webnovel

What is My Position

Author: MiranDa
Sci-fi
Ongoing · 110.4K Views
  • 273 Chs
    Content
  • ratings
  • NO.200+
    SUPPORT
Synopsis

Untuk menuruti permintaan Maya yang merupakan sahabatnya, Delisa terpaksa menikah dengan calon suami sahabatnya sendiri, yaitu Argat. Karena sebuah alasan, Maya terpaksa menolak pernikahan yang sudah ada di depan mata. Alasan tersebut membuat Delisa harus menanggung kehidupan rumah tangga yang tidak memiliki masa depan. Berbagai ujian datang silih berganti menerpa kehidupan rumah tangga Delisa dan Argat. Sosok Maya yang membuat Delisa tetap bertahan dan berusaha sebaik mungkin sampai waktu yang ditunggu tiba. Waktu di saat Delisa berjanji akan mengakhiri pernikahan ini, janji untuk mengembalikan Argat pada Maya. Namun, apakah Delisa mampu memenuhi janjinya pada sahabatnya? Apakah Delisa mampu merelakan suaminya kembali kepada kekasih lamanya?

Tags
1 tags
Chapter 1Sesuatu yang Disembunyikan

Aku bangun dengan mata yang masih mengantuk. Rasanya aku tidak ingin bangun dan melanjutkan tidurku. Pekerjaan membuatku harus segera bangun dan memaksa mataku terbuka. Setelah mandi aku memanggang roti untuk sarapan. Aktivitasku terhenti saat mendengar ibu terbatuk-batuk. Sebelum meninggalkan dapur kutaruh roti panggangnya di atas piring.

"Bu, apa Ibu sakit?" tanyaku sambil memagang kening Ibu.

"Ibu hanya merasa sedikit dingin. Pergilah, kau harus berangkat kerja, kan? Jangan sampai terlambat. Uhukk…" Ibu kembali batuk.

"Badan Ibu panas. Kita harus ke rumah sakit," ajakku.

"Tidak, Nak. Setelah istirahat Ibu akan segera pulih," tolak Ibu.

Tanpa mendengarkan penolakannya, aku terus membujuk ibu untuk pergi ke rumah sakit. Aku tidak ingin mengabaikan hal sepele. Bagiku sesuatu yang sepele akan menjadi masalah besar jika diabaikan begitu saja. Dengan menaiki taksi, kami pergi ke rumah sakit.

Di rumah sakit, dokter sedang memeriksa kondisi ibu. Aku sedikit khawatir tetapi tetap mencoba berpikir positif. Semoga saja tidak ada masalah yang serius. Ibu duduk di sampingku setelah dokter selesai memeriksanya.

"Bu Utami tidak apa-apa, hanya demam dan batuk. Aku akan menuliskan resep obatnya," ucap dokter.

Aku jauh lebih tenang sekarang. Ibu bahkan gemas padaku karena tidak mempercayai ucapannya dan tetap memaksa pergi ke rumah sakit. Meskipun ibu berlaku begitu, aku tidak masalah, yang penting aku mengetahui kondisi ibuku yang sebenarnya.

"Jangan lupa untuk meminum obatnya secara rutin," ucap dokter setelah menyerahkan selembar resep obatnya.

"Terima kasih, Dok," ucapku sambil tersenyum.

Rencanya aku ingin mengantar ibu ke rumah, tetapi ibu melarangku. Ibu tidak ingin merepotkanku.

"Ibu bisa pulang sendiri. Kau bisa terlambat nanti," ucap Ibu.

"Baiklah, Bu. Ibu hati-hati ya," ucapku setelah menyerahkan uang pada ibu.

Aku memilih untuk menunggu ibu sampai mendapatkan taksi dahulu, baru aku akan berangkat. Akhirnya sebuah taksi baru saja datang dari arah kanan. Aku melambaikan tangan supaya taksinya berhenti. Saat akan membuka pintu mobilnya, aku melihat wajah Maya dari kaca mobil. Seketika aku langsung menoleh untuk menyapanya.

"Maya," panggilku.

"Delisa, kau di sini? Kenapa kau ke sini?" Maya menampakkan wajah cemas.

