webnovel

Alunan Cinta

Adara Fredelina gadis biasa yang bekerja di perusahan tambang batu bara bingung harus memilih nada cinta yang yang dibawakan oleh dua orang pria padanya. Alunan cinta energik dan penuh petualangan yang dibawakan oleh Hanzel Manuru mengalum indah mengisi hari-harinya. Sementara alunan cinta romantis nan lembut yang dibawa oleh Arya Mahardika telah lebih dulu bersimfoni dihatinya. Alunan cinta tersembunyi yang dimiliki oleh Diandra semakin membuatnya tambah bingung harus memilih yang mana. Sebuah permainan takdir datang dan membuatnya harus memilih satu alunan cinta yang harus ia mainkan seumur hidupnya. Alunan cinta manakah yang akan dipilih oleh Adara untuk menghiasi hidupnya kelak?

Adara_Wulan · Teen
Not enough ratings
56 Chs

16. Kebohongan Fanny

"Jadi kamu udah jadian ama Raffa, La." Girang Adara setelah mendengar cerita dari Aqilla, Aqilla mengangguk.

"Wah selamat ya." Adara memeluk Aqilla.

"Makasih, Ra. Terus kamu kapan jadian sama Hanz?" Tanya Aqilla, Adara cemberut.

"Loh, kok malah cemberut?" Selidik Aqilla, Adara pun menceritakan yang telah terjadi.

"Hmm, Hanz anak yang baik sebenarnya Ra. Sifatnya yang cuek, urakan dan cool serta blak-blakan menjadi daya tarik sendiri baginya sehingga banyak membuat wanita di sini tergila-gila padanya namun untuk pacar aku belum pernah melihatnya secara langsung selain Fanny. Tapi bukan kah mereka udah putus?" Ucap Aqilla.

"Entahlah, aku tak tahu, La." Adara mengangkat kedua bahunya.

"Iya, mereka udah putus karena Fanny yang selingkuh," ucap Aqilla.

"Oh, ya. Kamu tahu banyak tentang Hanz rupanya, La." Adara sedikit terkejut.

"Iya, karena Hanz pernah datang padaku lalu aku menemaninya dan mendengar semua keluh kesahnya semalaman dan kamu tahu Ra, Hanz tak memintaku menemaninya minum sampai mabuk ia hanya memintaku untuk mendengar keluh kesahnya lalu setelah itu ia pergi, lagian kamu lucu, Ra." Aqilla tersenyum pada sahabatnya itu.

"Lucu?" Adara memandang heran pada Aqilla.

"Iya lucu, sebenarnya kamu suka sama Hanz kan?" Tembak Aqilla.

"Nggak, kok La." Tepis Adara.

"Nggak usah ngelak, Ra. Kalau kamu nggak suka sama Hanz kenapa kamu marah padanya hanya karena adegan itu, kalau kamu emang nggak ada rasa ya udah maafin dia. Kasihan dia kamu cuekin begitu," ucap Aqilla.

"Aku nggak ada rasa pada Hanz, aku hanya benci dengan sikapnya yang playboy itu menurutku. Aku jadi teringat dengan Faris, La." Terang Adara.

"Kasih dia kesempatan, kenali dia lebih dekat. Nilai lah Hanz menurut pandangan kamu bukan menurut pandangan orang lain, Ra." Nasehat Aqilla pada sahabatnya itu.

"Makasih, La. Kamu emang yang the best deh." Adara memeluk Aqilla.

"Udah, pulang sana. Udah malam, besok kesiangan ntar kita di omelin nenek cerewet itu." Usir Aqilla.

"Okeee, aku balik ya, La. Bye," Adara meninggalkan kosan Aqilla.

"Bye, hati-hati." Balas Aqilla.

Esoknya, tepat pukul dua belas Adara berlari pelan meniti anak tangga menuju ke area service dan mencari sosok Hanz.

"Hei, keluar." Adara menendang sepasang kaki yang menyembul setengahnya di bawah Lube Truck yang sedang di service.

"Ndut?" Hanz menatap tak percaya.

"Iya, kamu pikir aku setan," sahut Adara.

Hanz segera keluar dari kolong Lube Truck dan mengikuti langkah Adara.

"Kamu udah nggak marah lagi sama aku nih ceritanya?" Ucap Hanz ketika mereka sudah duduk di belakang Workshop.

"Kamu mau aku lanjutin marahnya?" Tatap Adara pada Hanz.

"Oh, Tuhan. Cewek Taurus ngeri amat pendendamnya, selama ini aku nggak percaya ramalan zodiak. Ternyata kali ini aku harus mempercayainya." Hanz melongo menatap Adara.

"Becanda kali, gitu aja baper sampai bawa-bawa zodiak segala," sahut Adara.

