"Lu ngapa dah lemah letih lesu lunglai?" Tanya Patrick pada Sing yang sedang duduk di meja di dapur. Patrick saat itu sedang ingin mengambil softdrink di kulkas dan melihat lelaki itu merebahkan kepalanya di meja dan terlihat kelelahan.
"Hmm" gumamnya sambil menggeleng. Patrick menghela napas, sepertinya lelaki itu sedang bete.
"Ngapa si? Max kenapa?" Tanyanya. Mendengar nama Max disebutkan oleh Patrick, Sing segera menatapnya kesal.
"Nah kan, dah gue tebak. Dia kenapa? Ngacangin lu? Gamungkin, tuh anak bucin bat ama lu, trus apa? Dia bikin lu marah?"
Sing mencebikkan bibirnya kesal, lalu menendang kursi di sebelah Patrick hingga jatuh.
"ANJING!!" Umpatnya kesal.
"Napa si? Gue liat di sekul hepi aja tu anak"
"Ck, siapa lagi kalo bukan Nam, ih apa apaan. Lu kaga tau ae Max pacar gue, segala ngintilin mulu kek apa apaan, lu liat besok gue hantam lu pake bola basket" omelnya sambil merengut tak jelas.
Patrick tertawa mendengarnya, sudah diduga bahwa Sing sedang kesal dengan kekasih jangkungnya itu.
"Ya besok, kalo lu liat si Nam ngintilin Max lagi lu tunjukin aja, siapa yang sebenernya pacar Max, selesai urusan" saran Patrick.
"Hmm, oke. Gue bakal manas manasin dia pake cara terampuh gue" ujar Sing dengan menggebu gebu.
Dan benar saja, esok nya saat di sekolah,
Saat itu Max sedang bermain basket di lapangan outdoor, dan seperti biasa banyak anak perempuan menonton mereka dan beberapa anak laki laki yang menyuport.
Seperti biasa juga, Peak, Ohm, Beam, Boom, Fiat, Jj, Aj, dan yang lainnya ikut bermain disana.
Dan saat itu Max hanya menggunakan celana panjang seragamnya dengan atasan kaus osis, karena ia baru saja selesai mengadakan acara konservasi dengan osis.
Sing tau jika ini jadwal geng mereka bermain basket, kesempatan. Ia segera pergi ke loker Max dan membuka passwordnya, lalu mengambil kaus ganti yang selalu di stock oleh Max.
Dengan cepat ia pergi ke lapangan outdoor(sebenarnya dengan tertatih karena itu nya masih sakit akibat tadi malam) dan memperhatikan sederet anak perempuan disana.
Itu ada Nam dengan teman temannya. Ia pun menyeringai kecil dan melepas tiga kancing atas kemeja seragamnya.
Max terus bermain, hingga ia melihat Sing tengah berdiri di pinggiran lapangan tengah memegang kausnya. Tetapi ia salfok dengan baju Sing yang terbuka dan menampilkan dadanya, apalagi hickey nya yang masih sangat merah dan banyak terlihat.
"Bro bro, bentar" ujarnya pada Jj.
"Lah?" Bingung Jj. Merekapun menghentikan permainannya sebentar untuk istirahat sementara Max yang masih di tengah lapangan memanggil Sing untuk menghampirinya.
"Hmm, nakal banget pacarnya Max hm?" Ucap Max saat Sing mendekatinya.
Baru saja Sing hendak berbicara, Nam menghampiri Max.
"Eee Max, ini minumnya" ujarnya sambil menyodorkan sebotol air mineral. Sing menatapnya sengit, iapun menyeringai kecil.
"Duh gerah banget" ujarnya memulai aksinya. Max menatapnya, lelaki kecil itu membuka buka kemejanya dan memamerkan dadanya membuat Max kesal.
"Ih, apaan. Kenapa dibuka buka?" Nam memerhatikan dada Sing, ia lalu melihat semua hickey dan bitemark yang ada di dada Sing. Ia hanya terdiam biasa saja.
"Kalo gerah ganti pake Tee punya Max yang di loker, yg ini Max pake dulu" ujar Max sambil mengancingi kembali kemeja Sing.
Sebenarnya Nam sudah memerhatikan hickey dan bitemark yang ada di seluruh leher Sing juga, awalnya ia tak peduli.
"Hmm, yaudah Max ganti baju dulu" ujar Sing.
Max kemudian dengan santai mengangkat tangannya, dan membiarkan Sing membukakan bajunya.
Nam dan teman temannya yang masih disamping mereka berdua pun terkejut, tetapi hanya diam melihatnya.
Sing menatap Nam sambil membuka kaus Max perlahan, Nam pun menatapnya heran.
Sengaja Sing mengelus pelan dada, perut sixpack dan bahu Max itu sambil menatapnya penuh kemenangan. Max sendiri hanya menurut, dan saat kausnya terlepas semua, Nam tak tahu harus apa.
