webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · 漫画同人
分數不夠
275 Chs

Elf

Suara seseorang berteriak kesakitan memenuhi sebuah tempat saat ini. Sebuah bola cahaya yang sedang memancarkan cahayanya mulai memperlihatkan seorang sedang menyiksa seseorang yang sudah tidak memiliki pergelangan tangan.

Teriakan minta ampun bercampur meminta untuk dibunuh bisa terdengar dari sana, namun pria yang menyiksa tersebut tidak mengiyakan permintaan dari orang yang dia siksa tersebut.

"A..Ampuni a-aku Z..Zen" kata Hiyama saat ini, karena seluruh tubuhnya penuh dengan darah yang keluar dari pori – pori kulitnya.

"Apakah kamu pernah berniat mengampuniku dahulu?" kata Zen lalu kembali menusuk bola mata Hiyama.

Hiyama kembali berteriak kesakitan dan Zen mencabut dager yang dia gunakan tersebut lalu menyembuhkannya kembali matanya dan menusuknya kembali. Perbuatannya itu membuat Hiyama mengutuk dirinya karena perbuatannya sebelumnya.

Waktu terus berlalu, akhirnya suara teriakan yang memenuhi tempat ini terhenti. Zen akhirnya menyudahi kegiatannya dan membunuh Hiyama saat itu juga. Mayatnya mulai tergeletak ditempat itu dengan kondisi yang sangat memprihatinkan.

Zen mulai meninggalkan tempat dimana mayat Hiyama berada dan mulai beranjak dari sana, namun saat dia hendak keluar dari sana, dia mulai mengingat sesuatu dan mulai mengeluarkan beberapa mayat dari dalam penyimpanannya.

"Baiklah, bagaimana jika aku menghidupkan kalian" kata Zen.

Zen memang sudah mendapatkan skill Necromancer dari Eri dan sudah mengujicobanya dengan memadukannya dengan Spirit Magic dan Sharingan, dan hasilnya sangat diluar dugaan oleh Zen, karena mayat yang dia hidupkan dengan gabungan beberapa skill tersebut, dapat menghidupkan kembali mayat seutuhnya.

"Bangkitlah" kata Zen

Perlahan lima buah mayat naga yang berada ditempat ini mulai bangkit sepenuhnya dengan jiwa dan ingatan yang dimiliki oleh mereka sebelum mati. Mereka yang mulai bangkit, mulai menatap Zen dengan tatapan bermusuhan dan mulai menyerangnya.

Memang, saat memadukan ketiga kemampuannya tersebut, apa yang dibangkitkan oleh Zen akan menjadi hidup dengan jiwa dan ingatan yang sama, namun mempunyai efek samping yaitu mereka tidak akan terikat atau menganggap Zen sebagai tuan mereka.

"Kalian akan menyerangku? kalian seharusnya berterima kasih" kata Zen lalu mengeluarkan Sharingannya untuk mencoba mengendalikan mereka seperti naga putih sebelumnya yang sudah dia beri nama White.

Mereka berlima akhirnya mulai bercahaya dan akhirnya berubah sepenuhnya menjadi lima orang wanita telanjang yang muncul didepan Zen saat ini. Mereka mulai melihat sekeliling dan saat pandangan mereka melihat Zen, mereka mulai membungkukan tubuh mereka.

"Master" kata mereka berlima bersamaan. Zen yang melihat itu, mulai mengeluarkan pakaian dengan warna seperti warna rambut mereka dan memberikannya kepada masing – masing bawahan barunya tersebut.

"Terima kasih Master" kata mereka berlima bersamaan setelah selesai mengenakan sebuah pakaian saat ini.

Akhirnya mereka mulai berjalan beriringan untuk keluar dari tempat ini. Zen akhirnya sedikit senang, karena dia mendapatkan beberapa bawahan untuk melindungi para wanitanya kelak dan mulai memimpin mereka keluar.

"Tunggu, bukankah aku berarti bisa membangkitkan seorang Liberator saat ini?" tanya Zen kepada Irene saat ini.

[Tentu saja Kak, tetapi apakah Kakak akan menghidupkan semuanya?] kata Irene.

"Hm... mungkin tidak semua" kata Zen.

Sebelumnya, saat Zen sudah selesai menaklukan Labirin Haltina dan berada didalam ruangan yang dimana seorang Elf memberikan pesan setelah dia dan beberapa wanitanya sudah mendapatkan Evolution Magic, Zen menggunakan sharingannya untuk mencari asal rekaman itu.

