Dua bulan setelah kejadian dimana Zen dan Eugeo berhasil menebang pohon iblis tersebut, saat ini Zen sedang berada diruang tunggu sebuah koloseum, menunggu gilirannya bertanding untuk memeprebutkan posisi menjadi calon murid, dan dapat memasuki akademi yang bertujuan meningkatkan skill pedang mereka.
"Aku berhasil Zen" kata Eugeo yang saat ini akhirnya menuju kearah dirinya dengan perasaan senangnya.
"Benarkah? Selamat kalau begitu" kata Zen sambil memberikan senyumnya kepada Eugeo.
"Berarti aku menyisakan satu pertandingan lagi dan aku bisa masuk keakademi itu" kata Eugeo.
Mendengar ini Zen hanya tersenyum sambil mengobrol ringan dengan Eugeo sambil menunggu pertarungan terakhirnya.
Setelah mereka menebang pohon iblis, Desa dimana Eugeo tinggal yaitu desa Rulid, akhirnya membuat perayaan atas keberhasilannya tersebut dan akhirnya Eugeo memutuskan mengganti tugas sucinya yaitu menjadi ksatria pedang.
Zen dan Eugeo akhirnya memutuskan menuju ke ibukota, guna memperdalam ilmu pedang mereka, mencoba keberuntungan mereka memasuki akademi dan memperlajari beberapa keahlian tentang berpedang.
Selka yang mendengar rencana mereka sangat sedih, karena orang yang selama ini membuatnya nyaman akhirnya memutuskan untuk meninggalkannya saat ini. Namun setelah Zen menjelaskan bahwa dia pergi untuk membawa Kakaknya kembali, akhirnya dia merelakannya.
Zen dan Eugeo akhirnya memutuskan untuk meninggalkan desa tersebut keesokan harinya, dan tidak lupa Zen memotong ujung dahan pohon iblis, yang akan digunakannya menjadi pedangnya dimasa depan.
Seminggu perjalan menuju ibu kota, dan akhirnya Zen dan Eugeo menjadi pekerja serabutan guna mencukupi kehidupan mereka selama berada disini, dan akhirnya mengikuti kompetisi seleksi calon siswa dari akademi pedang.
"Zen pertandinganmu selanjutnya" kata salah satu orang yang menjadi penyelengara seleksi itu.
"Baiklah" kata Zen dan mulai beranjak dari tempatnya dan menuju area pintu masuk ketempat pertandingannya.
Dalam seleksi ini, hanya beberapa orang saja yang bisa lolos seleksi. Mereka harus meraih 10 kemenangan agar bisa meloloskan dirinya menjadi calon siswa dan mendapatkan kesempatan masuk ke akademi pedang tersebut.
Saat ini Zen bersiap untuk pertandingan terakhirnya. Akhirnya dia dipersilahkan keluar menuju ketengah koloseum ini dan bertemu penantangnya. Penantangnya kali ini adalah seorang anak dari bangsawan setempat.
Setelah tanda dimulainya mereka bertarung, Zen langsung mengaktifkan sword skillnya, lalu maju dengan cepat kearah lawannya tersebut dan menebas pedang lawannya hingga pedang lawannya tersebut patah.
Hal tersebut membuat lawannya terkejut dan akhirnya memutuskan bahwa dirinya kalah. Dengan hasil ini, Zen dipastikan menjadi orang pertama yang lolos seleksi ini. Sorak sorai bisa didengar dari penonton pertandingan ini atas kemenangan Zen tersebut.
Dengan melambaikan tangannya, Zen akhirnya meninggalkan tempat tersebut dan kembali ketempat ruang tunggu koloseum tersebut, sambil menunggu pertandingan terakhir Eugeo.
Hari akhirnya sudah mulai sore. Semua pertandingan akhirnya selesai dimana Zen dan Eugeo yang dinobatkan sebagai pemenang dan sekaligus orang yang berhak memasuki akademi tersebut.
Beberapa bulan kemudian, Zen dan Eugeo sudah berhasil memasuki akademi tersebut dan mereka berdua sudah belajar dasar – dasar skill pedang untuk memperkuat keahlian mereka dalam berpedang.
Saat ini mereka berdua sudah bersiap bersama beberapa pemula lainnya berada ditengah aula diakademi ini. Berkumpulnya mereka saat ini bertujuan untuk menentukan mentor mereka yang akan mengajarkan mereka selanjutnya.
