webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · 漫画同人
分數不夠
275 Chs

Kembali ke Alaska

Asuna, Lisbeth, Silica, Suguha, Sinon, Yuna, Aki, Rinko bersama Yui, sedang makan malam bersama dirumah yang mereka tempati di Alaska saat ini. Makan malam ini terasa hangat, karena mereka saling mengobrol dengan akrab satu sama lainnya.

Rinko sendiri, akhirnya sudah terbiasa bersama dengan semua wanita yang berada disini, dan menurutnya kehidupan yang dijalaninya sekarang cukup menyenangkan. Bukan hanya Rinko, bahkan Aki yang baru masuk dikeluarga ini, juga merasakan hal yang sama.

Entah mengapa, mereka sangat nyaman bersama. Mereka saling melengkapi satu sama lainnya. Bahkan beberapa wanita Zen mulai membantu satu sama lainnya, sehingga mereka sangat rukun saat ini.

Disisi lain, Zen akhirnya tiba didomainnya itu, setelah dua minggu tidak berada ketempat ini, walaupun para wanitanya tidak bertemu dengannya hanya seminggu, namun tetap itu membuatnya sangat merindukan mereka.

Zen berjalan perlahan kearah pintu rumahnya, dan tanpa pikir panjang langsung memasuki rumahnya tersebut.

"Aku pulang!" teriaknya kepada penghuni yang berada didalam rumahnya.

Para wanita yang sedang bercengkrama bersama diruang keluarga setelah menyelesaikan makan malam mereka, langsung berhamburan menghampiri kearah orang yang baru tiba ditempat ini.

"Papa!" teriak Yui berlari kearah Zen, namun langkahnya berhenti setelah melihat kondisi Zen saat ini.

Bahkan semua wanita yang mengikuti belakang Yui, hanya melebarkan matanya setelah melihat penampilan Zen tersebut.

Zen saat ini berpenampilan sangat kotor, dengan bekas cipratan darah disekujur tubuhnya, mulai dari kepalanya hingga ujung kakinya.

"Z-Zen, A-Apakah itu darah?" tanya Asuna sambil menunjuk sesuatu pada tubuh Zen.

Zen yang mendengar itu, langsung melihat kemana Asuna menunjuk dan melihat penampilannya yang sangat kacau saat ini.

"Ah.. maafkan aku, aku lupa membersihkan diri" kata Zen.

Tanpa pikir panjang, Aki langsung menghampiri Zen dan memeriksa seluruh tubuhnya dan memastikan bahwa dia tidak terluka saat ini. Bahkan semua wanita Zen mengikuti langkah dari Aki tersebut.

"Walaupun aku sangat senang diperhatikan, tetapi kondisiku baik – baik saja. Lagipula, ini semua merupakan darah monster yang kulawan sebelumnya" kata Zen.

"A-Apakah mereka berbahaya Zen?" tanya Lisbeth.

"Tentu, tetapi tenanglah. Kalian tahukan seberapa kuatnya aku" kata Zen.

Setelah beberapa lama memeriksa, akhirnya Aki melepaskan Zen, tetapi belum puas dengan apa yang diperiksanya. Karena dia belum memeriksa bagian tubuh Zen yang lainnya.

"Kalau begitu, aku akan membersihkan tubuhku terlebih dahulu" kata Zen.

Lalu Zen memasuki kamar mandinya, dan bersiap untuk membersihkan dirinya, namun tiba – tiba pintu kamar mandinya terbuka, dan memunculkan seseorang yang saat ini tubuhnya hanya ditutupi oleh handuk.

"Aki-san?" tanya Zen.

"Aku akan membantumu membersihkan tubuhmu, dan juga aku belum memeriksa tubuhmu secara menyeluruh." kata Aki.

Akhirnya Zen mengiyakan permintaan dari Aki tersebut, dan akhirnya Aki membantunya membersihkan semua bekas darah dari tubuh Zen saat ini. Walaupun nafsu Zen meningkat setelah melihat tubuh Aki, dia sebisa mungkin menahannya, karena dia tidak mau membuat wanitanya yang lain menunggu.

.

.

Keesokan harinya, setelah Zen tiba didomainnya ini. Zen saat ini sedang berada dihalaman luas yang terletak disebelah rumahnya saat ini. Zen saat ini berdiri bersama Yui putrinya, Aki, Yuna dan Rinko yang saat ini mengikutinya ketempat ini.

"Kalian berdua tampaknya kelelahan" kata Rinko yang berada disebelahnya saat ini.

"Apa mahsutmu Rinko-san, aku merasa segar hari ini" kata Zen.

"Benarkah, tetapi tidak dengan wanita disebelahmu. Dan erangan yang berasal dari kamarmu tadi malam, yang kudengar sampai subuh" kata Rinko. Sedangkan Yuna yang berada disitu juga, mulai menatap Zen dan Aki saat ini. Namun tidak dengan Yui yang saat ini sedang berlari larian ditempat itu.

