webnovel

TOGETHERNESS

Ini kisah tentang ke enam sahabat yang tidak sengaja di pertemukan oleh takdir. Persahabatan yang tidak ada kata 'MEMULAI' membuat mereka tanpa sadar sudah terikat akan kata persahabatan. Sama halnya dengan air yang mengalir begitu saja. Mungkin, Setiap persahabatan memang tidak memiliki kesamaan dalam setiap halnya, baik itu sikap, perilaku, dan perasaan. Tetapi, dari perbedaan itulah yang membuat mereka saling melengkapi akan kebersamaan yang tercipta. Karena itu, Hidup adalah pilihan. Maka, pilihlah teman yang bisa membawamu pada kebaikan. Copyright © 2019, Sriwulandari

Sriwulandarii8 · 青春言情
分數不夠
26 Chs

THE MOST BEAUTIFUL GIFT

"Kak.." panggil Freya pada laki-laki yang berjalan di sampingnya dengan pandangan lurus ke depan dan di jawab gumaman saja.

"Boleh nggak sih Freya main ke rumah Kakak?"

Mendengar ucapan Freya Bara menghentikan langkahnya dan menghadap Freya dengan satu alis yang terangkat. "Kenapa tiba-tiba pengen ke rumah gue?"

"Freya tuh nanya? Kenapa di jawab pertanyaan lagi sih!"

Bara tersenyum tipis melihat Freya bertingkah seperti itu. "Kamu aneh."

"Aneh apanya?!" tak terima Freya kembali berjalan.

"Kenapa tiba-tiba pengen ke rumah gue?"

"Ya Frey kan juga pengen main kesana. Pengen ketemu mamah Kak Bara. Masa Kak Bara terus yang main ke rumah Freya."

Melihat Bara terdiam membuat Freya mendecak sebal dan menghentikan langkahnya. "Boleh nggak?!" tatapannya menusuk.

"Kalau nggak boleh?"

Freya mendelik kemudian mendengus pelan. "Apasih Frey mah! Cuman sisaan gorengan."

****

"Mel,"

"Ck, gue panggil juga. Nyaut kek!"

"Apa?!"

Aksa tesentak kecil saat gadis yang duduk di sampingnya sewot. "Selow elah neng. Garang amat!" kekehnya.

"Apasih kak? Nggak jelas banget."

"Masih marah?"

"Apa perduli kakak?"

"Sedalem itu ya gue nyakitin hati lo?"

Amel memberenggut kesal pada laki-laki satu ini. Rasanya ingin menimpuk kepala Aksa menggunakan buku tebal yang di pegangnya. Aksa itu bener-bener yah spesies cowok yang tidak PEKA dan TIDAK TAHU MALU.

"Lebih DALEM lagi kak Tasya."

Aksa memutar tubuhnya menghadap Amel. "Yang di depan gue itu elo! Bukan Tasya."

"Tapi pacar kak Aksa itu kak Tasya!" ucapnya membuat Aksa tersentak kecil. Kenapa Aksa baru sadar?.

"Ck, Udahlah aku pulang dulu."

"Gue anterin."

"Nggak usah! Aku udah sama Revo."

"Ha? Motor?" bingungnya.

Seolah tak perduli, Amel terus berjalan menghampiri Revo yang baru saja keluar dari ruang guru.

Aksa mengangguk-angguk kecil saat melihat siapa Revo dan tak sadar bibirnya tersenyum sinis. "Dasar motor!" cibirnya.

****

"Assalamu'alaikum.."

"Wa'alikumsalam, Ehh!" kagetnya melihat anaknya bersama perempuan yang tak di kenalnya.

"Halo, tante." sapa Freya menyalami tangan Vera.

"Cantik." pujinya.

Freya tersenyum. "Terimakasih tante."

Vera menoleh ke arah Bara. "Siapa kamu?"

"Temen."

Ucapan Bara seketika membuat senyuman Freya memudar. Seperti ada ribuan jarum yang menusuk, hatinya mencelos tak percaya. Seperti tak merasa bersalah Bara berlalu menaiki tangga.

"Ayo sayang duduk," Ajak Vera menyadarkan Freya yang mematung. "Nama tante Vera, nama kamu siapa?"

"Freya tante."

Vera mengangguk, "Kamu mau minum apa?"

"Apa aja tante."

Setelah itu Vera berlalu. Sambil menunggu Vera pandangan Freya mengedar ke seluruh ruangan. Hingga satu objek mencuri pandangannya untuk lebih dalam lagi di tatap.

Sebuah foto besar Bara dan Tasya. Jika di lihat mereka seperti pasangan yang tengah menghadiri suatu acara dimana Bara menggunakan pakaian Formal dan Tasya menggunakan dress dengan warna yang senada. Di sana Tasya tersenyum manis dengan tangan yang menggandeng Bara. Sedangkan Bara seperti senyum terpaksa.

Mungkin Bara lagi nggak mood. Pikir Freya.

Tak lama Vera kembali membawa minuman berwarna orange. Kemuduam menyuruh Freya meminum, "Kamu satu kelas sama Bara?"

