2 Chapter Two

Karlen tengah menunggu seseorang saat ini, manik cokelatnya sibuk berkali- kali menatap layar ponsel dan lingkungan sekitarnya.

"Karlen….. Thanks for waiting me…" Suara yang membuat nafas Karlen lega, dan kini dia tersenyum lebar

"No problem, tapi bayarin minumku atas denda keterlambatanmu yah Deborah …" ucap Karlen dengan nada bercanda

"Oi… semenjak kamu berhubungan dengannya kamu jadi orang yang dikit- dikit mendenda.."ucapan Debora sontak saja membuat Karlen mendelik

"Eits… ini tidak ada hubungannya dengan dia tolong, kamu saja yang sering terlambat sampai aku jengah menunggumu."

"Itu pembelaan diri,,, Bagaimana kalian?"

Karlen mengangkat bahunya, lalu menarik nafas.

"Oittt… Tidak menarik sekali hubungan percintaan kalian, Apa dia tidak pernah menjemputmu, atau mengantarmu berangkat? Atau kalian makan bersama?"

Karlen hanya tersenyum mendengarnya

"Dia sering menawarkannya, tapi aku menolaknya, untuk urusan makan, oh ayolah setiap malam aku masak untuk dirinya, dan tentu saja kita makan bersama."

Debora hanya mendengus kesal.

"Sampai kapan kalian akan terus menyembunyikan status kalian? Kalian satu fakultas, tapi semua orang selalu bertanya- Tanya siapa kekasihmu, tapi mereka meragukannya apa kamu benar- benar punya kekasih atau bualanmu saja."

Karlen menggigit bibirnya, terfikir oleh perkataan Debora sahabatnya ini.

"Lupakan Karlen atas pertanyaanku… Mari kita membahas untuk kegiatan Rumah Tuli nanti sore…Oke..ini aku perlihatkan padamu timeline acaranya untuk sore ini."

Debora memberikan beberapa slide presentesi yang berupa timeline kegiatan mingguan mereka di Rumah Tuli, sebuah organisasi yang menaungi mahasiswa- mahasiswa disabilitas Tuli dan juga orang- orang yang ingin bisa belajar bahasa isyarat, agar mereka lebih mudah untuk berkomunikasi.

"Acara dimulai jam empat sore? Eii aku ada pertemuan para asisten bagaimana ini?"

Debora hanya terdiam mendengar ucapan Karlen

"Aku akan ijin ke Abbas, mungkin dia akan mengerti."

Debora mengangguk mendengarnya.

***

Karlen menatap dengan gelisah jam yang bertengger di tangan kirinya, angka di jam tangan itu sudah menunjukkan angka empat lebih lima belas menit, namun pertemuan ini tak kunjung selesai.

"Apa ada yang belum mengerti dengan materi kita minggu depan?" pertanyaan dari coordinator praktikum membuat Karlen sadar dengan cepat menggeleng.

"Oh iya,,, Congrats untuk Karlen sudah berhasil melalui pertemuan pertamanya…" ucap sang Koordinator yang membuat Karlen tersenyum canggung

"Thanks semua,,, terimakasih atas bantuannya."

Para asisten lain mengangguk dan tersenyum lebar mendengarnya.

"Kalau tidak ada, kita tutup, terimakasih dan jumpa di pertemuan berikutnya."

Dengan cepat Karlen melangkahkan kakinya keluar setelahh berpamitan, menunggu ojek onlinenya menjemput Karlen, dia sudah terlambat duapuluh menit sekarang di acara itu.

"Karlen? Mau bersamaku?" tawar Gigih dengan senyum manis menghiasi wajah orientalnya

"Tidak Gigih, terimakasih, ojek onlineku sudah dating itu.. Bye bye.."

Karlen meminta sang driver ojek untuk berjalan lebih cepat, terlambat merupakan hal yang dia tak sukai, karena itu salah satu penyakit yang buruk untuk diri sendiri dan lingkungan.

**Look**

avataravatar
Next chapter