"Aku baru saja memeriksakan Ibuku. Dia demam dan sedikit batuk," jawabku.

Aku melihat Maya membawa sebuah amplop berwarna putih. Amplop itu seperti sebuah hasil pemeriksaan. Apa Maya sedang sakit? Soalnya wajahnya begitu cemas, tidak seperti biasanya.

"Delisa, aku harus pergi. Sampai jumpa."

Aku hanya bisa menatap langkah kakinya yang kian menjauh dengan raut wajah bingung. Besok kan hari pernikahannya, mungkin saja Maya sedang memeriksakan kesehatannya.

Sesampainya di kantor, aku mengeluarkan bolpoinku. Aku gagal fokus karena melihat undangan pernikahan Maya dan Argat. Kupandangi undangan berwarna merah hati itu dengan tersenyum bahagia. Aku snagat bahagia karena akhirnya mereka dapat bersatu untuk selamanya. Sebagai sahabat Maya, aku cukup tahu bagaimana kisah cinta mereka. Menurutku mereka adalah pasangan yang saling melengkapi satu sama lain. Kepribadian Maya yang ramah membuat Argat jatuh cinta padanya. Argat memang tidak salah pilih.

"Hai, Delisa. Apa itu?" tanya Elsa.

Elsa adalah teman kantorku yang paling akrab denganku. Kepribadian Elsa yang supel dan cerewet sangat bertolak belakang denganku. Bahkan aku bisa diam dalam waktu yang lama hanya untuk mendengarkan ocehannya. Lagipula aku tidak keberatan mendengar segala macam topik yang keluar dari mulutnya.

"Maya dan Argat. Maya sahabatmu itu, kan?" tanya Elsa.

"Besok dia akan menikah," jawabku.

Bukannya senang, Elsa justru mengerutkan alisnya. Aku malah jadi bingung melihat responsnya. Elsa kemudian mengambil ponselnya dan memfoto undangannya. Dengan wajah bingung aku membiarkan Elsa melakukannya.

"Mungkin saja kartu undangan ini bisa menjadi inspirasi untuk kita," ucap Elsa.

"Kita?" Aku bingung.

"Iyalah. Kau berniat menikah, kan? Sama, aku juga. Tapi kok sedih ya rasanya ngeliat orang-orang udah pada nikah. Kapan jodohku datang melamarku." Elsa berpura-pura menangis.

Melihat Pak Mario yang berjalan ke arah kami membuatku langsung menatap ke layar komputer seolah sedang fokus bekerja. Maafkan aku Elsa, aku tidak sempat memberitahumu.

"Elsa! Bukannya kerja malah nangis," tegur Pak Mario.

"Iya, Pak. Baik, Pak," ucap Elsa.

Elsa sangat terkejut mendengar suara Pak Mario. Buru-buru Elsa langsung duduk di kursinya dan melanjutkan pekerjaannya. Aku mencoba menahan tawa melihat Elsa yang berubah panik setelah ditegur Pak Mario. Setelah Pak Mario pergi, tawaku pecah. Aku tidak bisa menahannya terlalu lama lagi.

"Kalau Pak Mario datang auranya jadi beda. Jadi merinding." Elsa mengusap-usap lengannya karena merinding.

Pak Mario sebenarnya masih muda, mungkin usianya masih sekitar tiga puluh tahunan. Namun, sikap tegasnya membuat para karyawannya takut saat berhadapan dengannya. Seperti itulah yang dirasakan Elsa.

Sehabis pulang kerja aku langsung mandi supaya nanti tidak malas. Selesai mandi aku masuk ke kamar ibu untuk mengecek suhu tubuhnya. Ternyata ibu sedang tidur dengan nyenyak. Aku merasa lega karena demamnya mulai menurun. Jika ibu meminum obatnya dengan rutin, maka besok dia akan sembuh. Karena tidak mau mengganggunya ibu, aku keluar dan menutup pintu dengan pelan. Kurebahkan tubuhku di atas kasur. Rasanya nyaman sekali setelah duduk selama berjam-jam. Aku iseng membuka twitter untuk melihat berita yang sedang viral. Tanpa sengaja aku memencet cuitan teratas dan melihat Maya yang baru saja membuat cuitan.