"Iya, iya maaf. Tapi, aku benar-benar minta maaf ya Ra, yang kamu lihat malam itu sebenarnya-"

"Sudahlah, Hanz.  Nggak usah dibahas lagi, aku nggak ada hak untuk marah sama kamu. Aku yang harusnya minta maaf karena udah marah-marah tanpa sebab sama kamu," potong Adara. Hanz terkekeh.

"Kok kamu malah ketawa?" Heran Adara.

"Nggak papa, habisnya lucu aja. Kita malah saling rebutan minta maaf sekarang," Hanz tersenyum.

"Iya, dan bodohnya minta maaf untuk kemarahan yang tak jelas." Adara ikut tersenyum.

"Ndut, ntar malam aku jemput ya. Aku kangen udah lama nggak jalan bareng kamu," ucap Hanz.

"Oke, aku naik dulu ya," ucap Adara sembari berdiri.

"Oke, hati-hati Ndut." Teriak Hanz yang di balas dengan satu jempol yang di angkat oleh Adara.

Hanz tersenyum senang setelah Adara menghilang, gadis biasa yang energik seperti Adara telah mampu meruntuhkan hati seorang Hanzel Manuru.

Hanzel Manuru seorang pria dari kota Medan, tatapan matanya tajam seperti elang, wajah ganteng yang macho dan tubuhnya yang kekar serta pembawaannya yang cuek dan cool membuat banyak wanita bertekuk lutut dihadapannya.

Belum lagi senyumnya yang manis membuat para wanita banyak terkena serangan diabet dibuat olehnya namun hingga detik ini belum ada yang mampu membuat ia bertekuk lutut dan ia sendiri tak berani memandang apalagi bertekuk lutut dihadapan seorang gadis karena pesan ibunya yang selalu terngiang di telinganya dua puluh empat jam.

Pernah Hanz mencoba mencintai Fanny, Ternyata Fanny selingkuh dan hal itu membuatnya bertekad untuk tidak membuka hati lagi pada siapa pun hingga Adara tiba di Workshop dan Adara mampu meruntuhkan tekad yang ada di hati Hanz.

Malam itu setelah Hanz mengantar Adara pulang ke kosannya.

"Kamu langsung mau balik Hanz?" Tanya Fanny setelah Ari, Andre dan Leon pergi.

"Iya, Fan. Udah malam, aku mau istirahat." Sahut Hanz.

"Tolong bantuin aku beresin ini bentar bisa?" Tanya Fanny lagi.

"Oke," Hanz membantu membersihkan ruang tamu yang sedikit berantakan karena pesta ulang tahun Fanny setelah selesai Hanz pun beranjak hendak kembali ke mes.

"Makasih ya, Hanz." Ucap Fanny saat di depan pintu.

"Sama-sama, aku balik ya." Pamit Hanz.

"Hanz, tunggu!" Fanny menarik tangan Hanz sehingga Hanz kembali lagi ke dalam kosan Fanny.

"What?" Hanz memandang heran pada Fanny.

"Tak ada kah kesempatan untukku lagi Hanz, aku sudah berusaha tapi aku tak bisa bersahabat denganmu. Aku ingin kembali lagi padamu seperti dulu, aku sangat menyesal Hanz," mohon Fanny pada Hanz.

"Maaf, fan tapi aku nggak bisa. Aku udah nggak ada rasa apa-apa lagi sama kamu," tolak Hanz.

"Kenapa Hanz?" Selidik Fanny.

"Maaf aku nggak bisa jawab sekarang, Fan." Ucap Hanz.

"Hanz, apakah kamu mencintai Adara?" Hanz terdiam tak menjawab pertanyaan Fanny melihat Hanz yang diam tak menjawab Fanny semakin yakin bahwa Hanz memang mencintai Adara.

Dengan tiba-tiba Fanny menarik tubuh Hanz dan menciumnya penuh nafsu tepat saat Adara berada di pintu kosannya.

Melihat Adara yang berlari membuat Fanny tersenyum bahagia walaupun hatinya sakit di dorong oleh Hanz dan Hanz mengejar Adara.

Fanny tahu kalau Adara akan muncul, bayangan Adara sempat terlihat dari balik kaca pada gorden yang sedikit terbuka oleh sebab itu ia segera menarik Hanz dan menciumnya dengan penuh nafsu.

Adara yang terkejut melihat adegan itu tentu saja tak memperhatikan dengan jelas, yang ia lihat hanyalah sepasang manusia yang sedang berciuman penuh nafsu.

Hanz memang berbohong pada Adara dengan mengatakan bahwa ia dan Fanny khilaf pada saat itu karena terbawa suasana. Hanz memilih untuk berbohong karena ia tak ingin membuat nama Fanny jelek di depan Adara walaupun Fanny sendiri telah membuat namanya jelek di depan Adara.