webnovel

Aku Adalah Hujan

[Romance dengan sedikit magical realism. Dikemas unik, bertabur quote, manis dan agak prosais. Hati-hati baper, ya. Hehe] Kamu percaya tentang malaikat di bawah hujan? Malaikat itu menjelma perempuan bermata teduh, membawa payung dan suka menulis sesuatu di bukunya. Lalu, ini istimewanya. Ia membawa payung bukan untuk menjemput seseorang. Namun, akan memberikan payung itu sebagai tanda rahmat. Terutama untuk mereka yang tulus hati. Siapa yang mendapatkan naungan dari payung itu, ia akan mendapatkan keteduhan cinta sejati. Kamu percaya? Mari membaca. Selamat hujan-hujanan. Eh, kamu masih penasaran siapa dia? "Aku adalah Hujan. Yang percaya dibalik hujan memiliki beribu keajaiban. Aku akan lebih menagih diri berbuat baik untuk orang lain. Pun, mendamaikan setiap pasangan yang bertengkar di bumi ini. Demikian keindahan cinta bekerja, bukan?" Gumam Ayya, perempuan berbaju navy yang membawa payung hitam itu. Ayya tak lagi mempercayai keajaiban cinta. Tepat ketika dikecewakan berkali-kali oleh Aksa. Ia memutuskan lebih berbuat baik pada orang lain. Impiannya adalah bisa seperti malaikat di bawah hujan. Yang sibuk memberi keteduhan, meskipun mendapat celaan. Sejak itu, ia menjuluki dirinya sebagai "Hujan" Sebuah bacaan tentang perjalanan cinta, pergulakan batin, pencarian jati diri, dan apa-apa yang disebut muara cinta sejati. Tidak hanya romansa sepasang kekasih. Baca aja dulu, komentar belakangan. Selamat membaca.

Ana_Oshibana · Teen
Not enough ratings
194 Chs

Part 96 - Kabar?

POV Oki

Keluarga Wahyu menyelesaikan sarapannya. Begitu juga denganku.

"Nak Oki, saya sekeluarga pamit dulu. Sebentar lagi paling karyawan lain sudah masuk. Silahkan bekerja, ya."

"Iya, Pak. Terimakasih banyak."

"Semangat, Bro!" Wahyu menepuk bahuku. Aku pun mengikuti langkah mereka keluar rumah.

Saat Irfan dan keluarganya melesat jauh dengan mobil putih, aku terdiam sendiri. Mematung. Entah, menunggu seseorang menyapaku?

Aku lihat sekelilingnya. Belum ada tanda-tanda karyawan lain sudah berangkat. Kulihat jam di ponselku. Pukul tujuh lebih dua puluh menit.

"Pantesan belum pada berangkat." Celetukku seraya memeriksa amplop upah pertamaku.

"Satu juta lima ratus ribu rupiah. Ah, sepertinya ini cukup untuk mengganti biaya hidupku. Sisanya bisa buat nyari kontrakan baru."

Datang seorang perempuan berkerudung hitam. Berkulit kuning langsat, dan bermata teduh mendekatiku. Aku bergegas menaruh amplop di saku celanaku.

"Punten, apa Wahyunya ada?"

Locked Chapter

Support your favorite authors and translators in webnovel.com