"Ah tidak apa-apa. Hmm Xavier, sebaiknya kau tidak usah sekolah saja hari ini daripada kau sakit," ucap Floryn yang membuat Julian keheranan pada nya.
"Enggak ah! orang aku baik-baik saja kok. Aku tetap mau sekolah!" tegas Julian yang membuat Floryn menjewer nya.
"Bolos aja sana," singkat Floryn. Julian masih tak habis pikiran dengan sikap nya Floryn yang tiba-tiba saja berubah menjadi aneh.
"Kau kenapa sih sebenarnya? tiba-tiba saja menyuruhku untuk tidak bersekolah. Menyebalkan sekali!" ucap Julian namun Floryn tidak memperdulikan nya. Hingga akhirnya seorang pria berkacamata datang dan berdiri di depan meja kalian.
"Tidak bisakah kalian tenang?" tanya pria tersebut yang merupakan wakil ketua kelas, Arziki.
"Tidak, aku memang orang nya rusuh. Apa? gak suka?" jawab Julian dengan tengil yang membuat Arziki sedikit kesal sekaligus heran. Karena tak biasanya Xavier seperti ini.
"Floryn, sebenarnya apa yang terjadi dengan Xavier? kenapa tiba-tiba saja sikap nya jadi kesetanan begini? dulu dia seperti malaikat lho," ucap Arziki sembari menatap kearah Floryn.
"Entahlah, sikapnya dia berubah semenjak kecelakaan yang menimpa nya. Aku ingin sekali membenturkan kepala nya supaya ingatan nya pulih dan tingkah laku nya kembali normal," ujar Floryn yang membuat Julian menatap nya.
"Ingatan ku takkan pernah kembali. Sikapku juga takkan bisa diubah seperti dulu," singkat Julian yang membuat kedua nya terdiam.
"Apa maksudmu? tentu saja ingatan mu bisa kembali sepenuhnya! dan kamu juga bisa mengubah sikap mu yang aneh itu," kata Arziki yang membuat Julian terdiam lalu tak lama setelah nya menjawab.
"Udah ah, capek ngomong sama kalian. Dijelasin panjang lebar juga gak bakal ngerti. Pokoknya aku akan tetap sekolah dan aku rusuh jika takkan pelajaran dan guru," tutur Julian.
Tak lama berselang, seorang guru masuk ke dalam kelas. Guru tersebut merupakan guru yang bertemu dengan Julian sebelumnya, ia bernama Evelyn.
"Nah tuh guru dah masuk, berarti kau harus tenang!" tegas Arziki yang kemudian balik ke bangku nya. Julian menatapi Evelyn yang duduk di kursi guru dan kini menatap nya.
"Xavier, seperti nya hari ini kau tampak berbeda," ucap Evelyn yang membuat semua nya seketika menatap kearah Julian.
"Apa maksudmu ibu? tidak ada yang berbeda dari saya kok," ujar Julian sembari tersenyum tipis dan bersikap tenang.
"Iya, Bu. Emang sikap nya berbeda dari yang biasa!" saut salah seorang murid.
"Benar, Bu! tadi dia rusuh banget gak kaya biasanya. Benar-benar berbeda deh Bu," ucap Arziki. Begitupun dengan siswa dan siswi lainnya, mereka setuju bahwa Xavier yang mereka kenal hari ini bersikap berbeda.
"Baiklah, bagaimana menurutmu Floryn? sejak tadi, kau terus bersamanya, bukan?" cakap Evelyn.
"Dia baik-baik saja kok, Bu. Tenang seperti biasanya! tidak aneh-aneh," singkat Floryn yang membuat Julian melirik nya.
"Kupikir kau takkan membelaku," bisik Julian yang membuat Floryn sekilas menatap nya.
"Aku masih punya hati soalnya," singkat Floryn yang menatap kearah Evelyn kembali.
"Baiklah kalau begitu. Pelajaran akan segera dimulai! keluarkan buku latihan matematika kalian, saya akan menilai tugas kalian," ucap Evelyn yang bangkit berdiri lalu berjalan menuju meja murid nya, satu persatu.
Beberapa menit kemudian....
Kini Evelyn berada di meja Floryn dan Julian. Ia mengangkat pulpen nya dan bersiap untuk memeriksa serta memberikan nilai.
