28 Mengambil kesempatan

Malamnya sekitar pukul 23.00 wita. Qing Yu datang menemui Alois yang masih terjaga di atas sofa.

Alois, "Kamu belum tidur?"

"En."

"Apa tidak merasa mengantuk?"

"En."

Qing Yu menatap Alois sambil menghembuskan napas, "Pulanglah... Katakan pada Qing An bahwa aku baik-baik saja."

"Kamu tidak ingin kembali?"

"Tidak."

"Kenapa?"

Qing Yu hanya diam tidak menjawab.

"Aku tidak akan kembali sampai kamu menjawab alasan kamu tidak ingin kembali bersamaku."

Qing Yu meremas tangannya yang kini mulai bergetar hebat. Rasa takut akan Alois tidak pernah hilang semenjak beberapa tahun yang lalu. Entah kenapa setiap melihat Alois, Qing Yu akan selalu bermimpi buruk saat tidur. Di mana mimpinya akan kejadian pemerkosaan dan pembunuhan kedua orangtuanya kembali berputar-putar dalam memori otaknya. Sehingga membuat Qing Yu selalu terbangun di malam hari karena mimpi buruk, saking putus asanya, Qing Yu sampai mengambil pisau dapur dan nekat ingin membunuh Alois yang sedang tertidur lelap.

Pada saat pisau akan tertancap ke arah jantung, Qing Yu di kagetkan dengan suara Qing Lin yang terbangun di malam hari untuk mencarinya.

"Ayah, Lin ingin pipis."

Kembali ke pembahasan awal.

Qing Yu menatap Alois lekat, "Kamu ingin tahu?"

"En."

"Maka ikuti aku."

Setelah mengatakan itu, Qing Yu berjalan ke luar rumah dan berdiri beberapa meter dari depan pintu rumah. Salju putih yang tebal di tanah kini telah mencetak jejak kaki Qing Yu yang berjalan tanpa alas kaki langkah demi langkah.

Alois yang melihat Qing Yu berjalan di atas salju tanpa alas kaki langsung berlari dengan cepat untuk meraihnya. Namun pada saat tangan Alois mencapai punggung Qing Yu, Qing Yu tiba-tiba saja berbalik dan menyerang Alois dengan pisau. Jika Alois terlambat menghindar sedetik saja, tenggorokannya mungkin sudah ter-iris dengan pisau dapur yang di pegang Qing Yu saat ini.

"Pergi atau mati." Ucap Qing Yu tanpa ekspresi.

Alois tidak lagi mampu berkata-kata atas tindakan Qing Yu barusan.

Pria ini sudah kehilangan akal sehatnya.

"Kamu sudah membuatku menderita, walaupun kamu bermohon dan bersujud di bawah kakiku. Aku tidak akan pernah bisa memaafkanmu."

Mata Qing Yu merah karena menahan tangis, "Kamu sudah merusak tubuhku, sekarang kamu datang padaku dan memintaku ikut bersamamu; siapa yang tahu, apa yang akan kamu lakukan kepadaku dan anak-anakku?!" Qing Yu memiringkan kepalanya, "Mungkin saja kamu akan membunuh kami, siapa yang tahu."

"Aku bahkan tidak pernah berpikir sampai di situ..."

Alois maju mendekat dan Qing Yu langsung mengarahkan pisau yang tajam itu ke arah lehernya sendiri.

"Berhenti atau aku akan mengiris leherku."

"Qing Yu...!!" Teriak Alois.

"Kamu sepertinya senang melihat saya mati?!"

"Tidak. Ayo kemari, jangan lakukan itu." Ini pertama kali dalam hidup Alois merasa panik, gemetar karena ketakutan luar biasa.

Qing Yu masih di posisi yang sama.

"Ok, besok..." Alois menelan ludah dengan susah payah, "Besok aku akan kembali, tanpa kamu dan anak-anak. Jadi turunkan pisaunya."

"Sekarang, tidak ada besok."

"Ok. Aku akan pergi sekarang juga."

Qing Yu menurunkan pisaunya, namun belum sempat Alois merasa lega kini Qing Yu beralih menikam perutnya sendiri.

Brukkk... (Terjatuh).

....

Setelah itu Alois langsung membawa Qing Yu ke rumah sakit dengan cepat. lukanya sangat parah, tapi untung saja Qing Yu dapat di selamatkan dengan cepat.

Melihat peluang yang begitu baik, Alois langsung mengambil kesempatan membawa Qing Yu keluar dari kota salju bersama Qing Fei, Qing Lin, dan Jihan.

