webnovel

TOGETHERNESS

Ini kisah tentang ke enam sahabat yang tidak sengaja di pertemukan oleh takdir. Persahabatan yang tidak ada kata 'MEMULAI' membuat mereka tanpa sadar sudah terikat akan kata persahabatan. Sama halnya dengan air yang mengalir begitu saja. Mungkin, Setiap persahabatan memang tidak memiliki kesamaan dalam setiap halnya, baik itu sikap, perilaku, dan perasaan. Tetapi, dari perbedaan itulah yang membuat mereka saling melengkapi akan kebersamaan yang tercipta. Karena itu, Hidup adalah pilihan. Maka, pilihlah teman yang bisa membawamu pada kebaikan. Copyright © 2019, Sriwulandari

Sriwulandarii8 · Teen
Not enough ratings
26 Chs

NASEHAT

"Ra,"

Tok tok tok

"Sebentar yah.."

"Ayah tunggu di meja makan ya."

"IYA,"

Setelah beberapa menit Dara datang dengan wajah yang cerah dan segar setelah selesai mandi. "Kenapa...yah." sontak Dara mematung saat pandangannya tertuju pada wanita sekitar 40 tahunan yang duduk di samping Felly.

"Duduk sayang."

Dara hanya mengangguk dan langsung mendudukan dirinya namun pandangannya tetap terpaku pada wanita yang sedang tersenyum. Dara menoleh menatap Farhan yang sedang menatapnya juga.

Farhan tersenyum dan mengulurkan tangannya mengusap rambut dara dengan lembut. "Makan dulu." Dara mengangguk saja.

Dara tersentak saat melihat wanita itu menyendokan nasi untuk Farhan. Dara berdehem pelan ntah kenapa perasaannya menjadi tak enak.

****

Ezra : Dimana?

Di rumah

Ezra : Mau keluar?

Ha? Enggak Frey dirumah kok.

Ezra : Sama gue.

Oh.

Mau kemana emangnya

Ezra : Gue jemput

"Kenapa sayang?"

Freya menoleh menatap Emis yang baru saja keluar dari kamarnya. "Eza ngajak keluar." yang selang beberapa detik dia melompat mendekati Emis yang sudah duduk di sofa sebrangnya.

Freya menatap jilbab bundanya. "Ini jilbab yang di kasih kak Seno masih ada bun?"

Emis mengangguk dan tersenyum, "Iya mantan—"

"Ishh nggak jadi bundaa." elaknya merengek.

Emis terkekeh kemudian memeluk anaknya. "Iya mantan gebetan." godanya.

"Bundaaa.."

"Assalamu'alaikum."

Emis menatap Freya, "Bukain sana."

Freya menggeleng. Emis beranjak langsung menuju pintu utama. Freya sendiri masih melamunkan tentang Seno. Iya seno kakak kelasnya dulu saat SMP yang sempat dekat dengannya namun tak lama ia mendengar seno pindah sekolah ke luar kota.

"Belom ganti baju?" Freya tersentak saat mendengar suara berat mengintrupsinya.

Freya Langsung merebahkan diri di sofa, "Malessss." lirihnya.

"Kalo gitu gue pulang."

"Eits!" Freya kembali duduk. "Oke kita berangkat."

Ezra mengangkat alisnya sebelah. "Nggak ganti baju?"

Freya mendengus. "Ganti bajulah Ezaaa!"

****

"Kenapa?"

"Lo dimana? gue depan rumah lo nih."

"Gue di warteg."

"Jemputtt."

"Apasih Ra. Orang tinggal jalan ke depan juga."

Tut.

Nosi mendengus sebal akibat sambungan yang terputus secara sepihak oleh Dara.

Tak lama Nosi melihat Dara berjalan dengan wajah kusut dan mulut yang terus bergerak. Kemudian mendudukan dirinya di pos ronda.

"Bu, Oci ke pos ronda yah." pamit Nosi yang di angguki ibunya.

"Lecek amat tuh muka. Udah jelek tambah jelek ntar."

Dara memdengus. "Keseringan bergaul sama Aksa sih lo. Jadi gampang banget hina orang." cibirnya.

Nosi tertawa, "Tumben kesini?"

"Freya nggak di rumah. Meera sama Rizal. Yaudah ke lo deh."

"Ternyata gue cuma pelarian." kekehnya.

Dara langsung merebahkan dirinya. "Ayah gue mau nikah lagi." Nosi tersentak dengan mata melebar. "Jujur aja gue nggak suka. Gue belum siap punya ibu tiri. Gue masih nggak rela ada yang gantiin posisi bunda." Dengan mata berkaca-kaca Dara memandang Nosi. "Tapi gue nggak bisa apa-apa? Gue tau, Selama ini Ayah gue selalu kasih apa yang gue mau. Tapi gue terlalu takut buat bilang nggak setuju, apalagi pas gue lihat dari tatapan mereka itu menujukan perasaan mereka satu sama lain saat minta izin sama gue. Gue nggak tega hancurin kebahagiaan ayah, Ci. Tapi gue belum siap."

