Suasana malam di pusat kota semakin mencekam. Manusia dikagetkan dengan kemunculan monster buas yang memporak porandakan area depan sebuah pusat perbelanjaan. Semuanya berlari tunggang langgang. Menghambur kesegala arah tak beraturan.
Aparat kepolisian mulai menuju ke tempat kejadian. Wartawan tak kalah, mereka berangkat untuk meliput. Melalui media sosial video monster itu langsung tersebar dalam dunia maya hanya dengan hitungan detik.
"Tuan Sadewa!!" Emily bergegas menemui Sadewa, menunjukkan kondisi persimpangan besar yang kacau itu pada layar tablet pintarnya.
"Naku?!" Mata Sadewa membulat, ia langsung beranjak dari kursinya dan meninggalkan ruang kerja.
"Tutupi beritanya, Emily!!" Sadewa bergegas keluar dari gedung perkantoran miliknya. Menuju ke arah jalan raya.
"Baik, Tuan." Emily terus mengekor.
Sadewa melepaskan dasi dan juga melemparkan jasnya. Ia mencegat pengendara motor yang kebetulan melintas di depan kantornya dengan tiba-tiba.
"Berikan motormu!!" Sadewa menurunkan paksa pengendaranya hanya dengan sebelah tangan. Pria itu kebingungan dan juga takut karena ada manusia dengan tenaga sebesar itu.
"Hei!! Itu motorku." Protesnya.
"Laporkan statusnya padaku, dan urus dia juga, Emily," kata Sadewa, Emily mengangguk. Tanpa menunggu lagi Sadewa bergegas menaiki motor pria itu dan melesat pergi ke tempat kejadian.
Sadewa melihat kembarannya bertarung dengan dua orang, yang satu werewolf, yang satu manusia dengan helm racing. Manusia itu sangat lincah. Ia terus menyudutkan Nakula yang tak bisa berubah ke wujud serigalanya. Sedangkan sang monster hanya membabi buta tanpa arah.
Nakula frustasi, ia mulai marah dan hampir merubah dirinya menjadi manusia serigala. Terpaksa Sadewa menahan tangan Nakula agar tidak bertindak gegabah. Nakula bisa membuat takut seluruh manusia yang berada di sekitar mereka bila berubah saat ini.
"Tunggu, Naku! Sampai aku membersihkan area ini," ujar Sadewa.
"Sadewa?"
Nakula merasakan aura Sadewa yang begitu kuat, belum pernah Nakula merasa Sadewa jauh lebih kuat darinya. Nakula belum tahu kalau Sadewa sudah menemukan wujud sejatinya.
Ponsel Sadewa berbunyi, ia menjawabnya melalui air pod. Emily berbicara di ujung panggilan. Ia telah membatalkan semua laporan pada pihak berwajib. Mengatakan bahwa itu hanyalah syuting film yang diproduksi oleh WIN Corp karena pemainnya adalah Black, anak ke dua dari sang CEO. Mereka sedang membuat film box office dengan sekala besar.
Beberapa warrior beta dari pack West langsung menberikan brikade pada pertaruangan yang tengah terjadi. Mereka menghalangi wartawan meliput, menutup paksa kamera-kamera bahkan menghancurkannya.
"Gilang, kembalilah!! Kau belum bisa menghadapi keduanya sendirian." Tak hanya ponsel Sadewa, ponsel Gilang yang tersambung pada helm racingnya juga berbunyi. Yoris menyuruh Gilang kembali.
"Tapi aku bahkan belum puas menyerang!" Gilang protes.
"Kembalilah, Gilang!! Kau hanya akan bunuh diri bila melawan keduanya!! Ingat tujuanmu!! Kalau kau mati hari ini tak akan ada yang melepaskan Liffi dari tangan mereka." Yoris berteriak dibalik panggilannya.
"Shit!!" Gilang mengumpat, lalu berlari pergi dari sana. Baginya Liffi jauh lebih penting dari pada egonya.
"Hei mau ke mana kau?!!" Nakula berusaha mengejar Gilang, tapi Sadewa menghalanginya.
"Naku!! Jangan menambah masalah!! Kita selesaikan serigala ini terlebih dahulu!" Sadewa mencegah Nakula bertindak gegabah dengan mengejar Gilang.
"Cih, aku benci sikap sok bijaksanmu, Dewa." Nakula berdesis.
"Jangan protes, Naku. Lawan kita kuat sekali," bisik Sadewa.
"Dia hanya serigala jadi-jadian, Dewa. Apanya yang kuat?" Nakula berkacak pinggang.
"Maksudku adalah dua wanita di atas sana!" Sadewa menunjuk keberadaan Zennith dan Addair.
"Ah, kau benar. Aku hampir saja melupakan keberadaan mereka berdua karena emosi." Nakula menggaruk kepala belakangnya.
Addair menyangga kepala, ia tersenyum saat si kembar menoleh ke arah mereka.
"Mereka melihat kita Zennith, lambaikan tanganmu." Addair melambai, Zennith ragu-ragu melambai.
"Salah arah!! Lebih ke kiri." Addair membetulkan arah lambaian Zennith.
"Buta dipelihara," ledek Addair.
"Rambut jelek dipelihara." Balas Zennith.
"Cih, belum tahu rasanya jatuh dari lantai lima? Mau aku dorong?" Addair gemas dengan ucapan Zennith. Keduanya malah beradu cercaan.