Tadi malam walaupun hasrat Zen dikamar mandi sudah dia coba tahan, tetapi tetap saja tubuh seksi dari Aki membuatnya tidak bisa menahan hasratnya. Mereka akhirnya mulai saling menyentuh satu sama lain, hingga sampai ciuman penuh nafsu.

Awalnya, mereka hanya berciuman dan Zen meremas payudara dari Aki, hingga akhirnya mereka berhenti dan melanjutkan membersihkan diri karena takut wanita yang lainnya menunggu mereka.

Namun setelah keluar dari kamar mandi, Zen sudah tidak dapat menahan nafsunya dan langsung menarik Aki menuju tempat tidurnya dan mulai melepaskan hasratnya itu kepada perawat seksi itu.

Asuna dan lainnya sempat curiga, mengapa Zen dan Aki belum keluar dari kamar Zen, karena Zen mandi pada kamar mandi dikamarnya. Namun setelah mereka akan memasuki kamar Zen, suara erangan kenikmatan membuat mereka pergi dari tempat itu, dan membiarkan kedua insan itu melepaskan hasrat mereka.

"Ah.. maafkan aku kalau begitu" kata Zen yang saat ini mulai malu akan tindakannya tadi malam.

"Sudahlah, yang harus kamu minta maaf adalah Aki. Tadi pagi sepertinya dia sangat kelelahan saat bangun dan sarapan bersama" kata Rinko.

Rinko dan Aki, memang sudah memutuskan untuk tinggal bersama disini. Namun mereka tetap bolak – balik kedunia asalnya, untuk pekerjaan mereka. Walaupun sebenarnya, mereka ingin mengundurkan diri dari pekerjaan mereka, namun mereka tetap bekerja agar tidak terlihat mencurigakan saat ini.

"Apakah kamu kelelahan Aki-san? Kalau begitu maafkan aku" kata Zen.

"S-Sudahlah, terlebih lagi aku merasa senang tadi malam" balas Aki yang merona dan membuat kedua wanita yang lain berada disitu juga ikut merona karena perkataannya itu.

"L-Lalu, apa yang akan kamu lakukan disini Zen?" tanya Yuna yang mulai mengalihkan percakapan mereka itu.

Tanpa pikir panjang, Zen lalu membayangkan tempat itu dan merubahnya seperti sebuah kolam yang tidak terlalu besar saat ini. Zen lalu membuat sesuatu pada dasarnya, mengikuti intruksi Irene.

"Benar seperti ini Irene?" tanya Zen.

[Iya, Kak. Yang harus Kakak lakukan adalah memindahkan air itu ketempat ini, dan otomatis, akan tercipta mata air yang sama dengan air tersebut] kata Irene.

"Baiklah" kata Zen

Lalu Zen kembali ketempat para wanita yang menatapnya sedari tadi, dan bersiap untuk kembali ketempat dimana air Ambrosia berada.

"Tunggulah sebentar disini oke" kata Zen lalu menghilang dari tempat itu.

Yui yang melihat Papanya menghilang langsung berlari kearah Mamanya yang berada disitu.

"Kenapa Papa tidak berpamitan kepada Yui" kata Yui yang seakan mulai menangis saat ini yang mengira Papanya pergi meninggalkannya.

Namun tiba - tiba saja kolam yang Zen buat tadi, mulai terisi sedikit air. Mereka heran saat ini, apakah Zen membuat kolam yang cukup besar ini untuk menampung air yang sangat sedikit itu. Namun tiba – tiba saja, air tersebut mulai terkumpul dan memenuhi kolam tersebut dengan cepat, karena tiba – tiba saja kolam itu memunculkan sebuah mata air.

Zen lalu berada disebelah mereka dan melihat kejadian tersebut. Zen hanya tersenyum senang, setelah dia berhasil membuat air yang didapatkannya tidak akan habis.

"Air apa ini Zen?" tanya Rinko.

Lalu Zen mengeluarkan sebuah cangkir dari dalam penyimpanannya dan mengambil air dari kolam tersebut.

"Bisakah kamu mengulurkan tanganmu Aki-san" kata Zen.

Aki yang mendengar itu lalu mengulurkan tangannya kepada Zen.

"Apakah kamu memperayaiku Aki-san?" tanya Zen.

"Tentu saja. Setelah semua yang kamu lakukan kepadaku, tentu aku mempercayaimu" kata Aki.

Lalu Zen mengeluarkan sebuah pisau dan mengiris urat nadi dari Aki. Semua wanita disana sangat terkejut dengan perlakuan Zen tersebut.

"Apa yang kamu lakukan Zen!" teriak Rinko.

"Mama!" teriak Yui yang melihat darah sudah mengalir deras dari tangan Aki.

Zen dengan cepat meminumkan air yang sudah dia ambil sebelumnya kepada Aki. Aki dengan sigap menerimanya. Setelah dia meneguk air tersebut, luka pada pergelangan tangannya tiba – tiba mulai tertutup dan sembuh sepenuhnya.

"Maafkan aku Aki-san" kata Zen.

"Air apa ini Zen?"