Nosi mendekat langsung merangkul Dara yang sudah menangis. "Sampai kapan pun nggak ada yang bisa gantiin posisi bunda lo, Ra. Gue ngerti perasaan lo. Tapi lo juga harus ngerti gimana perasaan Ayah lo kalau tau lo nggak setuju. Mungkin Ayah lo bisa aja ngelakuin apa yang lo katakan dan bilang dia nggak papa, tapi bisa aja dalam hati ayah lo beda."

"Gue nggak maksa buat lo ngerestuin atau nggak karena itu hak lo. Tapi coba lo pikir, kenapa Ayah lo mau nikah lagi?" Dara menggeleng. "Karena selama ini Ayah lo kesepian—"

"Ada gue sama Felly, Ci."

Nosi menggeleng. "Itu beda sayang. Adanya seorang anak dan seorang istri itu beda. Anak itu menyenangkan istri itu menenangkan. Coba lo bayangin di saat Ayah lo sakit atau tertimpa musibah. Lo nggak mungkin selalu ada karena lo harus sekolah. Dan, Felly? Dia masih kecil dan dia juga butuh sosok seorang ibu. Apalagi selama ini dia selalu di titipin di tante lo kan?" Dara mengangguk. "Menurut lo sosok calon istri Ayah lo itu gimana?"

Dara termenung. "Cantik, Baik, Perhatian. Apalagi saat Felly jatuh tadi dan dia yang paling khawatir." ucapnya memberi jeda. "Gue takut kalo itu cuma bohongan."

Nosi terkekeh. "Apa karena ini lo masih ragu?" Dara mengangguk dan Nosi kembali tertawa. "Ya ampun, Ra. Nggak semua ibu tiri itu jahat kali. Kebanyakam nonton sinetron sih lo."

"Tapi Ci—"

"Gini deh, gini." potongnya. "Kalo lo emang masih ragu ya lo yakinin calon mama baru lo itu. lo udah dewasa Ra, lo seharusnya udah bisa bedain mana yang sungguhan dan mana yang enggak." kemudian tersenyum miring menatap Dara. "Lo aja bisa bedain Aldo kan?"

"Ishh apan sih, gue lagi galau ini ya!" kemudian dia tertawa sendiri. "Makasih ya, Ci. Kita emang nggak salah pilih jadiin lo emak kita di banana squad." ucapnya memeluk Nosi dan mencium pipinya.

"Nggak usah cium-cium! Geli gue." ucapnya mengerucutkan bibir.

Dan dengan jahilnya Dara langsung menyerbu Nosi hingga Nosi berteriak minta tolong.

****

Setelah puas berkeliling mall dan nonton Freya dan Ezra memutuskan untuk pulang. Saat sudah di jalan Ezra memberhentikan motornya ke pinggir karena menadapatkan Freya yang tertidur di belakang seraya memeluknya erat.

"Frey,"

Ezra tersenyum tipis. "Frey, bangun." panggil Ezra kembali sambil menepuk tangan Freya yang melingkar di pingganya.

"Ishh! Freya ngantuk tau."

Ezra terkekeh pelan. "Bangun, gue susah bawa motornya nih."

"Lagian siapa suruh pake motor!" kata Freya yang tidak menggerakan tubuhnya sama sekali.

Ezra mendecak sebal kemudian mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Ya, dengan justin bieber di sini."

"Ke jalan ardipura cepet."

"Eits! ada apa gerangan memanggil hamba?"

"Bawa mobil jangan bawa motor!"

"Iye anak sultan segera meluncur."

Setelah menunggu akhirnya terlihat mobil Aksa yang mendekat dengan kecepatan yang seperti siput.

"Kenapa nggak mati aja sekalian lo!" sarkasnya yang sudah geram dengan Aksa.

Yang di umpat hanya tertawa. "Sabar orang sabar dapatnya Freya." ledeknya.

"Heh! anak orok. Nggak di kasih Asi ya lo? Loyo amat." ucap Aksa yang langsung mendapat tendangan dari Freya yang baru saja turun dari motor Ezra.

"ASI. Aksa, Sinting, Idiot!" sarkasnya.

Sumpah serapah keluar begitu saja dari mulut Aksa di persembahkan untuk Freya dan di saksikan oleh Ezra.

TBC

Tetap dukung karya aku yang ini maupum yang lain yah:)

Terimakasih yang masih setia baca ceritaku ini:')

Seeyou next part.

Salam,

Sriwulandarii8