Hi selamat membacaa
Power Stone nya mana?
***
"Kenapa kau seperti itu? Grandpy hanya ingin merawatmu" heran orang di seberang.
Misha panik, ia bingung mau menjawab pertanyaan sang kakek. Grandpy, adalah buyut Misha dari pihak ayahnya.
"Va, bantuin gue" bisik Misha pada adiknya. Bukannta membantu, Eva malah tersenyum mencurigakan. "Urus aja sendiri" ujar Eva berbisik pula.
"Kalau gitu, Grandpy berangkat dulu. Pesawatnya akan mengudara"
Setelah berkata seperti itu, orang yang ternyata Grandpy nya memutus telefon yang menghubungkan mereka. Misha menatap keluarga nya untuk meminta bantuan, tapi, entah kapan, mereka semua telah lenyap dari kamar Misha.
"Ck, mereka menyebalkan" ketus Misha memutar bola matanya jengah.
***
Semalaman penuh Misha tidak bisa tidur, ia sangat mengkhawatirkan apa yang akan terjadi dengan dirinya. "Aku tidak mungkin mati kan?" gumam Misha menggigiti kuku nya.
Misha menyentuh keningnya dan berdecak panik, ia masih saja demam, jika ini terus berlangsung sampai Grandpy datang, maka habis lah dia.
Ceklek..
"Kak, Grandpy udah sampai" ujar Eva memberitahu. Tubuh Misha sontak berdiri kaku, "G-grandpy langsung menanyakan kabar ku?" tanya Misha memastikan, ia berdoa semoga kakek buyutnya itu lupa, namun do'anya tidak dikabulkan.
"Iya lah, kan Grandpy ke sini karena elu" jawab Eva ke lebih jujur.
Sepertinya tuhan tidak mengabulkan doa ku, karena jarang beribadah__ gumam Misha di benaknya.
"Cepat lah ke ruang keluarga, sebelum Grandpy yang ke kamar mu" nasehat Eva melenggang pergi.
Helaan napas lelah terdengar dari mulut Misha, ia ke kamar mandi sebelum turun menemui sang Grandpy.
"Selamat datang Grandpy," sapa Misha tersenyum ketika pria yang sudah berusia satu abad itu menoleh kearahnya. "Kemari Misha," suruh pria itu menepuk-nepuk pahanya.
Misha memutar bola matanya malas, apa apaan Grandpy nya itu. Sudah satu abad masih sok kuat' gumam Misha malas.
"Gak ah, nanti Grandpy malah nyusul Grandmy," celetuk Misha membuat semua mata melotot kaget. Grandpy terperangah, "Kamu doain Grandpy supaya cepet mati? Dasar cicit tidak tau di untung!" omel nya.
Pletak..
Misha meringis kesakitan, Grandpy-nya baru menjitak Misha saat sudah duduk disampingnya. "Demam tinggi?" tanya Grandpy setelah puas menjitak cicit-nya.
"Baru sadar? Kirain sudah tau," cetus Misha mengusap keningnya yang panas. "Kamu ini emang replikanya Die dan Leo yah, tapi versi ceweknya. Dulu Grandpa dan Dad kamu itu persis seperti kamu, dia hanya pernah demam pada usia 18 tahun dan selama 18 tahun tidak pernah menangis.." cerita Grandpy terbahak.
Wajahnya yang terlihat masih muda di usia yang tidak lagi muda membuat siapapun iri, umurnya 1 abad, tetapi wajahnya seperti baru berusia 60 tahun.
Cerita Grandpy membuat semuanya tertarik dan mendekat, mereka duduk dikapet berbulu dan memasang raut serius. Seolah tau apa kelanjutan cerita dari sang kakek, Dad menepuk keningnya lelah. "Mulai lagi," gumam Dad pasrah.
"Trus apalagi Grandpy?" tanya Eva penasaran. Grandpy menunjukkan senyum gembiranya, "Dulu Dad kalian kelas XII ada siswi kelas X jahil banget sama Dad kalian, dan yah--"
Belum selesai Grandpy bercerita, Aixa main potong saja. "Siswi itu dan Dad Twins menikah" sambung Aixa asal tebak. Grandpy berdecak, "Mana ada!" ketus Grandpy kesal.
Eva pun terlihat ikutan kesal mendengar perkataan Aixa, "Iya nih Aixa asal nyambung aja, Mom dan Dad gue itu menikah karna perjodohan. Saat Mom kelas XI Sma dan Dad Ceo muda"
Bukannya merasa bersalah, Aixa malah kebingungan sendiri. "Lho? Trus apa kabar dengan siswi kelas X itu?"
