27 Berusaha Meyakinkannya

Ceritanya di percepat

________________________

Cerita ini sudah di Upload di aplikasi oranye (W) sebelah.

Nama akunnya : @Aruna011

________________________

Hampir dua bulan lamanya kakak beradik tersebut (Alois & Orlando) baru bisa menemukan Qing Yu, dan hampir sebulan ini Alois masih bersikeras memaksa Qing Yu untuk ikut bersamanya kembali dengan kedua anak mereka yang saat ini sudah memasuki usia lima tahun.

Qing Yu membawa teh hangat menuju ke ruang tamu yang cukup sederhana. Dan di ruang tamu telah duduk Alois dan gadis berparas cantik yang saat ini tengah bermain dengan dua anak Qing Yu, yang di beri nama Qing Lin Dan Qing Fei.

(Qing Lin :Perempuan, Qing Fei : Laki²).

Alois sangat tahu betul siapa gadis berparas cantik tersebut; dia adalah anak dari salah satu pekerja yang di perintahkan Alois untuk menjaga Qing Yu dan Qing An. Lebih tepatnya untuk menjaga Qing An di desa A.

Qing Yu menaruh teh panas di atas meja dan meminta Jihan untuk masuk ke dalam bersama Qing Lin Dan Qing Fei.

Jihan pun langsung mematuhinya.

Alois, "Gadis itu..."

"Kedua orang tuanya meninggal saat perang lima tahun yang lalu. Kebetulan aku tidak sengaja bertemu dengannya saat kembali ke desa A." Potong Qing Yu.

Qing Yu menatap Alois lekat, "Jika kedatanganmu memiliki tujuan yang sama seperti sebelumnya, maka aku masih menolaknya. Jadi tuan Alois, tolong hargai keputusanku."

"Qing Yu."

"Jika tidak ada lagi yang ingin anda katakan, anda boleh pergi dari sini."

"Aku tidak akan pergi."

Qing Yu hanya bisa menghembuskan napas pasrah, pria ini terlalu bertekat kuat untuk membawa dirinya ikut bersamanya. Tapi hati Qing Yu sudah sekeras batu dan sulit untuk melunak dan hancur.

Bahkan Qing Yu tidak lagi perduli. Tidak perduli saat di malam hari melihat Alois tidur di sofa yang keras, tidak perduli saat melihat Alois kedinginan saat tidur tanpa selimut, tidak perduli sudah makan atau tidak, tidak perduli saat Alois terkena pilek, dan bahkan Qing Yu tidak perduli dengan Alois yang saat ini terbaring sakit karena demam tinggi selama kurang lebih dua hari ini.

Namun karena kekuatan fisik Alois yang begitu kuat, membuatnya masih sanggup untuk bangun dan duduk menatap Qing Yu yang setiap harinya bolak balik di depannya seakan-akan tidak melihat siapapun.

Saat Qing Yu pergi bekerja. Jihan secara diam-diam membawa bubur hangat dan obat untuk di berikan pada Alois.

"Paman kenapa tidak pulang saja, atau mencari penginapan untuk tinggal. Cuaca di kota ini sangat dingin dan bersalju, apa lagi pakaian yang di pakai paman saat ini sangat sedikit."

"Tidak apa-apa." Jawab Alois sambil tersenyum pada Jihan.

Beberapa saat kemudian Qing Fei membawa selimut tebal dari kamarnya dan memberikannya pada Alois dengan wajah tanpa ekspresi.

"Selimut." Katanya.

Alois, "Ayahmu akan marah jika kamu memberikan selimut ini pada paman."

Qing Lin, "Jangan khawatir paman, Ayahku adalah pria yang sangat baik, dan perhatian."

Qing Lin naik dan duduk di samping Alois, kemudian berkata, "Ini rahasia antara kita berdua saja. Setiap malam aku melihat Ayah bangun di malam hari melihat paman tidur dari jarak yang sangat dekat, dan Ayahku juga mengusap kepala paman... Seperti ini" Kata Qing Lin sambil memperagakan tindakan Qing Yu pada Alois.

"Ayah mengelus kepala paman seperti Ayah mengelus kepala kami, itu berarti Ayah juga sayang pada paman."

