webnovel

Anak asuhku Anakku

mei_yama · Teen
Not enough ratings
53 Chs

17.

Flash back.

Juno berjalan bergandengan bersama Namira dengan senyum yang mengembang di wajah Juno. Namira tampak cantik dengan baju putih dan wajah yang berseri. Hamparan Savana yang luas membentang seperti tanpa ujung berpadu dengan semburat jingga Sinaran senja.

Samar samar terdengar amarah dan teriakan dari Lily yang menangis namun tak begitu jelas. Berbataskan kabut putih Juno mampu melihat Lily dengan tangisnya sambil menggendong Embun. Namira tersenyum melihat itu, lalu melepaskan tangan Juno begitu saja.

Tanpa kata kata dan hanya dengan senyum yang benar benar tulus, Namira menunjuk ke arah Embun putrinya dan Lily di seberang kabut. Juno berada di tengah tengah antara Namira dan Lily. Namira semakin menjauh dengan senyumnya dan tangannya yang masih menunjuk Lily. Juno menatapnya dengan tatapan kosong, bimbang akan sebuah pilihan yang menuju pada satu kepastian.

Juno melihat wajah sembab Lily dan berteriak terisak kepadanya.

"Apa kau akan membiarkan Embun tumbuh tanpa kasih sayangmu!!"

Dan seketika Juno mampu membuka matanya perlahan.

flash back off. 🌸🌸

*Tuhan, apakah serentetan kejadian yang ku alami ini adalah jawaban dari doa doaku? kau menunjukkan padaku wanita yang dengan sabar merawat dan menjaga aku dan keluargaku di masa sulitku.*

*Namira, apakah arti dari senyummu itu adalah kau merestui aku bersama Lily?*

*Tuhan, berikan aku petunjuk yang lebih jelas lagi dan jika apa yang ku rasa ini benar. Maka yakinkanlah hatiku. Kau pemilik hati ini, dan kau juga membolak balikan hati ini. Maka aku memohon kepadamu yakinkanlah hatiku jika memang itu yang terbaik yang KAU berikan padaku*

Untuk sesaat Juno menunduk dan bermunajat sambil menatap Embun yang tidur di sampingnya sambil memeluk pinggangnya.

Juno mengusap usap lembut rambut Embun dan menatapnya lekat.

Pintu terbuka dan datanglah dua sahabat Juno. Nando dan Bilhan dengan membawa bunga dan beberapa makanan. Senyum menyeringai dari wajah Juno yang masih pucat itu.

Nando meletakkan bunga yang di bawanya di atas meja dan Bilhan langsung memeluk sahabatnya itu lalu bergantian dengan Nando.

"Pak, saya dan putri permisi pulang dulu ya. Karena di sini sudah ada teman bapak." ucap Bimo yang ingin segera pulang untuk beristirahat dengan lega.

"Iya, silahkan. Kalian beres beres rumah. mungkin nanti sore saya sudah boleh pulang" Ucap Juno.

"Ngawur kamu, mana ada baru sadar sudah boleh pulang." sahut Bilhan dengan wajah yang menolak ucapan Juno.

"Boleh, aku akan minta APS. ingat aku dulu juga dokter, aku juga tau kondisiku sekarang sudah membaik. Aku cukup lelah terlalu lama di sini selama 2 tahun" Ucap Juno sambil menyisir rambutnya dengan tangan.

"Ya sudah kalian pulanglah dulu." Perintah Juno pada Bimo dan putri.

Bimo dan putri undur diri, sedangkan Embun masih tertidur pulas di ranjang Juno sambil memeluk pinggang sang Papa yang duduk bersandar di ranjang.

Sesaat setelah Bimo dan putri pergi. Mereka berbincang mengenai keadaan Juno. Apa saja yang di rasakan Juno saat koma. Juno menceritakan tentang yang dialaminya saat bersama Namira dan mendengar Lily. Semua itu Juno ceritakan.

Mendengar cerita Juno, raut wajah Nando seketika berubah menjadi lesu, Namun dia menutupinya sebisa mungkin. Tapi Bilhan mengerti tentang apa yang dirasakan Nando.

"Mungkin semua ini adalah pertanda dan cara Allah menjawab semua doa doamu" Ucap Bilhan setelah mendengar cerita Juno.

"Iya, bisa jadi" sahut Nando sambil memegang dagunya dan memainkan bibirnya.

"Hah entahlah. tapi hatiku belum yakin"

"Bisa jadi itu hanya tipu daya setan saat imanku lemah" Jawab Juno memandang kedua sahabatnya yang duduk di sofa.

Masuklah seorang wanita cantik..

"Sandra!" cletuk Bilhan dan Nando kompak.