Ctekk..
Anes, Lue dan Sera menjitak kening Aixa sangat keras karena Aixa lemot di saat yang tidak tepat. Para orangtua pun hanya bisa mendesah lelah, Aixa memang gadis yang suka menyerobot perkataan orang.
"Haah, sudah lah. Grandpy males cerita, Misha. Bangun dan lari keliling Mansion 25 kali!" titah Grandpy, Misha yang sedang meneguk habis air putih sontak tersedak.
"Apa?!" tanya Misha terpekik kaget. Grandpy tampak kesal mendengar Misha berteriak, "Cepat, Die dan Leo juga Grandpy suruh gini pas sakit. Kalian itu sama-sama aneh, saat luka separah apapun tidak kesakitan tapi saat demam seperti ini sangat mendramatis"
Die, atau lebih tepatnya Diego Mandres, adalah Grandpa Misha. Diego tinggal di Korea, di sana lah Misha tinggal selama 7 tahun belakangan.
"Tapi--" protesan Misha terhenti mendengar ucapan Grandpy. "Lakuin atau kamu Grandpy bawa ke Jerman" ancam Grandpy membuat Misha kincep, dia bangkit dan mencepol asal rambut sepunggungnya, setelah siap ia langsung berlari keluar.
"Grandpy, apakah kak Misha baik-baik saja di suruh seperti itu?" tanya Eva khawatir, masalahnya Mansion mereka tidak lah kecil, melainkan sangat besar.
"Misha sama seperti Die dan Leo Dad kalian, mereka mempunyai Mental baja. Tapi jika masalah sepele mereka akan merana sendiri, atau bahkan seperti yang Misha lakuin tadi, mendramatis" jelas Grandpy berjalan ke balkon kamar Misha dan menonton Misha yang berlari agak sempoyongan karena pusing.
Dad yang mendengar perkataan kakeknya meringis, menyandarkan kepala di bahu sang istri dan menikmati penderitaan anaknya.
Gaada akhlak emang_-
Setengah jam kemudian..
"Grandpy!! Udah yah, capek" pekik Misha dari bawah dan tersungkur di bawah pohon Apel, yang ada di halaman belakang Mansion Mandres. "Gak ada! Lanjutin, masih ada 69 putaran lagi" seru Grandpy tegas, beliau tengah di halaman samping ditemani sahabat Misha.
"Grandpy! Ihhh, dari tadi lanjutin mulu! Aku udah lari 51 kali putaran loh" pekik Misha tak setuju. "Yaudah ke sini."
Grandpy akhirnya pasrah, sudah lebih dari lima kali ia mendengar pekikan Misha. Dia memang terus menambah jumlah lari Misha, sebelumnya 25 Misha di suruh lari 100 putaran.
25 aja Misha sudah ngos-ngosan karena sakit. Apalagi di suruh 100 kali putaran, dia mungkin akan pingsan. Dan hampir benar, Misha tepar di bawah pohon apel yang rindang ketika menyelesaikan putaran ke 51.
Mendengar ucapan Grandpy nya dengan segera Misha bangkit dan berlari mendekati Grandpy-nya, setelah sampai dia langsung menegak kasar air mineral dingin sampai habis.
"Ck, Ck, Ck.. Siapa yang menyuruhmu minum?" tanya Grandpy kesal. Kening Misha berkerut heran, "Ini untukku kan?"
"Gak, itu milik Grandpy. Karena kamu meminum minuman Grandpy, kamu dapet hukuman yaitu angkat semua paket di depan pagar ke kamar Grandpy" titah Grandpy tak terbantahkan.
Tunggu, sejak kapan Grandpy memesan paket?! Bukan nya beliau baru tiba?! Oh god, tolong kuat kan lah kesabaran Misha.
"Iya Grandpy" pasrah Misha dan berjalan menuju gerbang, sedangkan Eva dkk hanya menatap iba Misha.
Setelah berjalan cukup lama, akhirnya Misha sampai di pos satpam Mansion nya. "Mang Udin, mana paket milik Grandpy?"
"Ini, Non" tunjuk Mang Udin pada tumpukan kardus disampingnya. Mata Misha membola tidak percaya, "What!! Sebanyak ini?!" pekik Misha, di samping Mang Udin ada banyak paket sampai 4 tumpukan, dan satu tumpuknya itu lebih tinggi dari Mang Udin sendiri.
Saat Mengangkat satu paket mata Misha melotot "BERAT BANGET NJIIIRRR!!!" pekik Misha.
***
Ayo kasih Limpahkan Power stone kalian di sini, jangan cuma ngumpet dibalik hp.. Fifi bisa lihat lho~