"Tidak ingin meyakiti siapa pun." Aku membaca cuitan Maya.

Memangnya siapa yang merasa tersakiti dengan Maya? Aku jadi bertanya-tanya tentang cuitannya, kira-kira ditujukan pada siapa? Kurasa Maya tidak memiliki musuh selama ini. Mungkin hanya beberapa orang yang iri dengannya. Aku jadi ingin meneleponnya.

"Hallo, Maya. Apa kau baik-baik saja?"

"Ya, mungkin saja."

Suara Maya terdengar pelan dan sedikit serak. Mulutnya mengatakan baik-baik saja tetapi aku yakin dia sedang dalam masalah.

"Kau selalu berbagi segalanya denganku, kan? Jangan membohongiku karena aku mengerti dirimu."

"Aku baik-baik saja, Del. Besok adalah hari pernikahanku dan tentu saja aku sangat bahagia. Aku hanya sedang memikirkan beberapa hal."

"Kau yakin?"

"Kau selalu yakin dengan hubunganku dan Argat, kenapa kau bertanya begitu?"

"Bukan itu maksudku. Aku sama sekali tidak meragukan hubungan kalian. Aku bertanya untuk memastikan kau tidak mendapat masalah sebelum hari pernikahan."

"Delisa apa aku bisa menelepon lagi nanti?"

"Iya, tentu saja. Istirahatlah dan jaga dirimu baik-baik. Aku akan datang lebih awal untuk melihat pengantin wanitanya."

Maya tidak merespon ucapanku dan langsung mematikan teleponnya. Seperti ada sesuatu yang disembunyikan dariku. Mungkin saja Maya hanya sedikit gugup sehingga suaranya menjadi serak. Jika aku yang akan menikah besok, maka aku juga akan gugup. Aku hanya bisa berdoa semoga pernikahan mereka diberi kelancaran dan berhasil membangun keluarga kecil yang bahagia.

You May Also Like

KARAKTER LEWAT

Mei Bathari Puspa baru selesai melaksanakan Ujian Masuk Perguruan Tinggi di usia 15 tahun. Sebagai Yatim Piatu yang jenius, banyak orang memiliki harapan besar padanya. Termasuk keluarga angkatnya. Dia tidak berpikir untuk memenuhi harapan mereka. Dia berpikir untuk mulai hidup mandiri setelah Kuliah dan mencari orang tua kandungnya. Siapa sangka, belum sehari setelah Ujian Masuk Perguruan Tinggi, dia mengalami kecelakaan. Kecelakaan itu membuat dia dan saudara angkatnya mengalami kondisi kritis. Antara anak angkat dan anak kandung, tentu saja kedua orang tua itu memilih menyelamatkan anak kandungnya. Setelah kematian dia tidak tau dari mana, hal tidak logis bernama Sistem mengikatnya. Dia harus memenuhi keinginan setiap karakter yang hanya muncul dalam satu kalimat atau satu paragraf dari penulis. Ketika dia melihat keinginan-keinginan duniawi para Karakter kecil itu, dengan senyum kemenangan dia melangkah maju. [Tuan Rumah, dunia selanjutnya mengenai jaman modern.] [Oh, saatnya menjadi bos besar] [...] Jika tuan rumah tidak menggikuti alur buku dan menjadi sangat kuat. Apa yang harus dilakukan. Darurat, menunggu online!!! Tapi setelah beberapa dunia [Tuan Rumah, mari menghancurkan mereka!!] Mei: [....] Dalam setiap dunia. ketika dia mencapai piramida puncak. Seseorang akan selalu berpura-pura menjadi anak kucing dan memeluk pahanya. Sistem: [Tuan Rumah, tidak bisa melakukan ini. Peliiharaan mu akan menghancurkan dunia.] Mei: [Hancurkan saja] Sistem: [....] Anak Kucing tertentu: [Kenapa tidak mengganti Sistem?] Mei: [Itu masuk akal.] Sistem: [ ((╬◣﹏◢)) ] Alert! Pemimpin pria selalu menjadi bos tersmbunyi.

TrytoAngry · Sci-fi
Not enough ratings
9 Chs
Table of Contents
Volume 1