webnovel

Teman Baru

Deg... Tuh kan benar dugaan Alifah. Jiwa reporter Fira mulai ON. Harus ekstra hati-hati ini. Apakah ia harus menjawab jujur atau berbohong. Keduanya memandang Alifah yang tiba-tiba terdiam kikuk.

"Hahahaha...." Suara tawa Evi menggelegar yang mengakibatkan pandangan mengarah padanya. Bahkan pandangan orang yang ada di kantin pun mengarah padanya. Ketiganya memang kerap kali jadi perhatian. Selain karena pakaiannya yang lain dari pada yang lain, juga otak Jenius mereka. Di tambah salah satu dari mereka itu mantan pelatih ilmu bela diri. Yang dikeluarkan hanya gara-gara ingin memisahkan pelatihan cewek-cowok agar tidak bercampur-baur.

"Husshh!!! Apaan sih Vi. Suara kamu menggelegar. Malu tau di liat orang" tegur Fira heran melihat kelakuan sahabatnya. "Lagian kamu tertawa karena apa? Ada yang lucu?"

"Lagian kamu ngejast Alifah kaya gitu. Enggak mangkinlah Alifah berboncengan ke sekolah. Berboncengan sama siapa? Ada-ada saja kamu Fir. Udah rabun ya kamu? Sampai-sampai sudah enggak kenalin teman sendiri"

"Saya kan Cuma bertanya, enggak menuduh. Lagian bukan kamu kok yang saya tanya, kenapa kamu yang heboh" balas Fira nyolot.

"Ye lagian kamu sendiri yang mengada-ngada. Kamu enggak mungkin datang kesekolah di boncengin cowok kan Fah?" tanya Evi ke Alifah yang dari tadi hanya diam saja, tidak menyanggah tuduhan Fira maupun membenarkan. Enggak tau saja jantung Alifah sudah cenat-cenut deg deg-an.

"Memangnya kamu yakin aku yang kamu lihat Fir?" tanya Alifah, menjawab pertanyaan dengan pertanyaan.

"Yakin enggak yakin sih, ku pikir mungkin saja ban sepeda kamu bocor atau apalah terus kamu minta tolong sama orang yang lewat". Jawab Fira menebak-nebak sendiri.

"Kan angkot banyak yang lewat Fir, ngapain minta tolong dengan orang lain, apalagi cowok. Kan kamu tau hukum berboncengan dengan yang bukan mahram itu bagaimana. Enggak boleh, itu sama halnya kita berdua-duaan. Kecuali kendaraannya onta". Sekali lagi Evi membela Alifah, padahal jantung Alifah sudah tak karuan. Apakah secepat ini pernikahannya akan di ketahui? Jangan sampai hal ini menyebar. Tapi bagaimana cara membungkam mulut Fira.

"Iya tau. Tadi aku yakin itu karena sweter yang kamu pake sweter yang pernah aku kasih ke kalian. Tadi kamu pake kan sweternya pagi ini?" bela Fira masih tetap dengan pendiriannya.

Deg, jantung Alifah semakin tak karuan, ya Allah selamatkan aku. Seru Alifah dalam hati. Bagaimana ini?. Dan kini pandangan Evi mengarah ke dirinya dengan pandangan yang intens. Seolah mencari kebenaran dengan gerak gerik Alifah. Duh bisa gawat jika dia wartawan ini mulai bereaksi mencari informasi. Masalahnya insting mereka itu jarang meleset.

"Tapi aku percaya kok, kamu enggak bakalan berboncengan dengan cowok". Sambung Fira membuat Alifah merasa lega. Tapi lain halnya dengan Evi, dia merasa ada sesuatu hal yang di sembunyikan Alifah. Tetapi dia hanya menyimpannya. Sekali pun Alifah berboncengan pasti ada alasannya. Tapi masa sih Alifah berboncengan dengan lawan jenis. Tapi siapa?. Untuk sementara dia simpan dulu, jika memang omongan Fira benar berarti harus di luruskan. Tapi mendua tanpa bukti itu salah.

"Ye....melaun" Ledek Fira tiba-tiba melihat Evi bengong.

Sementara Alifah melihat Evi cemas, sepertinya Evi mulai merasa ada sesuatu yang janggal.

"Ohh iya peserta yang ikut kajian bagaimana? Ada tambahan tidak?" tanya Alifah mencari pembahasan yang lain, agar situasi dapat teralihkan. Tapi biar bagaimana pun dirinya masih was-was karena sepertinya Evi mulai mencurigai sesuatu dan mulai menyadari pernyataan Fira sepertinya itu tidak bisa di sepelekan.

