7 Bagian 6. Mimpi 2 (2)

Bagian 6. Mimpi 2 (2)

Tetesan air hujan tiba-tiba mengenai pelipisku. Aku mendongkak ke langit. Langit mulai gelap dan suasana di sekitar juga semakin lembab. Hujan pun turun. Kami berempat langsung berlari menuju ke daerah permainan Indoor. Untungnya, kami tidak terlalu basah. Hanya sedikit air hujan yang mengenai kami.

Tujuan berikutnya dari pertualangan kami disini adalah, rumah hantu Indoor. 'Oh,tidak!' gumamku. Dari sekian banyak wahana dan permainan, kenapa harus rumah hantu? Pikirku. Aku melihat ke arah Liv dan Raf. Mereka saling bertatapan dan sesekali melihat ke arah kami sambil menyeringai. Sepertinya mereka merencanakan sesuatu, pikirku lagi.

Kami mengantri di depan pintu masuk rumah hantu. Ada pasangan bule ikut mengantri di belakang kami. Mereka terlihat masih muda. Mereka berbicara dengan bahasa yang tidak aku mengerti. Sepertinya bukan bahasa inggris. Di depan pintu masuk, terlihat penjaga pintu membagikan batangan lampu berwarna hijau. Batangan lampu itu merupakan alat penerangan selama berada di dalam ruangan.

"Kalian berani kan?"tanya Raf padaku dan Ros.

Ros mengangguk pelan. Aku hanya diam tanpa bersuara.

Liv hanya tertawa sambil berjalan menuju kearah penjaga pintu.

Sepertinya Liv dan Raf sangat menikmati semua wahana permainan disini.

Kami menerima 4 batang lampu hijau. Liv dan Raf berjalan terlebih dahulu ke dalam dan lagi-lagi meninggalkan aku dan Ros berdua.

Ros langsung menggengam erat tanganku. Kami berjalan masuk ke dalam.

Suasana di dalam rumah hantu cukup menyeramkan. Ruangannya sangat gelap. Kami berjalan perlahan menelusuri ruangan demi ruangan. Terdapat beberapa obor sebagai penerang ruangan di dinding. Dinding ruangan semua terbuat dari batu, atau mungkin hanya terlihat seperti batu. Kami seperti berada di dalam goa. Lampu penerangan kami hanya batangan lampu di tangan kami dan beberapa obor di dinding. Terlihat juga beberapa tengkorak manusia yang bergelantungan di dinding batu. Kami berusaha untuk tidak menghiraukannya. Ros memeluk lenganku dengan erat. Sesekali terdengar suara tertawa cekikikan. Aku yakin suara tersebut berasal dari speaker. Kami terus berjalan perlahan menuju ruangan berikutnya.

Ruangan berikutnya ini tidak kalah seram. Di ruangan ini tidak ada obor di dinding. Penerangan kami di sini hanya berasal dari batangan lampu di tangan kami. Ini benar-benar ruangan yang sangat gelap.

'GLUP' aku kembali menelan ludah.

Semuanya terlihat sangat gelap. Aku mencoba mengarahkan lampu hijau di tanganku ke arah lantai. Setidaknya aku masih bisa melihat jalan di depanku walaupun dengan penerangan yang minim. Kami kembali meneruskan perjalanan kami menelusuri ruangan ini.

Tiba-tiba sebuah kantong hitam dan besar terjatuh dan berayun-ayun tepat depan hadapan kami. Tunggu dulu, itu bukan kantong hitam. Benda itu adalah, boneka setan dengan wajah berdarah-darah dan sangat menyeramkan.

"AAAAAAHHHHH!!",aku dan Ros berteriak bersamaan. Pegangan dari Ros terlepas. Ros langsung berlari meninggalkanku.

"ROSS!!" teriakku. Ros sepertinya tidak menghiraukanku dan terus berlari. Aku berusaha mengejar Ros dalam kegelapan namun aku tersandung dan terjatuh. Lampu hijauku terlempar. Aku bangkit berdiri dan buru-buru memungut lampu hijau di hadapanku dan kembali mengejar Ros. "ROSSS!! kamu dimanaa??" Teriakku lagi.