Freya meletakan minumannya kembali, "Enggak tante. Freya masih kelas sebelas. Cuman kita satu organisasi"

"Satu angkatan sama Tasya dong yah."

Freya mengangguk.

"Kamu kenal Tasya?"

"Kenal tante. Kan sepupunya Bara."

Vera mengkerutkan dahi, "Sepupu?" gumamnya. "Bara sama Tasya itu—"

"Assalamu'alikum mah."

Vera dan Freya menoleh saat seseorang muncul dari pintu. Mata Freya dan Tasya bertubrukan.

Seperti ada yang menjanggal di hati Freya. Kenapa Tasya manggil Tante Vera mamah?

****

"Jangan di tembak goblo, gue tim lo!"

"Ah anjing, Ezra!"

"Ke kiri bego."

"Tembak Ezra, Tembak!"

"AH, EZRA, GOB—"

"BERISIK, ANJIR! LO NGGAK LIAT GUE LAGI BELAJAR."

Aksa hanya meringis seraya mengusap kepalanya yang terkena buku. "Selow elah bang, gue juga liat keles." ucap Aksa mencebikan bibirnya.

"Lo maen, maen aja. Nggak usah banyak bacot tuh mulut." timpalnya.

"Gue udah bilang belajar di kamar lo." sahut Ezra.

Fazri mendengus sebal. "Ck, sepi belajar dikamar gue." katanya.

"Namanya juga belajar, ya pasti sepilah! Mau rame ya sono ke pasar malem, bang." gerutu Aksa.

"Bang, sono ke kamar elah. Lo kalo belajar di sini yang ada lo nggak bakalan selesai, malah ribut mulu nanti." geram Ezra saat melihat Fazri hendak melempar tempat pensil kepada Aksa.

"Daripada lo belajar nggak fokus mending tanding sama gue bang."

"Ayo!"

"Bang!"

"Apa sih, Za? Dah diem aja."

Ezra yang sudah kesal tak perduli lagi dengan tingkah dua anak itu dan lebih memilih beranjak menuju kamarnya.

****

"Burung kutilang berbunyi bersiul-siul sepanjang hari dengan tak—Ehh." Baru saja Aksa memasuki kamar Ezra dan berniat berbaring di kasur matanya langsung tertuju ke sebuah bingkai foto yang di letakan di kasur.

Dengan rasa penasaran yang tinggi Aksa mengambil foto yang terbalik itu. Sebelum melihat Aksa menatap pintu kamar mandi. Mungkin Ezra disana.

Anjir! Kaget gue setan!

Mata Aksa membulat begitu melihat siapa yang berada di foto dengan tulisan yang terukir cantik di foto tersebut, 'The most beautiful gift'.

"Apa-apaan nih?" bingungnya yang kemudian langsung tersentak saat sebuah tangan mengambil foto tersebut.

"Ngapain lo?" tanya Ezra datar.

Aksa tak menjawab ia malah menatap Ezra dengan penuh selidik.

"Kalo gue lihat-lihat, semua foto kita ada disini." kata Aksa mengedarkan pandangannya menatap setiap sudut kamar Ezra. "Oci, Ara, Meera, Freya, bahkan Gue ada tuh." tunjuk Aksa ke foto mereka satu-satu. "Terus kenapa yang di kasih tulisan begitu cuma itu doang." dengan refleks Aksa menodong Ezra yang duduk di meja belajarnya.

"Jangan bilang lo suka sama—" Ezra menatap Aksa dengan tajam. "Ck, gue kira lo nggak suka cewek, Za." Celetuk Aksa kini sudah kembali berbaring di kasur.

Ezra yang ingin memakai headphone harus terhenti saat ucapan Aksa membuatnya mematung.

"Lo rela kalo Freya di sakitin Bara?" Aksa menoleh menatap Ezra yang hanya diam. "Za, gue aja yang cowok bisa sakit hati, gimana Freya? Cewek maupun cowok kalo udah pake hati itu susah Za. Mungkin kalo bisa gue udah nangis sekarang. Karena gue cowok aja, jadi harus terlihat gantle!"

"Saran gue! Kalo emang lo bener-bener sayang sama Freya. Lo harus bisa rebut Freya dari Bara sebelum semuanya terlambat."

"Gue nggak bisa!"

"Terserah kalo itu kemauan lo." Aksa bangkit memakai jaketnya. "Cepat atau lambat Freya pasti tau dan lo harus siap lihat Freya serapuh apa nanti." kemudian Aksa berjalan menghampiri Ezra. "Gue nggak maksa lo buat jadi perebut milik orang. Tapi lo harus inget, gue sahabat lo di kecewain sama Tasya tunangannya Bara yang pacarnya Freya sahabat lo sekaligus orang yang lo sayangi."

Aksa menepuk bahu Ezra. "Gue balik dulu."

•••••

A/N : Terimakasih banyak yang sudah mau baca cerita ini dari awal, walaupun ceritanya nggak jelas tapi kalian tetep Vote ataupun comment di cerita ini. Sekali lagi terimakasih, tetep dukung ceritaku yah:')

Salam,

Sriwulandarii8