Shen Cheng menoleh, lalu berhadapan dengan sepasang mata hitam menawan yang bisa menghanyutkan orang jika tidak berhati-hati. Rambutnya rapi dan bersih. Pria itu juga mengenakan kemeja hitam dengan kerah yang sedikit terbuka hingga menunjukkan kulit sawo matang. Hanya dengan pria itu melihat sekilas, Shen Cheng langsung teringat pada pintu rumahnya yang dibanting sampai hancur. Sialan! kutuknya dalam hati.
Shen Cheng ingin menendang Shi Yu, tapi kaki pria itu malah menahannya. Shi Yu menundukkan kepalanya dengan ambigu dan melihat Shen Cheng, lalu menggunakan suara paling nakal dan berkata, "Kamu pembohong kecil yang tengil."
Shen Cheng dengan cemas melayangkan sebuah tamparan, "Sialan! Bajingan tidak tahu malu!"
Tangan Shen Cheng baru setengah mengayun, tapi segera ditangkap oleh tangan besar Shi Yu. Shi Yu memiringkan kepalanya ke kanan dengan ringan, melihat Shen Cheng, dan mengingat lelucon yang terjadi di sore hari. Bibirnya yang indah tersenyum dalam. "Apakah hari ini mainnya seru?" tanya Shi Yu sambil memegang erat pergelangan tangan Shen Cheng.
Shen Cheng berbisik, "Main kakaknya bapakmu!"
"Aku tidak punya kakaknya bapak."
"Bibimu—Bibi! Men! Stru! Asi!" Shen Cheng marah sampai matanya merah dan sangat ingin rasanya ia menyapa seluruh keluarga Shi Yu.
Shi Yu mengangkat bibirnya dengan santai. "Pukul itu cium, marah itu cinta. Katakanlah, kamu mencintaiku sampai sejauh mana?" tanyanya. Dalam melakukan sikap bermuka dua, jika Shi Yu adalah yang kedua, takutnya tidak akan ada yang berani untuk menjadi yang pertama. Shi Yu sudah menerapkan sikap bermuka dua sampai ke tingkat tertinggi. Tanpa menunggu Shen Cheng menjawab, ia menatap perut Shen Cheng dengan tatapan yang membawa makna dalam. "Di mana anakku?"
"Ibumu yang masih cucumu!" balas Shen Cheng.
Awalnya Shen Cheng mengira bahwa Shi Yu akan marah karena kata-kata ini. Namun, ternyata wajah Shi Yu justru santai. "Hm? Cucuku itu bukannya anaknya anakmu?" balas Shi Yu ringan. Kata-kata yang keluar di antara bibir dan giginya dengan nakal membawa rasa sembrono.
Shen Cheng menyingkirkan tangan Shi Yu yang menahannya dan kembali ke tempat duduk bar lagi. Shen Cheng hanya mengangkat alis, lalu mengangkat tangannya ke arah bartender. Bartender itu pun maju, namun sebelum ia sempat mengatakan sepatah kata pun, sebuah tatapan pembunuhan tiba-tiba datang memancar. Bartender itu melihat pria di belakang Shen Cheng dengan jelas, lalu tersenyum dengan kesal dan berbalik untuk mengurus pekerjaannya.
Shen Cheng melihat bartender itu dan berkata, "Anggur kalian yang paling mahal, 100 gelas." Ia kemudian turun dari kursi bar, berbalik, dan bersandar pada meja bar sambil menatap Shi Yu dengan provokatif.
Bartender tidak bergerak. Tampaknya ia masih memikirkan kata-kata Shen Cheng tentang 100 gelas anggur paling mahal. Reaksinya membuat Shen Cheng tidak senang sehingga Shen Cheng kembali bertanya, "Kamu merasa Tuan ini tidak bisa membayar anggur, ya?"
Bartender langsung menggelengkan kepalanya, "Tidak, tidak!"
Pangeran keluarga Shi merupakan salah satu orang yang terhebat di Ibukota. Ia merupakan bos besar yang sudah pernah menjalankan semua jalan hitam dan putih. Akankah mereka yang bekerja di bidang seperti ini tidak mempersiapkan diri? Jangankan 100 gelas anggur, Shi Yu bisa mendapatkan semua bar di seluruh penjuru Ibukota hanya dengan satu kata darinya.
Shi Yu menyipitkan mata hitamnya yang menawan dan menghanyutkan. Ia melihat wanita mungil di depannya dengan penuh minat, lalu membungkuk dan menempatkan satu tangan di bahu Shen Cheng. Tangan satunya lagi menyodorkan sebuah kartu bank level emas di antara jari telunjuk dan jari tengahnya ke depan Shen Cheng.
Karena Shi Yu menundukkan kepalanya, Shen Cheng bisa merasakan aura ambigu yang menerpa wajahnya. Aroma itu membawa sedikit rasa mint. Untungnya, Shen Cheng cukup tenang dan tidak teralihkan oleh tindakan Shi Yu yang seksi dan menawan.
Shen Cheng sedikit mengangkat alisnya dan segera mengambil kartu emas yang terjepit di ujung jari Shi Yu. "Terima kasih," ujarnya. Lalu, ia mendorong Shi Yu dan langsung melangkah lebar-lebar untuk pergi. Sementara itu, sikap Shi Yu yang arogan dan santai membuatnya terlihat keren.
Catatan penulis: Kalian suka Chengzi, tidak? Suka, tidak? Suka, tidak? Hal yang penting harus dikatakan tiga kali!