webnovel

MENGULANG KEMBALI 2

" Aku berharap dia tumbuh disana!" jawab Revan santai. Wina menghentikan tangannya dan menatap tajam pria itu.

" Apa kamu sudah gila? Bagaimana dengan istrimu?" tanya Wina.

" Apa kamu mau aku menceraikan dia?" tanya Revan membuka matanya. Wina menggelengkan kepalanya.

" Tidak! Dia akan melahirkan darah dagingmu!" jawab Wina lemah.

" Jangan tidur dengan suamimu lagi!" kata Revan tegas.

" Dia suamiku!" sahut Wina pelan.

" Kamu mendengarku, sayang? Aku tidak akan pernah melepaskanmu lagi setelah semua ini!" kata Revan dingin. Wina bergidik, dia tahu arti nada bicara Revan yang satu ini.

" Aku tidak mau kamu melepaskan istrimu!" kata Wina.

" Kalau dia merayuku dan meminta bagaimana?" goda Revan.

" Pergilah! Aku juga akan merayu suamiku!" kata Wina marah lalu memutar tubuhnya.

" Apa kamu cemburu?" goda Revan, Wina hanya diam saja.

" Apa kamu sekarang telah berani memperlihatkan rasa cemburumu?" goda Revan lagi. Lagi-lagi Wina hanya diam dan memejamkan matanya. Hatinya sangat sakit saat Revan menanyakan hal itu. Dia tidak bisa membayangkan jika Revan mencumbu istrinya dan istrinya...arghhhhh! dasar pencemburu! batin Wina.

" Aku janji tidak akan menyentuh wanita lain selain milikku ini!" bisik Revan tiba-tiba di telinga Wina dan membuat bulu kuduk Wina meremang dan tubuhnya bergetar. Revan menyesap leher Wina dan memeluk pinggangnya dengan erat.

" Janji?" tanya Wina senang.

" Bilang dulu jika kamu cemburu!" kata Revan.

" Tidak!" jawab Wina malu.

" Kalo begitu aku tidak..."

" Iya! Aku cemburu!" teriak Wina lalu seperti pasangan muda, dia menduduki perut sixpack Revan dan meletakkan tangannya di dada pria itu.

" Kamu jahat! Sejak dulu kamu selalu sengaja bermesraan dengan kekasih-kekasihmu itu di depanku! Aku cemburu, Rev! Aku marah, tapi aku takut kamu akan pergi menjauh! Aku selalu cemburu pada semua gadis yang kamu bawa! Apa kamu puas?" kata Wina melampiaskan semua amarahnya sejak beberapa tahun yang lalu. Revan sesekali tertawa dan berubah sedih mendengar ucapan Wina.

" Apa kamu sekarang puas bisa menguasaiku?" tanya Revan.

" Apa benar aku sudah membuatmu bertekuk lutut?" tanya Wina ragu.

" Sejak di pulau itu, kamu sudah membuatku gila, Winona Alvaro! Kamu telah membuat hidup Revan Varel Abiseka jungkir balik! Aku depresi dan hampir gila saat kamu pergi! Apa kamu tahu?" tutur Revan.

" Maaf! Aku..."

" Sudah! Semua sudah berlalu! Jangan menangis! Aku sudah disini!" kata Revan, dia duduk di headboard dengan Wina masih di atas perutnya, lalu menghapus airmata Wina yang membasahi pipinya karena menyesali perbuatannya pada Revan.

" Apa berarti Tuan Revan sekarang adalah milikku seorang?" tanya Wina serius.

" Kamu ingin aku menjawab apa?" tanya Revan memeluk pinggang Wina.

" Jawab Iya!" kata Wina.

" Iya! Aku milikmu!" jawab Revan dan Wina mengecup bibir Revan dan menciumi wajah pria itu.

Mereka telah melupakan status mereka dan orang-orang yang ada disekitar mereka. Mereka seperti dua remaja yang sedang jatuh cinta dan merasa jika dunia adalah milik mereka berdua...yang lain ngontrak...xixixi

" Ikutlah denganku selama 3 hari!" kata Revan.

" Kemana?" tanya Wina terkejut.

" Surga Dunia!" bisik Revan.

" Putriku?" tanya Wina.

" Bawa dia!" kata Revan. Tidak! Dia akan tahu jika Nina adalah putrinya. Tapi aku tidak bisa meninggalkan Nina disana! batin Wina.

" Aku benci penolakan!" bisik Revan sambil menjilat telinga Wina.

" Rev!" bibir Wina mendesah, Revan tahu dimana titik kelemahannya.

" Katakan iya!" pinta Revan sambil tak henti melakukan itu bergantian.

" Iy...yaaaa! Sshhhh!" Wina mendesis akibat Revan membuat mulutnya penuh dengan dada Wina.

" That's my girl!" kata Revan.

