Tak ada jawaban, jadi Jasmine membuka matanya pelan-pelan dan mendongak. Hanya untuk menemukan lelaki itu masih diam di sana. Menatapnya dengan sorot elang yang mematikan. Aish, kakinya lemas.
Tapi kemudian, secarik senyuman yang lelaki itu suguhkan, justru membuatnya hampir mimisan. Manis sekali, Jasmine yakin ia akan divonis diabetes dalam waktu dekat. Tolong, jauhkan lelaki asing ini darinya.
"Baiklah kalau begitu, kita bisa berpacaran sambil berusaha saling mengenal." Ia mengusak rambut Jasmine dengan sayang. Dan memandangnya tepat di mata, mereka bertatapan selama beberapa saat. Dan jantung Jasmine hampir melompat dari tempatnya.
Belum Jasmine menolak, lelaki itu sudah menyentuh bibirnya dengan telunjuk. Isyarat jika ia tak menerima penolakan jenis apa pun.
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者