Qing Fei menganggukan kepala tanpa ekspresi, membenarkan apa yang di ucapkan sang kakak.

"Rahasia kita berempat." Koreksi Qing Fei.

Kedua anak tersebut bahkan tidak mengerti makna apa yang terkandung dalam ucapan mereka.

"Ayo paman makan, agar paman cepat sembuh." Kata Qing Lin

Sekitar jam lima sore Qing Yu pulang kerja dan memasuki rumah dengan wajah lesuh, saat masuk dan berjalan melewati ruang tamu, Qing Yu melihat kedua anaknya sedang bermain dengan Alois, seketika saja wajah Qing Yu langsung berubah suram.

"Qing Lin, Qing Fei." Panggil Qing Yu kesal.

Kedua anak tersebut mendongak menatap Ayah mereka yang baru saja kembali dari tempat kerja.

"Oh Ayah, kemari, kemari..." Panggil Qing Lin, "Ayah Alois baru saja mengajar kami menggambar beruang."

Mendengar kata Ayah yang di rujukan pada Alois membuat wajah Qing Yu semakin suram.

"Siapa yang kamu panggil Ayah?"

Qing Fei menunjuk Alois dengan wajah tanpa ekspresi.

"Kemari."

Qing Lin Dan Qing Fei berjalan menuju ke Qing Yu. Qing Yu mengusap kepala kedua anaknya, "Lain kali jangan memanggil orang lain seperti itu. Ok."

"Kenapa?" Tanya Qing Lin dengan wajah polos.

"Nanti Ayah cemburu."

"Um..um..um..." Sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, "Ayah adalah yang terbaik dari yang terbaik. Tidak ada yang bisa menggantikan posisi Ayah di dalam hati kami berdua."

Qing Fei mengangguk-anggukkan kepalanya tanda setuju dengan ucapan sang kakak.

"Ayah yang terbaik." Ujar Qing Fei.

"Oh ia Ayah. Kakak Jihan dan Ayah Alois..."

Qing Yu, "..."😑

"...Ah maksud Qing Lin paman, yah paman. Paman dan kakak Jihan mengatakan kalau Ayah memiliki adik kembar seperti aku dan Fei. Apa itu benar Ayah?"

Qing Yu mengerutkan kening, kemudian menatap Alois yang saat ini tengah terbungkus selimut tebal bergambar ikan milik sang anak Qing Fei.

Alois yang menyadari tatapan Qing Yu hanya bisa berpura-pura batuk ringan.

"Kenapa Linlin begitu banyak bicara. Ayo mandi sudah sore." Qing Yu sama sekali tidak berniat menjawab apa yang telah di tanyakan sang anak.

"Sudah mandi." Kata Qing Fei, kemudian berjalan kembali ke arah Alois.

"Ia Ayah, kami berdua sudah mandi air panas. Sangat segar. Kalau begitu Ayah istirahatlah, LinLin mau kembali bermain lagi dengan paman."

Saat kedua anaknya kembali ke Alois, pikiran Qing Yu hanya tertuju pada Qing Fei. Pasalnya Qing Fei tidak mudah dekat dan akrab dengan orang lain, Qing Fei bahkan tidak pernah membuka mulutnya atau berbicara dengan orang-orang yang ada di sekitarnya salah satunya termaksud Jihan. Jika bermain bersama Jihan Qing Fei bahkan tidak menunjukan keakraban seorang adik dengan sang kakak. Apa lagi tertawa seperti yang Qing Yu lihat saat ini.

Sangat mustahil, bagaimana Qing Fei bisa begitu akrab dengan Alois?

Anak itu bahkan jarang menunjukan senyumnya pada Qing Yu yang notaben adalah Ayahnya sendiri.

Qing Yu menghembuskan napas dan kemudian berjalan menuju ke kamar.

Saat Qing Yu membelakangi Alois, wajah Alois yang terlihat gembira dan bahagia kini berubah sendu saat menatap punggung Qing Yu yang telah menghilang di balik pintu kamar.

.

.

.

Bersambung . . .

Rabu, 17. 03 . 2021

20.56 Wita.

avataravatar
Next chapter