"Oh iya, sejauh ini pesertanya masih bertambah terus, hanya saja mungkin tidak sesuai yang di targetkan" Jawab Fira lesu. Karena dialah yang di tugaskan Alifah untuk merekrut peserta atau kontakkan. Sementara dirinya menyiapkan kebutuhan yang lainnya.

"Masih ada waktu sekitar 1 Minggu lagi, semoga pesertanya bertambah. Jangan berkecil hati. Semoga yang sedikit inilah yang betul-betul mau menjalankan syariat Allah. Semangat" balas Alifah menyemangati sahabat-sahabatnya. Ya begitulah anak Adam zaman sekarang, lebih fam0ang di ajak untuk nonton konser Korea ketimbang dengan di ajak untuk kebaikan." Bagaimana denganmu Vi? Sampai di mana kesiapan tempatnya dan yang lainnya? " kali ini pertanyaannya mengarah ke Evi.

"Delapan puluh persen sudah beres. Satunya cukup terbantu dengan Rival" jawab Evi.

"Rival? Kenapa dengan Rival?"

"Itu Fah, Rival kan sebelumnya yang menyiapkan peralatannya, lagian kan dia juga yang akan pakai acara untuk ikhwannya kan. Jadi dia meminjamkan itu semua untuk di gunakan lebih dulu. Yang jelas kita pakenya enggak sampai merusaknya" jelas Evi.

"Assalamu'alaikum, boleh gabung tidak? " tanya seseorang mengalihkan perhatian mereka, sekaligus membuat mereka agak kaget. Tumben gadis ini menyapanya. Gadis yang di kenal dengan anti sosial kini menyapanya. Ada apa gerangan?

"Boleh... Silakan duduk". Perintah Alifah. Yang lebih dulu tersadar dari rasa terkejutnya.

Gadis itu pun duduk sesuai instruksi teman Alifah , walaupun suasananya agak canggung. Bukan agak lagi tapi sudah pake kata 'banget'.

"Emm boleh saya ikut kajian yang kalian adakan minggu depan" tanya Alifah yang tak lain sahabat Alif.

"Wah boleh banget. Semoga konsistennya ya" kata Fira pada akhirnya dengan bersemangat setelah sadar dari rasa terkejutnya.

"Maksudnya konsisten bagaimana ya. Bukannya Istiqamah lebih tepatnya ya. Maaf kalau banyak tanya". Tanya Alifa sahabat Alif merasa kurang nyaman dengan pertanyaannya sendiri.

"Maksudnya kajian itu bukan hanya sekali atau dua kali, karena belajar itu mulai dari belaian sampai liat Lahat. Artinya selamanya, sampai Allah memisahkan Ruh dari tubuh kita. Jadi kalau misalkan kamu ikut kajian ini alias Talk Show yang akan di adakan minggu depan, lain kali ikut kajian lagi. Karena ini akan diadakan kajian tiap minggunya minimal 1 kali. Jadi konsistennya plus semangat " jelas Evi panjang lebar. Yang di balas degan cengiran oleh Alifah.

"Oh begitu. Jadi talk show ini bukan hanya sekali dinamakan dong, akan ada talk show selanjutnya. Tapi kenapa kalian tidak pernah ngajak saya?" tanya Alifah polos.

"Acaranya bukan talk show lagi sih, tapi pertemuan yang lebih intens lagi, begitu. Lah kamu juga, gaulnya cuma sama alif saja. Mana sempat kamu berinteraksi dengan kami". Balas Fira ceplas-ceplos ada nada menyalahkan yang terselip di penjelasan. Yang tentunya di hadiahi cubitan keras oleh Evi.

"Agkkkhhh sakit Vi" teriak Fira histeris. Kembali tatapan orang-orang yang ada di kantin mengarah padanya. Sementara Alifah keduanya merasa tidak nyaman dengan penuturan Alifah.

"Alifah jangan tersinggung ya, Fira mulutnya kadang tidak terkontrol" kata Evi merasa tidak enak hati.

"Tidak apa-apa kok. Iya saya memang mengakui itu. Tapi apa boleh saya berteman dengan kalian? " tanya Alifah harap-harap cemas.

"Boleh banget" jawab mereka serempak heboh. Yang di balas dengan cengiran lebar oleh Alifah.

Ting. Suara WA dari Alif (AKU TUNGGU DI TEMPAT TADI. JANGAN SAMPAI TELAT!!! )

"Dari siapa? " tanya Fira mengagetkan Alifah yang lagi serius membaca pesan dari Alif.

Next chapter