Perlahan dia berjalan mengikuti jejaknya, dan sampai pada sebuah batang pohon. Zen hendak menebasnya dan mencari asal jejak mana tersebut, namun perlahan batang itu terbuka dan memunculkan berbagai ranting yang menahan sebuah tengkorak saat itu.

"Apakah ini seperti yang aku pikirkan Irene?" tanya Zen kepada adiknya setelah melihat mayat tersebut.

[Benar Kak] jawab Adiknya.

Lamunan Zen akhirnya terhenti, setelah beberapa wanita mulai menatapnya bingung saat ini, karena mereka melihat Master mereka melamunkan sesuatu. Mereka tidak berani menegurnya, dan akhirnya berakhir dengan menatap Masternya tersebut.

"Baiklah mari lanjutkan perjalanan kita" kata Zen yang akhirnya sadar dari sepenuhnya saat ini.

Akhirnya mereka mulai meninggalkan tempat tersebut, dan muncul pada sebuah markas yang saat ini hanya berisi beberapa anak kecil dan para wanita serta beberapa penjaga saat ini. Dia mulai menyapa beberapa orang disana, dan penasaran dengan hasil peperangan yang dilakukan oleh beberapa bawahannya.

"Kalian tunggulah disini" kata Zen yang hendak menuju kesebuah tempat dan dibalas anggukan oleh kelima wanita yang bersamanya itu.

Dan disnilah dia, ditempat dimana dia menemukan sebuah mayat yang dia yakini seorang Liberator saat ini. Zen perlahan mendekat kearah mayatnya dan langsung memulai ritual untuk membangkitkannya.

Selain menggunakan skill Necromancer dan dipadukan dengan spirit Magic dan Sharinggan, Zen juga memadukannya dengan menggunakan Restoration Magic, untuk membuat kembali tubuhnya pada wujud mudanya.

"Lyutillis Haltina" gumam Zen setelah melihat wanita yang telanjang saat ini, yang masih tersangkut pada ranting – ranting pohon yang menahannya sebelumnya.

Perlahan mata dari wanita Elf yang sangat cantik itu, mulai membuka matanya. Dipenglihatannya dia melihat seorang pria tampan sedang menatapnya dengan mata merah dengan bentuk yang sangat aneh saat ini.

"Dimana ini?" katanya, namun perlahan dia memperhatikan tubuhnya dikelilingi oleh berbagai ranting yang menahan tubuh polosnya.

Perlahan beberapa ranting dan dahan yang mengikat dirinya mulai bergerak dan melepaskan tubuh dari Elf tersebut karena Elf itu menggunakan kekuatannya untuk melakukannya. Perlahan dia mulai keluar dari tempat yang mengikatnya dan berjalan menuju kearah Zen.

"Siapa kamu yang berani menatap sang ratu ini" katanya dan langsung menatap Zen dengan tajam.

Tanpa mempedulikan penampilannya, Wanita Elf itu mulai menyerang Zen. Dengan berbagai sihir yang dia padukan dengan Evolution Magic, dia memborbardir Zen dengan skill – skillnya. Disisi lain Zen tetap tenang, karena hampir semua skillnya tidak mempan kepadanya saat ini.

Wanita Elf itu juga sangat bingung, mengapa semua skill yang dilemparkan kepada Zen tidak berpengaruh kepadanya. Namun dia tidak menyerah, saat ini dia ingin langsung menggunakan serangan fisik.

Pertarungan tangan kosong mulai terjadi, namun Zen berusaha menghindar dan menggunakan skill Gravitasnya untuk mencoba memperlambat laju dari Elf tersebut. Tentu saja, Elf itu terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Zen.

"Dari mana kamu mempelajari Gravity Magi-" namun perkataannya terpotong, setelah Zen melesat kearahnya.

Zen mencoba menguji kekuatan wanita didepannya, dan langsung melesat mencoba untuk memberikan sebuah tamparan kepada wajah wanita tersebut, karena Zen merasa sedikit emosi setelah dia langsung diserang olehnya.

Wanita Elf itu mencoba menghindar dengan cara melompat kearah belakang, Namun tamparan Zen malah mengenai bagaian tubuhnya yang lain, yaitu bagian pantatnya yang polos itu. Wanita Elf itu langsung tersungkur dan membuat Zen sangat panik saat ini.

"Apakah kamu tidak apa – apa?" tanya Zen.

Zen perlahan mulai mendekati wanita tersebut, namun setelah melihat raut wajahnya saat ini, Zen mulai menyadari sesuatu bahwa wanita yang baru saja dia bangkitkan ini, sifatnya sangat menyerupai Tio.

"Ah~ sudah lama aku tidak merasakan perasaan ini"