webnovel

Alunan Cinta

Adara Fredelina gadis biasa yang bekerja di perusahan tambang batu bara bingung harus memilih nada cinta yang yang dibawakan oleh dua orang pria padanya. Alunan cinta energik dan penuh petualangan yang dibawakan oleh Hanzel Manuru mengalum indah mengisi hari-harinya. Sementara alunan cinta romantis nan lembut yang dibawa oleh Arya Mahardika telah lebih dulu bersimfoni dihatinya. Alunan cinta tersembunyi yang dimiliki oleh Diandra semakin membuatnya tambah bingung harus memilih yang mana. Sebuah permainan takdir datang dan membuatnya harus memilih satu alunan cinta yang harus ia mainkan seumur hidupnya. Alunan cinta manakah yang akan dipilih oleh Adara untuk menghiasi hidupnya kelak?

Adara_Wulan · Teen
Not enough ratings
56 Chs

15. Kisah Aqilla dan Raffa

POV Aqilla.

Namaku Nur Aqilla, aku hanyalah gadis biasa yang tinggal di salah satu kampung kecil di Kutai Barat. Wajah oriental dan manis yang ku miliki tak semanis dengan jalan hidup yang harus aku jalani.

Aku jatuh cinta dengan seorang pemuda bernama Ardika di kampungku ia anak seorang pengusaha  kuliner yang cukup terkenal, resto yang orang tuanya miliki berjajar rapi dari jalan poros Kutai Barat hingga Balikpapan.

Walau orang tuanya menentang karena aku hanyalah anak seorang petani biasa dan aku hanya bekerja pada salah satu pom bensin di kampungku, aku dan Ardi tetap nekat merajut cinta secara diam-diam.

Ketulusan yang ku berikan pada Ardi ternyata di balas dengan sandiwara yang cukup menyakitkan, ia tak pernah mencintaiku. Madu yang telah ku berikan padanya ia tukar dengan racun yang sungguh mematikan.

Ardi mengejar-ngejarku hanya karena nafsu ingin mendapatkan seorang kembang desa sepertiku setelah ia menghisap putik sari dariku ia beralih ke rumput tetangga yaitu Vita sahabatku sendiri yang memiliki kasta yang sama dengannya.

Mereka menikah dan bahagia di atas laraku, aku tak sanggup melihat mereka yang selalu tersenyum mengejekku. Aku depresi hingga akhirnya aku terjerumus dalam gelapnya lembah dosa, menyentuh minuman yang memabukkan dan barang yang diharamkan hingga menemani pria hidung belang yang kesepian.

Walau aku sering menemani pria hidung belang di penginapan, aku sama sekali tak menjual tubuhku. Aku hanya menemani mereka minum dan mendengar keluh kesah mereka.

Aku pindah ke Kem Baru dan memulai hidup yang baru saat lamaranku di kantin perusahaan diterima,  di kantin aku bertemu dengan Raffa seorang pria dingin yang selalu cuek padaku walau sekeras apa pun aku menggodanya.

Adara benar, awalnya iseng akhirnya aku jadi kesemsem betulan pada Raffa namun aku takut untuk menumbuhkan rasa itu, aku takut Raffa tak bisa menerima masa laluku yang suram.

*****

Aqilla keluar dari pintu kantin dan berpapasan dengan Raffa, ia menoleh sekilas pada Raffa lalu melanjutkan langkah kakinya dengan cuek.

"La, tunggu." Panggil Raffa, Aqilla berhenti sesaat lalu kembali meneruskan langkahnya tanpa menoleh.

"Aqilla." Raffa menarik tangan Aqilla, "La, maafin aku. Aku nggak sengaja membentak kamu waktu itu," lanjut Raffa lagi.

Aqilla hanya tersenyum menatap Raffa lalu pergi meninggalkan Raffa di depan kantin. Aqilla pulang ke kosannya, ia segera membersihkan tubuhnya dari terpaan debu tambang.

Setelah menikmati makan malam yang ia bawa dari kantin, Aqilla merebahkan tubuh lelahnya di atas kasur dan bersiap untuk mengistirahatkan raganya. Sebuah ketukan membuatnya urung mengistirahatkan raganya.

"Raffa." Aqilla terkejut melihat Raffa berdiri di depan pintu kosannya.

"La," ucap Raffa ragu.

"Apa?" Sahut Aqilla tegas.

"La aku tahu, aku salah. Maafkan aku jika kata-kataku tempo hari menyakiti perasaanmu. Wajar jika kamu tak bisa memaafkanku tapi asalkan kamu tahu, La. Aku tulus meminta maaf padamu walaupun kamu nggak bisa memaafkan aku, selamat malam La. Sorry udah ganggu waktu kamu aku cuma pengen bilang itu  aja ke kamu." Raffa berbalik untuk pergi.