"Hmm aku tak menyangka bahwa kamu bisa mengerjakan soal matematika ini tanpa salah sedikitpun, Floryn," ucap Evelyn sembari memberikan nilai di tugas latihan matematika Floryn.
"Ah hahahaha iya, Bu," singkat Floryn sembari tersenyum tipis.
"Kalau begitu, kamu bisa ikut cerdas cermat ya? bagaimana kalau misalnya kau ikut saja di kontes cerdas cermat Minggu depan ya," ujar Evelyn yang permintaan nya tersebut langsung ditolak saat itu juga.
"Sebenarnya saya dibantuin sama Xavier, Bu. Maka nya tidak ada yang salah," kata Floryn yang membuat Evelyn geleng-geleng kepala.
"Aduhhh kamu ini. Jangan selalu bergantungan pada Xavier dong! kalau pas lagi ulangan atau ujian, bagaimana? kamu tidak bisa dibantu oleh Xavier," tutur Evelyn yang kemudian mengambil buku latihan matematika Julian dan mengecek nya.
"Baik, Xavier. Seperti biasa kau selalu dapat nilai bagus dalam pelajaran ini! jadi kau ikut cerdas cermat ya Minggu depan," ucap Evelyn yang juga permintaan nya langsung ditolak.
"Saya tidak berminat, Bu. Setiap ada kontes seperti cerdas cermat, selalu saya yang ditunjuk. Padahal kan di sekolah ini, tak cuma saja saja yang pintar," ujar Julian yang membuat Evelyn terdiam.
"Hmm tidak biasanya kau menolak permintaan ku, Xavier. Apa ya terjadi sebenarnya dengan mu?" kata Evelyn.
"Saya sadar bahwa selama ini, saya dimanfaatkan oleh sekolahan untuk membanggakan sekolahan. Jadi mulai sekarang, saya tidak mau menerima permintaan sekolah agar saya mengikuti kontes-kontes seperti cerdas cermat begini. Lagipula tidak ada untungnya untuk saya! untuk menambah nilai? nilai saya juga sudah bagus tanpa harus menyogok atau ikut-ikut kontes begini," tutur Julian yang membuat Evelyn terdiam.
"Aku tak menyangka bahwa kau akan mengatakan hal seperti itu, Xavier. Kau tak pernah mengeluarkan kata-kata yang menyaksikan seperti ini," cakap Evelyn namun Julian tak memperdulikan nya.
"Saya juga punya hak untuk menyuarakan isi hati saya. Selama ini saya hanya diperbudak sekolahan untuk membanggakan sekolahan! agar orang-orang kira bahwa bersekolah di sekolah ini, dapat menciptakan siswa-siswi yang cerdas dan baik. Padahal nyatanya tidak!" tegas Julian yang membuat Evelyn kesel dan langsung pergi meninggalkan nya.
Ketika Evelyn pergi ke meja murid lainnya yang jarak nya jauh dari meja Julian, Floryn pun membicarakan perilaku Julian sebelumnya.
"Xavier, kau ini sebenarnya ada masalah apa? kenapa kau tiba-tiba saja berbeda bahkan kau menolak permintaan Bu Evelyn bahkan mengatakan hal yang merendahkan sekolahan ini. Tak pernah kau melakukan ini!" ucap Floryn.
"Hmm jadi kau membela mereka yang salah daripada membelaku yang benar? baiklah tidak apa-apa! lagipula aku juga sudah biasa berjuang sendiri. Tanpamu juga aku tak masalah! setidaknya aku sudah bisa hidup dengan tenang sekarang," ujar Julian yang membuat Floryn terdiam sejenak.
"Bu-bukan begitu maksudnya. Aku tidak membela pihak sekolahan hanya saja aku heran padamu yang benar-benar berbeda! kau selalu mengiyakan permintaan sekolahan tetapi sekarang tidak. Kau benar-benar berubah Xavier! apa yang terjadi sebenarnya dengan dirimu?" kata Floryn.
"Aku baik-baik saja. Hanya saja, aku sudah mulai sadar bahwa aku ini hanya diperbudak oleh orang-orang! dan aku juga tak pernah mendapatkan hal istimewa dari apa yang aku lakukan," tutur Julian.
"Hmm? jadi kau juga mengharapkan imbalan atas apa yang kau perbuat?" tanya Floryn. Julian menganggukkan kepala nya.