dengan Juno. Tapi jika harus memapahnya setiap hari, itu artinya mereka akan saling berdekatan dan hampir berpelukan setiap hari.*

*Belum lagi jika kita sedang berkumpul bersama, embun dengan tiba tiba memanggil Lily dengan kata bunda dan Juno dengan kata Papa terus aku di panggil oom. Kesanya aku seperti perusak rumah tangga orang ya*

* Papa, Bunda dan oom. Kok jatuhnya kayak aku ini selingkuhan Lily sih kalau di rasa rasa" Nando terhanyut dalam lamunannya.

Lily tersenyum melihat Nando yang bengong membayang sesuatu entah apa itu.

"Gimana?" Tanya Lily dengan suara agak keras yang mengagetkan Nando.

"Gimana kalau kita coba jalanin aja dulu" ucap Nando dengan tatapan penuh harap.

"Coba? Pacaran? ogah kak. Sama sama mencoba antara pernikahan atau pacaran. Aku lebih memilih menikah coba coba, setidaknya lebih terhormat" Jawab Lily sambil memetik bunga Bougenville berwarna ungu itu.

"Yaudah kita nikah dulu, abis itu baru pacaran" usul Nando semakin menggelitik Lily.

"Hahaha, kakak ini loh. bener bener aneh. Udah kakak bermunajat dulu. akalau lah jodoh kita sebagai suami istri, ya maka itu akan terjadi dengan cara yang tak terduga. Tapi kalau kita berjodoh hanya sebagai teman, ya sudah mau apa lagi" Kata Lily sambil berlalu pergi memasuki lorong rumah sakit.

🌸🌸💮🦜

"Bunda!" sambut Embun di balik pintu kamar rawat saat Lily masuk.

" Wah, kaget bunda" Lily berpura pura kaget dengan ekspresi yang lucu sehingga Embun tertawa lepas merasa prank nya berhasil.

Juno yang tersenyum lebar melihat itu membuat Lily kikuk dan salah tingkah. Lily lalu mengandeng tangan Embun dan berjalan menuju ranjang Juno.

*Hatiku sepertinya mulai yakin jika kau adalah wanita yang baik untuk anakku dan aku. Namira sudah merestui keberadaanmu.*

*Sekarang, apa yang akan aku lakukan?*

*Ataukah aku akan mengungkapkan perasaanku langsung?*

*Atau, tunggu waktu aja yang mengajarkan dan mengungkap segalanya?*

Juno memikirkan cara untuk mendapatkan Lily, menjadikanya bunda dari Embun. Juno lalu terkejut saat melihat Nando yang masuk tiba tiba kedalam kamar dan menarik tangan Lily.

"Aku pinjam dia sebentar ya" ucap Nando pada juno.

Belum sempat Juno menjawab, Nando sudah membawa Lily. Juno menatap kepergian mereka yang menghilang di balik pintu.

*Apa, ada urusan apa mereka. sepertinya sangat penting* batin Juno menatap kepergian Lily.

"Ada apa sih kak?" tanya Lily yang memegang tangan Nando yang menarik tangan kanan Lily.

"Ly, dengar. Maukah kau membantuku?" ucap Nando setengah memohon pada Lily.

"Apa kak?"

"Dengar, umur ibuku sudah tidak akan lama. Maukah kau berpura pura menjadi kekasihku hanya sekali saja?" Pinta Nando dengan wajah melas.

"Apa? jadi kakak, ingin mengajak aku bekerja sama membohongi ibu kakak sendiri di akhir usia nya yang tak lama lagi?" Lily mengintimidasi ucapan Nando.

"Bantu aku ly, aku hanya merasa kamu gadis yang pas. Setidaknya biarkan dia bahagia walau hanya kebohongan" jawab Nando sambil terus menggenggam tangan Lily.

"Tapi kak, masih banyak wanita lain" elak Lily.

"Tidak aku tidak dekat dengan mereka. Sementara denganmu kita sudah semakin dekat dua tahun belakangan ini. Ayolah ly" Ucap Nando dengan wajah memelas.

" hemm" Lily mengangguk.

"Makasih ly" Nando reflek memeluk Lily erat.

Badan Lily menghilang saat di peluk oleh pria tegap itu. Namun lain yang dirasakan Nando ada sesuatu yang menonjol yang membuatnya semakin menyukai Lily. Dua arah pikiran yang jauh berbeda. satu memikirkan menolong seseorang. satunya lagi sudah beralih jalur pada sebuah tonjolan.

"Ya sudah kak, lepaskan aku. aku akan mengemas barang barang tuan Juno yang akan pulang sore ini" ucap Lily sambil melepaskan pelukan Nando.

"Iya, kita chat aja nanti ya" jawab Nando yang tersenyum kepada Lily yang mulai berjalan masuk kamar rawat Juno.

*Ternyata, aku sudah salah menilai. Ternyata tak sekecil badanya* Gelak tawa menggelitik di benak Nando yang berarus jorok.

🦋🐚🌺🌼.

Di rumah Juno.

Saat makan malam.

"Embun, sini yuk makan dulu" titah Lily pada gadis kecil yang asik menggambar di pangkuan sang Papa.

"Doyong Enun Bunda," pinta Embun pada Lily untuk mendorong kursi roda sang papa menuju meja makan.

*Di kiranya kursi roda ini odong odong kali. Embun Embun* Lily tersenyum.

"Ayok, dorong yok. siap ya, satu dua tiga. Tin tin, stop" ucap lily memberhentikan kursi roda di sisi meja makan.

"Embun ayo duduk sendiri, biar papa Embun bisa makan juga. Biar apa?" tanya Lily pada gadis yang sedang di pakaikannya celemek untuk makan.

"Bial bisa main lali lali sama Enun" jawab Embun cadel.

Juno tertawa melihat itu dan semakin tertarik menjadikan Lily sebagai Bunda untuk Embun. Lily berpindah ke sisi Juno dan mulai meladeninya mengambilkan nasi dan lauk pauk. Lily beralih lagi untuk menyuapi Embun.

"Tidak, jangan. biarkan dia belajar makan sendiri. Jangan terlalu dimanjakan. Latih dia untuk mandiri" ucap Juno sambil menatap lembut Lily yang berdiri di sebelah Embun.

"Kamu, duduk di sebelahku kita makan bersama" pinta Juno sambil menarik tangan Lily.