Saat ini, mereka sudah berkumpul dan menunggu panggilan nama mereka, serta mentor yang akan mengajari mereka. Nama murid baru satu persatu sudah disebutkan, dan akhirnya nama Eugeo disebutkan dan dia mendapatkan seorang mentor yang cukup kelihatan sangat kuat.
"Zen!" teriak orang yang membacakan nama tersebut.
Zen lalu mengikuti arahan orang tersebut dan saat ini dia melihat seorang wanita cantik berambut cokelat berada didepannya.
"Ini mentormu, Sortiliena Serlut. Elite Peringkat dua dari akademi ini. Dia memilihmu secara langsung untuk menjadi mentormu" kata orang tersebut.
"Tolong jaga aku mulai sekarang Senior" kata Zen.
Senior wanita itu hanya tersenyum dan mulai mengajak Zen untuk bertanding dan melihat seberapa kuat kemampuannya, sebelum dia mengajarkan beberapa tehnik kepadanya.
.
.
Didunia luar, beberapa jam telah berlalu. Memang waktu didalam Underworld dan didunia nyata sangat berebeda. Dunia Underworld memiliki waktu yang lebih cepat dari dunia luar. Saat ini Asuna bersama yang lain akan kembali pulang setelah menjenguk Zen.
Mereka saat ini sedang berjalan menuju kesebuah helipad untuk menunggu helikopter, untuk mengantarkan mereka pergi dari Ocean Tutrle dimana tempat Zen berada. Disebuah koridor, mereka bertemu dengan seorang wanita berambut pendek yang juga menjadi salah satu yang menjadi petinggi dalam projek ini.
"Halo Rinko-san" kata Asuna menyapa wanita itu.
"Halo, apakah kalian sudah selesai menjenguk Zen?" tanya wanita itu dan dibalas anggukan oleh mereka semua.
"Baiklah, kalau begitu sampai bertemu lagi" kata semua wanita Zen dan Yui dan akhirnya mereka meninggalkan wanita itu yang masih menatap mereka.
Wanita itu, saat ini masih merasa bersalah kepada beberapa player yang terjebak didalam game kematian, yang diciptakan oleh mantan pacarnya sebelumnya. Dia bisa saja membatalkan bencana itu, tetapi dia tidak melakukannya.
Wanita itu atau Rinko juga sangat penasaran dengan Zen. Zen pernah menghubunginya karena mantan pacarnya yaitu Kayaba memberikannya sebuah program data bernama The Seed. Zen mengontaknya untuk menanyai beberapa hal dengan data tersebut, seakan dia akan membuat sesuatu akan itu.
Rinko saat ini juga penasaran dengannya, dikarenakan setiap masalah yang terjadi, selalu Zen yang berhasil menyelesaikannya. Bahkan saat mereka mengirim dirinya yang mengalami kerusakan otak parah, dia bisa mengirimi mereka pesan dari dalam game tersebut.
Sebenarnya seorang player bisa saja mengirimi mereka pesan, namun dia harus berada disebuah kontrol panel yang berada didalam game tersebut. Namun Zen bisa melakukannya tanpa memakai hal tersebut.
Bahkan sampai sekarang, mereka belum bisa mengetahui bagaimana cara Zen melakukan hal tersebut. Akhirnya Rinko memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya menuju kesebuah ruangan kontrol.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Rinko.
"Sampai saat ini data Zen didalam dunia itu belum berhasil mengubah apapun. Belum ada satu Fluclight yang melanggar indeks tabu, dan dia belum menemui Alice" kata pria yang saat ini sedang duduk didepan ruangan kontrol tersebut.
"Tenanglah, dia pasti bisa melakukannya" kata seorang yang saat ini sedang memakai kimono.
Namun tiba – tiba saja layar pada ruangan kontrol tersebut mengalami gangguan sedikit.
"Apakah kalian belum bisa menemukan penyebabnya?" tanya Rinko.
"Aku sudah mencoba mencari mengapa terjadi seperti ini, namun semuanya seperti baik – baik saja seakan ini merupakan hal normal." Kata seorang yang duduk sambil mengetik sesuatu pada komputernya.
Memang kejadian ini sering terjadi sejak kemarin, namun mereka semua belum bisa mencari penyebab masalah tersebut.
"Apakah ini perbuatan dirimu Zen?" gumam Rinko didalam hatinya.