Aqilla menarik tangan Raffa berusaha untuk menahannya. "Sory Fa, bukan gitu maksud aku. Sebenarnya aku suka  sama kamu, cuma sikap kamu menunjukkan kalo kamu benci banget ama aku. Ya udah deh, aku mundur dan memilih cuek."

Raffa memutar badannya dan bergerak maju ke arah Aqilla. "Aku emang benci sama kamu, aku risih setiap kali kamu bersikap centil dihadapan aku, telinga aku sakit setiap kali kamu teriak-teriak manggil namaku apalagi kalo dihadapan orang banyak aku malu, La!"

"Fa."

Tangan Aqilla memegang dada bidang Raffa dan menahannya karena Aqilla sudah tak bisa bergerak lagi, tubuhnya sudah menempel di dinding.

"Tapi semenjak kejadian di kantin en kamu nyuekin aku setelah kejadian itu, aku jadi kepikiran ama kamu terus. Aku benci ama kamu tapi aku selalu mikirin kamu diotak ku, tolong jelasin tentang rasa yang aku rasain ini, La." Raffa menatap Aqilla dengan serius.

"Gitu aja nggak tahu," Aqilla terkekeh geli. Raffa semakin membulatkan matanya.

"Itu tandanya kamu jatuh cinta ama aku, cuma kamu aja yang terlalu kaku n gengsi buat ngakuin. Wajar aja sih,  namanya juga cowok es batu," lanjut Aqilla.

"Bantu aku," lirih Raffa.

"Apa?" Ucap Aqilla.

"Bantu aku hancurin es batu yang ada di dalam diri aku, La. Bantu aku  untuk menunjukkan rasa suka aku ke kamu," pinta Raffa.

"Caranya begini."

Aqilla mencium bibir lembut Raffa untuk beberapa saat, Raffa hanya terdiam merasakan sentuhan hangat dari bibir Aqilla.

"Apa yang kamu rasain di sini dan di sini."Ucap Aqilla  seraya menunjuk kepala dan dada Raffa.

"Aku ...."

Raffa melakukan apa yang telah dilakukan oleh Aqilla padanya barusan.

"Kamu semakin menari-nari dipikiranku, en aku pengen kamu selalu ada didekat ku." Ucap Raffa setelah mencium Aqilla.

"Kamu udah yakin sama apa yang kamu ucapin barusan?" Tanya Aqilla.

"Yakin," jawab Raffa.

"Pikir baik-baik, Fa. Siapa tahu kamu hanya kebawa nafsu sesaat, sekarang lebih baik kamu pulang en pikirin dulu semuanya dengan mateng. Kalo kamu udah yakin silahkan datang kemari, aku selalu nunggu keyakinan kamu di sini," ucap Aqilla.

"La-"

"Fa, please. Tolong dengarin aku," potong Aqilla.

"La, please. Kasih aku kesempatan untuk lebih dekat sama kamu," mohon Raffa.

Aqilla tersenyum, "Bukannya kita udah dekat, Fa."

"Maksud aku...." Raffa kikuk tak tahu harus berkata apa.

"Aku, aku suka sama kamu. Aku sayang sama kamu tapi aku nggak tahu gimana caranya nyampein ke kamu, La." Wajah Raffa memerah, Aqilla terbahak.

"Kok kamu malah ngetawain aku sih," Raffa terlihat kesal.

"Fa ... Fa, tinggal ngomong 'La, I Love You atau aku sayang kamu kita jadian yuk' susah amat," ucap  Aqilla.

"Kamu kan tahu, La. Kalo aku orangnya kaku susah buat ngungkapin segala sesuatunya," Raffa mengakui.

"Kamu yakin ama perasaan kamu, kamu tahu sendiri orang-orang sering ngecap aku buruk karena masa lalu aku yang suram." Aqilla menatap kesal pada dinding.

"Aku yakin, La. Aku siap nerima kamu apa adanya, aku nggak peduli ama omongan orang-orang di luar sana," yakin Raffa.

Aqilla menarik nafas berat dan menghembuskannya kasar, "Oke. Tapi aku nggak mau masa lalu aku kamu jadikan alasan atau kamu jadikan bahan ungkitan ketika suatu saat kita ada masalah dalam hubungan kita," pinta Aqilla.

Raffa mengangguk dan memeluk Aqilla dengan erat. Selama ini ia memang menyukai Aqilla namun banyak cerita-cerita negatif yang berhembus ditelinganya tentang Aqilla membuatnya urung dan memilih mundur bahkan sempat membencinya.

Jika Tuhan sudah berkehendak maka tak siapa pun bisa lari dari kehendak-Nya, hati Raffa yang dingin dan benci dengan Aqilla  kini telah dirubah oleh Tuhan dengan rasa cinta dan rasa sayang yang begitu menggebu sehingga Raffa tak kuasa untuk menolaknya.