webnovel

Ai No Koe (Suara Cinta)

Ai No Koe "Voice of Love" Okino Kaito, remaja yang kehilangan seseorang yang sangat berharga baginya. Ame (hujan) gadis yang ia temui di musim panas hari itu lenyap dari dunia ini. Walau hanya satu bulan mereka bersama, tapi cinta bisa tumbuh kapan saja. Sampai saat Ame meninggalkan dunia ini. Kaito seakan kehilangan hujan semangat nya. Dua tahun kemudian ia bertemu dengan gadis misterius yang tak mau berbicara sama sekali. Entah kenapa takdir membuat Kaito tertarik pada gadis itu. Hari demi hari Kaito lalui, mimpi mimpi aneh mulai menghantui nya. Potongan potongan mimpi itu memberi sebuah petunjuk pada Kaito. Kenapa Kaito selalu bermimpi aneh?

OkinoKazura · Teen
Not enough ratings
114 Chs

Chapter 82

Kaito

"Ai?, apa hati mu sakit setiap kau mengatakan sesuatu?", tanya ku.

Ai hanya menganggukkan kepala nya, ia tampak menahan air mata nya yang ingin mengalir keluar.

"Apa kau tak pernah mencoba mengatakan sesuatu saat ku sendiri di kamar?", lanjut ku bertanya.

Ai menulis suatu kalimat di buku catatan kecil nya lagi. Dan beberapa detik kemudian ia tunjukan kalimat nya ia tulis pada ku.

"Sudah, aku mencoba nya hampir setiap hari!", tulisan yang ada di buku catatan kecil nya.

°•°•°•°•°•°•°•°•°

Ai

Kau tak perlu bertanya seperti itu Kaito. Aku selalu mencoba beribu ribu cara untuk menghilangkan kutukan ini. Tapi, tapi tak satu pun berhasil. Hati ku selalu tertusuk pisau rasa bersalah setiap kali aku berusaha mengeluarkan suara ku.

Kata kata terakhir ku pada adik perempuan ku yang telah meninggalkan dunia ini tiga tahun lalu selalu terngiang di kepala ku.

"Kau bukan adik ku lagi!!"

Dengan kejam nya aku berteriak seperti itu di depan mu. Padahal, hanya masalah kecil saja. Aku hanya ingin kau menghabiskan waktu bersama ku lebih banyak dari pada menulis novel.

Setelah mendengar kata kata Ibu bahwa hidup mu tak lama lagi, karena penyakit kelainan jantung yang kau derita. Kau pikir apa yang ku rasakan. Aku tau aku akan kehilangan adik perempuan ku satu satu nya dalam waktu dekat. Itu sama saja kau menaiki tangga yang sudah usang dan tak berujung. Walau kau tau itu tak ada ujung nya, tapi kau tetap melangkah menaiki tangga yang pasti akan patah itu.

Setiap malam aku berusaha mengucapkan satu kata dari mulut ku. Tapi, selalu saja air mata yang keluar dan membasahi pipi ku. Hati ku rasa nya tertusuk berkali kali, sampai aku ingin mengakhiri hidup ku.

°•°•°•°•°•°•°•°•°

Kaito

Ya, walau aku tahu ...

Seberapa keras pun usaha mu untuk melawan kutukan yang kau buat sendiri. Itu tak akan pernah berhasil. Kau membutuhkan orang lain untuk membantu mu. Aku bebas dari kutukan ku karena mu Ai. Kau membantu ku menemukan tujuan hidup ku yang hilang.

Sebagai ganti nya aku pasti ...

"Ai ... aku ... aku pasti akan mengembalikan suara mu", ucap ku dengan yakin.

"Eh eh ... liat tu, si bisu lagi berduaan sama cowok", kata seorang gadis yang berdiri di depan rak buku dan menunjuk ke arah Ai.

"Ohh ... si cowo paling cuma ngerasa kasian sama dia ... kan dia selalu gitu haha ... yaudah yuk pergi aja ada si bisu itu jadi males aku", kata seorang laki laki yang bersama gadis tadi lalu mereka melangkah pergi menjauh dari kami.

Mendengar percakapan mereka, perasaan ku seketika berubah jadi penuh dengan amarah. Tangan ku ingin sekali memukul wajah laki laki tadi walau aku tak tau siapa mereka.

Sebelum amarah ku meluas, Ai tiba tiba menggenggam tangan kiri ku yang ada di atas meja. Aku yang terkejut pun menoleh ke arah Ai.

"Jangan marah, mereka hanya teman SMP sebelum aku pindah ke sekolah kita", tulisan di buku catatan kecil yang ia tunjukan di depan wajah ku.

Teman kata mu?

Cih ... kalau aja Ai gak nahan aku ...

"Ai ... mau aku tunjukin tempat favorit ku gak?", ajak ku karena aku tak lagi merasa nyaman di perpustakaan.

----------------------

Tiupan angin musim gugur yang membuat daun daun di ranting perlahan terjun ke tanah. Mentari yang bersinar di tengah biru nya langit. Awan yang berterbangan tanpa tujuan. Aku berdiri di atap gedung perpustakaan yang biasa aku kunjungi saat aku sendiri.

Pemandangan gedung gedung pencakar langit di kota ini begitu memanjakan mata. Aku sering naik ke atas sini untuk menghirup udara segar dan mencari inspirasi. Kali ini aku tak lagi sendiri berdiri di atas atap perpustakaan kota ini. Si cantik tanpa suara juga berdiri si samping kanan ku.

Bola mata biru nya yang sedang memandang langit itu semakin bersinar ketika aku melihat nya.

"Ai, apa kamu gak sakit hati kalo diejek gitu terus?", tanya ku sembari menikmati angin musim gugur yang sejuk ini.

Ai hanya menoleh dan menggelengkan kepala nya sembari tersenyum pada ku. Walau aku tau senyuman manis nya itu hanya sebuah topeng untuk menutupi perasaan nya yang sebenar nya. Mana mungkin seseorang bisa baik baik saja setelah di rendahkan oleh orang lain.