Aku kehilangan Ros. Kini aku sendirian di dalam kegelapan. Hanya lampu hijau di tanganku yang dapat kulihat. Aku tidak boleh kehilangan Ros. Aku harus mencarinya. Aku terus berjalan hingga menemukan ruangan baru. Ruangan serba merah. Ruangan ini berbentuk seperti gua yang dicat berwarna merah. Terlihat beberapa obor di dinding-dinding ruangan. Ruangan ini lebih terang dibandingkan ruangan sebelumnya. Aku berjalan terus hingga melewati sebuah jembatan. Terlihat sebuah sungai berwarna merah darah yang mengalir. Aku tahu bahwa sungai tersebut berwarna merah seperti darah karena dasar sungai telah dicat berwarna merah.

Di sekeliling terlihat beberapa jeruji besi dan beberapa tombak tertanam di tanah. Terdapat beberapa boneka mayat yang bergelantungan dan seperti tertusuk tombak. Sepertinya konsep ruangan ini adalah neraka.

"Ross!!"teriakku lagi. Aku masih mencari Ros. Apa dia masih berada di ruangan gelap ya? Aku tidak mau meninggalkan Ros. Aku harus mencarinya. Aku pun berbalik dan berjalan kembali ke ruangan gelap.

Tiba-tiba aku melihat cahaya hijau bergerak dari ruangan gelap di depanku. Sesosok pria keluar dari ruangan tersebut. Dia adalah bule yang kulihat di antrian tadi. Di belakangnya menyusul wanita bule pasangannya.

"Hi, are you lost too?" Tanyanya.

Aku tidak bisa berbahasa inggris. Tapi setidaknya aku masih bisa sedikit mengerti apa yang diucapkan olehnya. Aku menggelengkan kepala.

Di belakang wanita bule tersebut, aku melihat Ros. Ros sepertinya ditemukan oleh pasangan ini.

"Oh? Is she your friend? It looks like she lost so we took her with us." Jelasnya.

Aku tidak mengerti kata-kata mereka. Mereka berbicara terlalu cepat. Seandainya aku belajar bahasa inggris lebih giat.

Ros melihatku. Ia langsung berlari kearahku dan memelukku. "Maaf..." ucapnya. "..tadi aku takut sekali..". Aku langsung memeluk Ros. Syukurlah aku menemukannya. Yaah, walaupun yang sebenarnya menemukan Ros adalah kedua orang bule ini.

"My name is Paul, and this is my fiance,Jane." Ia memperkenalkan diri.

"What's your name, little fellas?"

"Angelo"jawabku singkat.

"Wanna come with us?" Ajaknya "lets get out from this creepy place together"

Aku menatap wajah Ros. Ros mengangguk pelan. Kami pun berjalan mengikuti Paul dan Jane.

Ros terus memegang erat tanganku. Kali ini tidak akan kulepaskan genggaman tangan ini. Aku harus bisa menjaga Ros.

Kami berjalan melewati jembatan. Tiba-tiba air di sungai tersebut meluap. Air semakin tinggi dan mulai mengenai mata kakiku. Paul,Jane dan Ros tampak tidak menyadari hal ini. Air semakin tinggi hingga mencapai pinggangku. Terdengar suara air dan ombak yang semakin kencang. Aku kenal suara ini. Suara ini tidak asing. Suara apa ini? Ros kemudian menatapku sambil tersenyum manis.

Aku terbangun dari tidurku. Suara alarm membangunkanku dari mimpi. Aku pun duduk di tepi ranjang dengan setengah sadar. Kepalaku masih sakit. Sepertinya efek mabuk tadi malam.

Aku mencoba mengingat-ingat mimpi tadi. Gadis berambut merah di mimpiku sebelumnya adalah Ros. Bagaimana mungkin aku bisa melupakan namanya. Kami pernah bertemu saat masih kecil. Bahkan sempat sekelas pada saat sekolah dulu.

Aku melihat ke arah handphone blackberryku. Ada pesan dari Vele, gadis berambut merah yang kutemui di KafeBar tadi malam. "Good night, thank you for tonight. I had fun" begitu isi pesannya. Aku tidak membalas pesan dari Vele. Aku kemudian mencari chat dari Beth. Tidak ada pesan sama sekali. Dan terakhir aku melihat jam di handphoneku. Sudah pukul 8 pagi. Oke, sepertinya aku akan telat pergi ke kantor. Aku langsung melempar blackberryku ke kasur dan bergegas menuju ke kamar mandi.

---

.....to be continued.....

Thank you for reading, please comment if you like my story.

avataravatar
Next chapter