Sandra tersenyum dan memasuki kamar rawat itu. Sandra langsung memeluk Juno dan mencium pipi Juno. Juno yang merasa risih lantas menampik tangan Sandra yang berusaha memeluknya lagi.

"Awas ah, bisa agak mahal dikit enggak sih. Aku enggak suka barang murah!" Ketus Juno yang kesal dengan kelakuan Sandra di hadapan sahabat dan putrinya.

"Astaga, itu mulut apa silet. baru sadar udah kayak gitu" sahut Sandra yang kemudian menghempaskan bokongnya di sofa.

"udah tau belati, gitu kamu masih ngejar terus!" sahut Nando yang juga jijik melihat sikap Sandra yang tidak tau malu.

"Bener!" ucap Bilhan sambil menatap sinis Sandra.

pintu terbuka lagi dan masuklah seorang wanita paruh baya dengan membawa beberapa buah buahan yang di kemas dalam bentuk parsel dan juga seikat bunga.

"Assalamualaikum..." ucap wanita itu.

"Waalaikumsallam..." Jawab mereka semua yang ada di dalam secara bersamaan.

"Mama?" ucap Juno keheranan.

Raut wajah Juno berubah seperti tak percaya. Mama nya biasanya sangat cuek dan hampir tidak perduli dengan kehidupan sang putra melainkan hanya untuk sebuah keuntungan.

"Apa kabar sayang?" tanya Mama Kim. Ibunda Juno.

"Sudah lebih membaik ma" jawab Juno singkat.

"Kenapa mama datang kesini?" Tanya Juno menelisik.

"Mama sudah dari sebulan lalu berada di kota ini. Mama sudah tidak menetap di Korea lagi. Dan, mama kemari ingin menjengukmu setelah sadarkan diri." jawab sang mama dengan suara lembut.

"Kenapa tidak di Korea lagi. Apa suami barumu itu sudah membuangmu demi wanita lain yang lebih muda?" Celetuk Juno yang membuat seisi ruangan melongo dan tak percaya dengan apa yang di ucapkanya.

"Jun, jangan kayak gitu dong. itu kan mama kandungmu. Enggak bagus lho. Apalagi di depan anakmu" Ucap Nando menasehati Juno dengan suara perlahan.

" Hah, aku tak percaya padanya setelah apa yang pernah di lakukanya padaku dan Ayahku dulu. Dia selalu menganggu kehidupan kami dengan mengambil keuntungan dari kami. Dan pergi begitu saja ketika kami menderita. Jika kau jadi aku, mampukah kau menerimanya kembali?"

"Bahkan saat aku menikah dengan wanita yang ku cintai. Aku melapangkan dadaku berusaha membuka kembali hatiku untuknya atas permintaan Namira. Tapi apa, cacian dan makian yang Namira dapatkan"

"Dia, dia dengan terang terangan menunjuk wanita itu untuk menjadi istriku yang lebih baik di hadapan Namira hanya karena Sandra jauh lebih kaya dari Namira. Apa itu bisa kau terima? apa itu patut di lakukan seorang ibu kepada anaknya?"

Luapan emosi Juno yang sudah tertimbun lama karena Namira yang selalu melarangnya untuk marah dan selalu meredam emosi Juno, kini akhirnya meledak bebas berhamburan ke segala sisi.

Mama Kim hanya bisa menunduk dan menitikan air mata.

Nando dan Bilhan hanya mampu diam mendengar semua luapan emosi Juno dengan tatapan iba kepada sahabatnya. Sementara Sandra menenangkan Mama Kim yang terlihat syok mendengar ucapan putranya.

"Dengar Juno, aku memang tampak murahan di matamu. Tapi aku bersikap seperti ini hanya padamu, karena aku benar benar mencintaimu dan ini semua bukan karena Mamamu." ucap Sandra yang terkesan membela nyonya Kim.

"Kau mencintaiku? Sungguh?" tanya Juno pada Sandra dengan tatapan nanar.

Sandra mengangguk dengan cepat.

"Benarkah, kau mau hidup bersama pria lumpuh sepertiku selama sisa umurmu?" Tanya Juno dengan nada tinggi.

Semua yang ada di ruangan itu ternganga kecuali Juno dan Embun yang masih tertidur.

"Apa kamu lumpuh?" Sandra memastikan apa yang baru saja di dengarnya.

Mama Kim seperti tak percaya dan menutup mulutnya sambil menahan tangis. Sandra langsung pergi begitu saja meninggalkan ruangan yang beberapa saat kemudian di susul Mama Kim.

"Kamu bercanda kan?" tanya Bilhan memastikan.

"Aku serius. Aku benar benar lumpuh. Kakiku tak bisa bergerak." Jawab Juno yang berusaha merebahkan diri dengan susahnya.