Revan menyadari jika apa yang dilakukannya adalah salah, tapi dia tidak bisa melepaskan Wina dari hatinya. Ikatan batin mereka sangat erat, karena Wina tahu apa yang dia mau dan dia butuhkan sejak kecil dulu. Dan Revan sadar jika papanya akan marah besar jika mengetahui semua ini. Tapi dia tidak perduli, dia juga memiliki banyak mata-mata dan dia tahu jika papanya tidak tahu tentang pulau yang akan ditujunya dengan Wina.

" Jim!" panggil Revan.

" Bos!" sahut Jim.

" Aku mau ke pulau REWIN! Bawa putri Wina yang kecil kesini, Wina telah menghubunginya! Aku mau semua aman! Jaga calon anakku dengan baik!" kata Revan, Jim mengetahui kata aman yang dimaksud Revan. Dengan cepat dia menganggukkan kepalanya lalu pergi meninggalkan Revan yang berdiri menghadap keluar gedung.

Mereka bertiga sudah berada di dalam sebuah kapal kayu yang akan membawanya ke pulau REWIN. Revan yang sibuk melihat keadaan sekitar, belum sempat menyapa anak Wina. Hatinya juga sedikit cemburu dan marah karena Wina melahirkan anak dari pria lain.

" Bagaimana Jim?" tanya Revan di ponselnya.

" Aman, Bos! Tuan Don masih ada urusan di luar!" kata Jim.

" Bagus! Jangan lupa anakku!" kata Revan.

" Siap, Bos!" jawab Jim.

Revan berdiri di dekat anjungan dan mengawasi dengan ketat situasi di luar.

" Mommy! Nina takut!" ucap Nina memeluk erat Wina.

" Ada mommy disini! Nina pasti akan betah nanti disana!" kata Wina lagi.

" Kenapa daddy tidak ikut kita?" tanya Nina.

" Daddymu sedang sibuk, sayang!" jawab Wina.

" Kak Dave juga tidak ikut!" kata Nina.

" Kak Dave harus sekolah!" jawab Wina.

" Bagaimana sekolahku?" tanya Nina.

" Mommy sudah mengijinkan kamu pada Miss Suzy!" jawab Wina sabar.

" Aku mengantuk mommy!" kata Nina.

" Tidurlah! Ini memang sudah larut malam!" jawab Wina yang melihat jam menunjuk pada angka 2 dini hari.

Akhirnya setelah beberapa jam, mereka sampai juga di pulau yang dimaksud. Revan membuka pintu kamar Wina. Dilihatnya wanita yang dicintainya itu sedang berbaring dengan putrinya. Sejenak Revan menatap wajah Nina, Deg! Perasaan apa ini? Kenapa aku tiba-tiba sangat tertarik dengan anak itu? Wajahnya...

" Rev?" sapa Wina yang terbangun.

" Kita sudah sampai!" kata Revan tersenyum.

" Aku akan membangunkan putriku!" kata Wina.

Revan keluar dari kamar itu dan melihat kembali ke sekeliling lautan. Wina keluar bersama Nina yang ada di pelukannya.

" Biar kugendong!" kata Revan melihat Wina yang seperti kesulitan saat akan turun dari kapal. Wina akan menolak saat Revan dengan sedikit memaksa mengambil Nina dari gendongan wanita itu. Deg! Kembali dada Revan berdetak kencang. Anak ini! Kenapa saat memeluknya seperti ini aku merasakan sesuatu yang aneh? batin Revan. Setelah Revan turun, segera Wina mengambil Nina dari gendongan Revan.

" Aku tidak akan menyakitinya, Win! Apa kamu takut aku melakukan itu? Karena dia bukan putriku?" tanya Revan sedih. Wina tidak bermaksud membuat Revan merasa seperti itu, tapi dia takut jika Revan tahu kebenaran tentang Nina, maka Revan akan mengambil Nina darinya.

" Bukan seperti itu..."

" Sudahlah! Ini waktu berharga kita! Aku tidak mau menyia-nyiakannya dengan berselisih denganmu!" kata Revan memaksakan senyumannya. Kemudian mereka meninggalkan pantai dan pergi menuju mansion Revan.

Nina yang terbangun merasa takjub dengan pemandangan yang terlihat di sepanjang perjalanan mereka.

" Bagus sekali mommy!" kata Nina saat melihat keluar jendela mobil. Revan tersenyum senang mendengar anak itu terkagum-kagum.

" Iya, sayang! Kamu suka?" tanya Wina.

" Vanina suka! Sukaaaaaa sekali!" kata Nina senang. Deg! Wina terkejut Nina menyebutkan namanya. Revan juga merasakan hal yang sama saat Nina menyebutkan namanya. Tapi Revan hanya diam saja karena mereka masih di dalam mobil.

Next chapter