Awalnya ia senang dapat melihat Max shirtless, tetapi ketika melihat Sing di sampingnya, ia sangat marah.
Apalagi setelah melihat banyak hickey dan bitemark di dada, bahu, dan leher Max. Itu hasil karya Sing.
Astaga, Nam bingung harus apa.
Orang orang pun pada terkejut melihat nya. Tetapi geng Max justru tertawa menyadari bahwa Max dan Sing pasti habis melakukan ritualnya.
"Nanti Harit bawa kaos Max lagi ya yang lain trus tarok di loker" ujar Max sambil memakai kaos lainnya membuat Sing mengangguk.
"Iya" jawabnya.
"Harit? Max?" Bingung Nam. Max menatapnya, lalu tertawa.
"Lah iya gue lupa ngasi tau" ucapnya santai, ia lalu menatap Sing penuh makna. Sing pun hanya tertawa kecil mengerti apa yang dimaksud Max.
"Oh iya btw, gue gaperlu minum dari lu, gue punya sumber air sendiri" ujar Max yang kali ini membuat Sing ikutan bingung.
"Hah? Kenapa?" Tanya Nam.
Max lalu dengan santai mengangkat Sing dengan satu tangannya, dan menggendong lelaki kecil itu ala koala.
Nam sungguh terkejut, begitu juga yang lainnya.
"Apa apaan?" Bingung nya.
Max menatapnya santai, sementara Sing menyamankan posisinya di gendongan Max.
"Gue lupa ngasi tau, kalo Sing itu calon istri gue" Nam menganga lebar, dan double kill nya lagi, Max mencium bibir Sing di depan umum apalagi di depannya.
Semua orang pun bersorak disana sementara Max masih asik memainkan Sing disana.
Maksud Max dengan 'memiliki sumber air sendiri' itu adalah, bibir sing yang selalu ia hisap itu. Dan benar, ia menghisap bibir Sing di depan umum membuat Nam sangat kesal dan menatap Sing penuh kebencian.
Max menyudahi ciumannya, ia lalu menyeringai pada Nam dan membawa Sing pergi dari sana sementara Sing justru memerah malu karena aksi Max yang tiba tiba.
"Anjrit lu Sing!!" Teriak Nam.
Sementara Max, ia membawa Sing menuju kantin eksekutif di lantai lima, dan masih belum menurunkan nya dari gendongan.
"Ih, pacar orang malu malu" goda Max saat menyadari bahwa Sing menyembunyikan wajahnya di lehernya.
"Ya lagian, bilang dulu kek tadi. Kan biar Harit siap siap"
"Yeu, itumah biar mantep aja. Biar mereka pada tau kalo kita udah official" ujarnya sambil menurunkan Sing di kursi kantin.
"Btw, masih sakit ya?" Tanya Max.
"Ya masih lah, apalagi Max segitu gilanya tadi malem, ih. Nyampe bitemark nya agak perih tadi" eluh nya.
"Serius? Eheheeheh, kan mendalami itu namanya" jawab Max sambil cengengesan.
"Mendalami apanya bambank" ucap Sing lalu menaikkan sebelah kakinya di paha Max, lalu dengan spontan kekasihnya itu memijat pelan kakinya.
"Oh iya, tadi malem ayah nelpon Harit"
"Trus?"
"Kata ayah, dia pengen ketemu sama Max, kata ayah juga dia tau kita pacaran dari Nanon, ehe"
"Astaga?? Kapan? Haduh Max cukur dulu ah, nanti mau ketemu camer gondrong gini apakabar? Gak di kasi restu nanti" heboh nya sambil mengaca di ponsel Sing lalu memerhatikan rambutnya.
Astaga, Sing antara malu dan juga ngakak sekarang.
"Aih, ayah mah kalo ketemu Max mau gondrong gundul juga seneng ae" gerutu Sing. Ia ingat ketika pertama kali ayahnya bertemu dengan Max saat smp dulu.
Betapa senangnya ia, ditambah lagi kini Max adalah pacar dari anaknya.
"Hmm, jangan gituuu. Kan Max mau kelihatan ganteng ketemu camer ih, nanti Harit temenin Max ya ke salon" mohon Max sambil merangkul lengan Sing.
"Iya iyaa, ih. Tapi Harit gamau ya diubah bentuk nya, Harit suka yang kayak gini"
"Iya iyaaa, udah sayangnya Max pesen makan gih" suruh Max yang justru di beri pukulan kecil oleh Sing.
"Hnggh!! Gak mikir apa, pacarnya lagi sakit ih!!" Kesalnya.
"Oiya lupa, ngehehe. Yaudah sayangnya Max tunggu bentar yaaa" ujar Max lalu segera pergi untuk memesan makanan.sing hanya menggeleng heran menghadapi tingkah kekasihnya yang lama lama semakin gila itu.
_________________________________________