Kembali ke si kembar yang sedang menunggu para beta membereskan kerumunan wartawan. Elroy mendenguskan napasnya yang mengembun karena udara dingin. Sadewa mulai melepaskan pakaiannya, begitu pula Nakula. Para gadis berteriak histeris melihat pemandangan menggairahkan dari kedua tubuh sempurna milik si kembar. Kini mereka tak lagi takut lagi karena mengira sedang membuat film.
Benda mirip kamera terbang ke seluruh penjuru, dron-dron kecil itu memancarkan proyeksi cahaya terang. Dikendalilan dengan remote jarak jauh, membuat para penonton menjadi silau.
"Apa-apan ini?!" Protes mereka. Pandangan mereka menjadi buta sementara karena cahaya terang itu terus menyorot berkilauan. Yang tidak tahan memilih untuk membubarkan diri. Penonton mulai kecewa, mereka kira bisa melihat lebih lama proses pembuatan Film milik Black.
Sadewa dan Nakula langsung berubah menjadi wujud manusia serigala. Hitam dan putih, keduanya begitu kontras. Nakula hitam legam, sedangkan Sadewa putih bersih.
Nakula meloncat terlebih dahulu dan menarik perhatian Elroy. Elroy ikut melompat, hendak menyambar Nakula dengan kukunya yang tajam. Tangan kanannya padahal terluka karena panah beracun milik Gilang. Tapi keinginannya untuk tetap hidup membuat Elroy tetap kuat dan mampu bertahan pada rasa sakit itu.
Sadewa melompat di belakang Elroy, ia mengayunkan lengannya, memukul telak pada tengkuk serigala abu-abu itu. Badan besar itu ambruk membentur terotoar jalan. Elroy berusaha bangkit, ia menggelengkan kepalanya yang pusing.
"Cih, dia masih belum tumbang." Sadewa berdecih, ia lebih kuat dibanding yang lama.
BRUK!!
Nakula menghantamkan satu buah pukulannya pada Elroy dan membuat serigala abu-abu itu terseret beberapa meter. Luka-lukanya tidak cepat menutup karena racun yang diberikan Gilang.
"Kalau kau tak bergegas mengobatinya dia akan mati keracunan, Dewa." Nakula berteriak, ia sudah kembali menjadi manusia.
"Kau benar, Naku." Sadewa turun, berubah kembali menjadi manusia.
Sadewa memberi intruksi pada Emily untuk menangkap serigala yang sudah melemah itu. Beberapa beta warrior langsung bergegas mengamankan Elroy. Mengurungnya masuk ke dalam sebuah mobil kontainer besar dengan aliran listrik untuk mencegah makhluk itu kabur.
"Hei, mau di bawa ke mana anakku?" gumam Addair. Zennith ikut mengerutkan alisnya.
"Ayo kita bertarung, Zennith." Addair meloncat dari lantai lima, disusul oleh Zennith.
Nakula dan Sadewa kembali memasang pose siaga. Wanita-wanita kuat yang dari tadi hanya menonton mereka itu kini memutuskan untuk bergerak.
"Kau siap, Naku?" tanya Sadewa.
"Tentu saja." Nakula merubah dirinya menjadi manusia serigala berwarna hitam.
"Ayo kita bertarung!" Sadewa merubah dirinya menjadi manusia serigala putih.
"Zennith, kau salah arah!!" teriak Addair, ia mengeplak dahinya. Dasar wanita buta.
"Aku hanya bercanda." Wajah Zennith memerah.
Addair kembali pada si kembar setelah Zennith berada di sampingnya.
"Kau tahu aku tak bisa bertarungkan, Zen." Addair berbisik.
"Lalu kenapa kau mengajak mereka bertarung? Dasar Bodoh!" umpat Zennith.
"Hei Para Nenek!! Sudahi kasak kusuknya, kalian mau bertarung atau tidak?" Nakula berteriak.
Zennith menghela napas panjang, lalu melepaskan pakaiannya dan berubah menjadi seekor serigala buta berwarna coklat muda. Addair ikut merubah dirinya menjadi seekor serigala berwana silver, karena bulunya berkilauan.
"Jangan tertipu dengan penampilannya, Dewa. Yang buta kuat sekali." Nakula merasa ketakutan dengan aura Zennith yang muncul saat berubah menjadi wujud serigala.
"Aku tahu, Naku," jawab Sadewa.
Nakula meloncat hendak memberikan serangan pertama pada Zennith. Tiba-tiba saja ada manusia serigala lain yang masuk di tengah-tengah pertarungan mereka. Menangkis serangan Nakula dan langsung memukul wajah Nakula sampai terlempar beberapa meter.
Dengan cepat ia kembali meloncat hendak menerkam Nakula yang tak berdaya. Dirinyai berubah menjadi serigala besar berwarna merah —saat melompat— yang siap mencabik Nakula begitu mendarat nanti.
"Naku!!!" Sadewa berubah, menjadi serigala putih dan meloncat untuk menggigit leher serigala merah itu.
"Grrr!!!" Sadewa menggeram dalam wujud serigalanya.
"Grrr!!!" Begitu pula dengan si serigala merah.
Sadewa memasang badannya di depan Nakula yang sedang terluka.
Mata Nakula membelalak tak percaya. Sadewa sudah berhasil mencapai wujud sejatinya, seekor serigala putih bak salju pertama di musim dingin. Nakula terperangah, Sadewa sudah bertemu dengan matenya? Siapa?
ooooOoooo
Hallo, Bellecious
Jangan lupa vote ya 💋💋
Tinggalkan jejak kalian dan beri semangat untuk Belle ♥️
Follow IG untuk keep in touch @dee.meliana