Melihat Juno yang kesusahan Nando dengan sigap membantunya. Nando kemudian berdiri di samping ranjang Juno. Segelas air putih Nando berikan pada Juno.

"Minum dulu biar tenang" ucap Nando sambil menyodorkan segelas air.

Juno meminum air putih itu dan masuklah seorang perawat memberikan boks makan siang dan obat di nampan.

"Di minum ya pak obatnya, makanannya di habiskan" pesan perawat itu kepada Juno sambil tersenyum.

"Iya sus" Jawab Nando sementara Juno hanya mengangguk.

"Assalamualaikum" Ucap Lily yang baru datang dengan bungkusan yang di tentengnya.

"Waalaikumsallam.." jawab mereka semua bersamaan.

Senyum manis langsung mengembang di bibir Juno, Nando pun sama. Keduanya bersamaan memasang senyum yang sama sama menawan untuk Lily. Lily menjadi sangat gugup melihat kedua pria itu bersebelahan dengan tatapan yang sama sama menawan.

Pria yang satu, juno. masih segar dalam ingatan Lily bagaimana mereka berpelukan. Nando, masih begitu jelas kata kata Nando sehari sebelum Juno terbangun Nando mengutarakan perasaanya kepada Lily yang sudah di milikinya sejak pertama kali melihat Lily.

Jantung Lily berdegup kencang, Lily menjadi gugup dan salah tingkah. Tak pernah menduga akan seperti ini. Lily tak berani menatap wajah kedua pria itu sekarang dan hanya menunduk. Sambil berjalan masuk. Bilhan yang melihat ekspresi Lily sengaja menggodanya.

"Ehem..." Bilhan berdehem untuk memecah suasana beku itu.

"Bawa apa ly?" tanya Bilhan datar.

"Oh ini, Bubur ayam pak." jawab Lily sambil mengeluarkanya dari Tote bag.

"Bikin sendiri atau beli?" tanya Nando yang tiba tiba menghampiri dan berdiri di samping Lily.

Lily menjadi semakin gugup. Lily memberanikan diri untuk menatap Nando dan tersenyum kecil kepadanya dan di balas senyum sumringah yang kentara jelas. Juno melihat hal itu dan gantian berdehem untuk mengalihkan perhatian Lily.

*Jangan jangan selama aku koma. Mereka jadian* Juno mebatin lalu menggeleng - gelengkan kepalanya seperti tak ingin berpikir yang tidak tidak.

Melihat ada boks makan siang dari rumah sakit Lily langsung membukanya. Terlihat boks itu masih penuh dan belum tersentuh sama sekali.

"Bapak belum makan?" Tanya Lily sambil membuka bubur ayam yang di bawanya.

"Belum, aku mau bubur yang kamu bawa saja" ucap Juno sambil melihat Lily yang kikuk dan gugup.

Terdengar rengekan dari Embun yang mulai terbangun. Lily lalu menepuk nepuk punggung embun namun bocah kecil itu malah membuka mata lebar lebar dan langsung bangun saat mencium bau harum bubur ayam kegemarannya.

"Bunda, mam.." ucap Embun tiba tiba.

"Eh tau lho dia kalau Lily bawa bubur ayam. Wah sungguh hidungnya tajam sekali" ucap Nando yang berdiri mendekati Embun yang masih dengan muka bantal.

"O om" Cletuk Embun yang menyadari keberadaan Nando di sebelahnya.

"Embun mau mam?" tanya Lily sambil merapikan rambut Embun yang berantakan.

Anggukan kecil dari bocah cantik itu membuat senyum lily lagi lagi mengembang. Lily menyuapi Embun dan bocah kecil itu tiba tiba ingin menyuapi papanya yang bersandar di sebelahnya.

"Papa, mam ya"

Sesendok bubur diarahkanya kemulut sang papa namun tidak pas sasaran dan Lily membantunya dengan memegang tangan Embun. Jadilah mereka berdua menyuapi Juno yang nampak sangat bahagia melahap setiap sendok demi sendok yang masuk ke mulutnya.

Nando melonggarkan dasinya melihat adegan itu dan hanya duduk di sofa dengan bibir manyunnya sambil melahap bubur yang masih tersisa satu mangkok untuknya. Bilhan dengan cueknya menikmati bubur ayam buatan Lily.

Sesekali Lily menengok ke arah Nando dan tersenyum melihat tingkah Nando yang sedang cemberut. Setiap gerak gerik Lily nyatanya mampu tertangkap oleh Juno dan senyum Lily untuk Nando membuat Juno semakin manja.

"Minum" pinta Juno sambil mengunyah bubur di mulutnya.

"Tisu" ucap Juno lagi.

Acara makan pun selesai dengan bahagia bagi Juno dan Embun tapi cukup menyesakkan dada bagi Nando.