Tidak tanggung-tanggung, Alois langsung mengambil penerbangan langsung ke negara P, dan langsung membawa Qing Yu dan lainnya ke kediaman Albrech.

Saat ini Qing Yu di tempatkan di gedung tujuh dan gedung tersebut di pantau dengan kamera SCTV bahkan dengan kamar mandinya.

Katrina dan Selin terkejut melihat dua anak kembar yang duduk patuh di depan mereka. Keduanya bahkan tidak tahu mau mengatakan apa.

Qing Lin, "Halo."

Selin menatap Alois dan Qing An, "Anak siapa yang kalian culik, ayo katakan?"

"No, no, Paman Alois tidak menculik kami. Kami datang kemari karena Ayah kami sakit dan harus di bawah ke rumah ini agar lekas sembuh."

Katrina menatap Alois, "..." Penipuan anak-anak.

Selin menatap kedua anak anak tersebut dengan sangat teliti.

Selin menyentuh dagunya sambil berkata, "Kenapa wajah mereka sangat mirip denganmu Alois?"

Saat Alois ingin menjawab pertanyaan dari sang kakak Selin, namun ucapannya sudah di potong dengan cepat oleh Qing An.

"Mungkin karena kakakku sangat membenci Alois. Orang-orang mengatakan, jika seseorang yang sedang mengandung merasa terkejut dan membenci seseorang atau menyukai seseorang, maka wajah anaknya akan menyerupai orang tersebut."

Selin, "Apa begitu?"

"Itu hanya kepercayaan secara turun temurun dari leluhur kami."

Alois menatap Qing An dalam diam.

"Tuan Alois, apa sekarang kami boleh menjenguk kakak Yu?" Tanya Jihan.

"Sebaiknya biarkan kakak Yu mu beristirahat dulu."

"Ohh..."

Siangnya sekeluarga itu memutuskan untuk makan siang bersama.

Selin berdehem, "Adik Fei Fei suka makan apa biar kakak Selin ambilkan."

"Ini saja sudah cukup."

"Makanan di piringmu terlalu sedikit." Selin menambahkan banyak daging, nasi, dan sayuran di dalam piring milik Qing Fei sampai piring makan milik Qing Fei isinya sudah setinggi gunung, "Ayo makan yang banyak supaya Fei Fei cepat besar."

Qing Fei, "...."(╥﹏╥)

"Ow...ow...ow... Tante Selin, Ayah mengatakan kepada kami untuk makan dengan sewajarnya...Tse, Tse, Tse." Qing Lin menggelengkan kepalanya, "Adik Fei tidak akan bisa menghabiskan makanan sebanyak itu. Jika makanannya tidak habis, berarti makanannya harus di buang. Betapa mubazirnya membuang-buang makanan."

Selin, "..." (⊙_⊙)

Katrina, "..."

"Adik Fei, kemari piringmu biar kakak Lin membantumu menghabiskannya."

Selesai makan siang, Qing Fei dan Qing Lin berjalan mengikuti Qing An seperti ekor di manapun Qing An pergi, saat Qing An duduk di ruang tamu kedua anak tersebut memandang Qing An sambil menunjukan senyum terbaik mereka.

Selin dan Katrina yang melihat itu hanya bisa tertawa.

Qing Lin, "...(Memberikan senyum terbaik)..."

Qing Fei, "...(Memaksakan diri untuk tersenyum)..."

Qing An menghembuskan napas dengan tingkah kedua anak tersebut. Qing An menaruh buku bacaannya di atas meja, kemudian menatap keduanya.

"Ada apa?" Kata Qing An.

"Benar kata kakak Jihan dan paman Alois, Ayah benar-benar memiliki saudara kembar. Begitu mirip, sampai Lin sempat mengira paman An adalah Ayah kami."

Qing An tersenyum, "Lalu kenapa kalian tidak menganggap aku sebagai Ayah kalian."

"Ayah marah." Kata Qing Fei dengan wajah datar.

"Benar. Ayah melarang kami untuk memanggil orang lain sebagai Ayah. Kata Ayah itu tidak sopan."

"Tapi kakak An bukan orang lain bagi kalian berdua."

Qing Lin berfikir dan bergumam pelan, "Benar juga sih..."

"Larangan tetap larangan." Kata Qing Fei masih dengan ekspresi yang sama.

Qing Fei menatap sekeliling rumah, "Di mana paman Alois? Soalnya Fei ingin bertemu dengan Ayah."

.

.

.

Bersambung . . .

Kamis, 18-03-2021

09.22 Wita

avataravatar
Next chapter