webnovel

*Look*

Karlen Brianna, di saat tahun- tahun akhirnya berkuliah aktif di berbagai kegiatan kampusnya seperti menjadi asisten praktikum, volunteer dan anggota resmi komunitas Rumah Tuli, Komunitas yang diperuntukan untuk para teman- temannya penyandang disabilitas Tuli dan orang- orang yang ingin belajar bahasa isyarat agar bisa berkomunikasi dengan mereka secara mudah. Karlen Brianna yang terkenal ramah dikalangan mahasiswa angkatannya dan juniornya, dan diketahui memiliki rahasia yang hanya beberapa orang terdekatnya saja yang mengetahui. Alexander Granenda, mahasiswa yang tengah aktif- aktifnya dalam urusan organisasi, merupakan anggota aktif ekskutif mahasiswa dan juga basket. Mahasiswa hits pada angkatannya terlebih dibawahnya, di sukai banyak orang karena parasnya yang rupawan, tinggi dan wajah oriental Indonesia yang sangat di idamkan. Tanpa semuanya ketahui bahwa Alexander atau Alen sebagai nama panggilannya, hanya memiliki satu orang perempuan yang amat dia cintai, dan dia merahasiakannya hingga bertahun- tahun.

dandellyieun · Teen
Not enough ratings
8 Chs

Chapter Three

Tepuk tangan riuh dan pandangan hangat menyambut kedatangan Karlen dari teman- teman komunitasnya.

Mengatur nafasnya dengan baik, Karlen menggunakan bahasa isyaratnya mengucapkan kalimat

'Terimakasih sudah mau menungguku sore ini, Maaf aku terlambat karena ada acara sebelum ini. Haloo semuanya..'

Dengan senyum sumringah parah anggota Rumah Tuli mengatakan 'tidak apa- apa dan terimakasih juga sudah datang'.

Karlen merupakan anggota inti dari Rumah Tuli ini, dia awalnya tergabung karena memiliki teman sekelas yang menyandang disabilitas tuli bernama Evelin. Karlen mempelajari bahasa isyarat dari Evelin, dan tertarik bergabung dengan komunitas itu karena menyenangkan untuknya bisa belajar hal- hal yang sangat baru.

Karlen kembali mengucapkan kalimat dalam bahasa isyarat

'Bagaimana kabar kalian? Semuanya baik? Lancar untuk hari ini? Jangan lupa bersyukur sama Tuhan kita.."

Semua anggota menjawab 'Baik, semuanya lancar.."

Senyum lebar menghiasi wajah Karlen, tanpa dia sadari ada seseorang yang sedari tadi mengamatinya. Menatapnya dengan tatapan kagum dan juga sedikit cemburu.

Acara kini beralih dengan materi- materi mengenai rencana Rumah Tuli yang ingin melakukan sebuah kegiatan yaitu seperti charity, ajang bakat, lalu pementasan drama tanpa ada suara dialog. Tidak banyak kesulitan yang harus dihadapi oleh mereka, karena mereka menyadari bagi teman- teman penyandang Tuli pementasan drama tanpa dialog merupakan keahlian terpendam mereka.

Karlen kini tengah duduk mendengarkan beberapa teman komunitasnya yang sedang memberi usul mengenai kegiatan mereka. Hingga tiba- tiba Evelin yang di sebelahnya menyenggol lengan Karlen.

'Ada seseorang yang menatapmu sedari tadi… Itu kekasihmu?'

Karlen terkejut mengetahuinya, lalu menatap sekilas ke arah yang dimaksud Evelin.

Kekasihnya hadir di sana, dengan menggunakan baju yang sama saat dia di kampus, Karlen dengan cepat menoleh dan menatap Evelin, menggelengkan kepalanya.

Evelin tertawa tanpa suara, lalu berkata

'Eiii kamu tidak bisa bohong denganku Karlen,,, itu jelas kekasihmu.'

Karlen dengan cepat meminta Evelin untuk diam, membuat isyarat jaga rahasia, Evelin yang masih tertawa tanpa suara itu langsung mengangguk paham.

Hampir satu jam berlalu, akhirnya acara mereka selesai. Karlen meregangkan tubuhnya karena lelah, satu persatu anggota pamit untuk pulang.

Kini yang tertinggal hanyalah Karlen, Abbas, Debora, dan kekasih Karlen.

"Well..apa kalian tengah tidak baik- baik saja, tumben sekali tidak menyapa satu sama lain?" suara Abbas mengisis kekosongan diantara mereka.

"Eii Abbas, kau tau kan mereka tengah berusaha professional dan main petak umpet, tidak boleh ada yang tau mengenai hubungan mereka Abbas."ucap Debora dengan nada sarkas

"Tidak kak Debora, aku hanya menuruti permintaan Kak Karlen saja, demi kebaikan aku dan di,a tentunya." Penekanan kata dia terdengar menyindir Karlen.

"Yahhh terus- teruskan kalian menyindirku seperti itu, jika sampai aku di kondisi itu kalian semua yang aku salahkan." Ucapan Karlen membuat ketiganya tertawa kecil.

"Bukan begitu Karlen… Kalian sudah jalan satu tahun lebih..dan masih saja merahasiakannya.. Apa kalian betah jalanin hubungan begitu? Diam- diam saja, saat di kampus berasa seperti orang asing, tidak pernah update apapun, apa kalian tengah menjaga hati seseorang?"

Skakmat… Itu yang dirasakan oleh Karlen, tertohok dengan ucapan Abbas. Memang Abbas terkenal dengan mulutnya yang ceplas- ceplos dan terlalu jujur.

Karlen merasakan dekapan cukup kencang di bahunya, dan itu adalah perbuatan kekasihnya.

"Ini kesepakatan kita kak Abbas, mungkin tepat nanti dua tahun kita akan memberitahu public tentang hubungan kita."

Abbas dan Debora hanya mengangguk- angguk.

"Aku dan Abbas bukan bermaksud mempush hubungan kalian, tapi begini… semakin lama kalian menyembunyikan ini perasaan kalian akan sama- sama tersakiti, perasaan memiliki kalian terbatas, sedangkan waktu kalian untuk bersama sempit sekali. Kamu tau kamu tengah sibuk dengan kegiatan ekskutif mahasiswamu, dan Karlen akan lebih sibuk lagi karena dia akan mengurusi magangnya bersama dengan kita. Aku hanya mau kalian memanfaatkan sekarang sebelum jarak kalian terlalu jauh." Kali ini Debora berucap dengan sangat panjang mengenai hubungan Karlen dan kekasihnya.

Karlen hanya terdiam mendengarnya, dia tidak mengucapkan satu katapun.

"Terimakasih Kak Debora, aku pastikan hubunganku dengan kak Karlen tidak akan semakin jauh,, kalau gitu kita pamit dulu yah? Badanku lengket karena belum mandi."

Karlen dan kekasihnya pergi untuk pulang, di mobil kekasihnya Karlen hanya terdiam, tatapan matanya kosong ke arah jalan.

**Look**