"Tentu saja, ya kali aku melakukan sesuatu dengan cuma-cuma. Apalagi aku terus melakukan nya tanpa henti dan cukup sulit! tak hanya itu saja, apa yang kulakukan selama ini hanya membuang-buang waktu," ucap Julian yang membuat Evelyn seketika melempar nya dengan penghapus papan tulis.
Untungnya, Julian maupun Floryn tidak terkena penghapus papan tulis itu. Kedua nya sama-sama menatap kearah sang guru yang tiba-tiba melempar penghapus papan tulis nya. Tak hanya mereka berdua, namun murid nya lainnya juga sama.
"Ada apa denganmu? tiba-tiba saja melempar penghapus papan tulis seperti itu! memang nya perbuatan mu itu kau pikir tak berbahaya?!" ucap Julian yang kesal. Mendengar hal itu, Evelyn mendekati Julian kemudian menampar wajah nya yang membuat Julian terdiam.
"Saya sungguh tak menyangka bahwa anak teladan seperti mu, akan melontarkan kata-kata menyakitkan seperti ini. Meskipun kau selalu jadi andalan di sekolah tetapi bukan berarti kau sombong seperti ini! ikut saya ke kantor sekarang! biar kamu berhadapan dengan kepala sekolah," ujar Evelyn sembari menarik tangan Julian. Julian menepis tangan Evelyn yang membuat semua nya terkejut dengan perilaku nya.
"Saya bisa pergi sendiri tanpa harus ditarik-tarik begini. Memang nya anda pikir, saya binatang?" ketus Julian sembari berjalan pergi. Mendengar hal itu, Evelyn terdiam sejenak kemudian menyusul Julian.
Kini satu kelas hanya bisa terdiam tak menyangka dengan apa yang mereka lihat barusan.
"Aku tak menyangka bahwa Xavier akan membuat keributan seperti ini," ucap Arziki yang membuat satu kelas menatap nya.
"Makanya aku tidak pernah menyukainya meskipun hampir semua siswi disini suka padanya! bahkan kakak kelas sekalipun," ujar May sembari menundukkan kepala nya.
"Kau gak suka karena cinta mu ditolak oleh Xavier waktu itu! aku dan Floryn lah yang jadi saksi nya saat itu," kata salah satu siswa yang membuat May merasa jengkel karena telah membongkar aib nya.
"Sudahlah tidak perlu ribut-ribut lagi. Kalian hanya bisa bergosip dan membuat keributan saja! seharusnya kalian mencari solusi untuk menyelesaikan masalah ini," teriak Floryn yang membuat satu kelas diam terpaku.
Sedangkan di sisi lainnya...
Tampak Julian yang kini mau membuka pintu ruangan kantor guru. Namun pada saat mau menyentuh gagang pintu nya, Evelyn langsung menarik tangan Julian kemudian mendorong Julian hingga terjatuh.
"Kenapa kau mendorong ku? bukankah kau menyuruhku untuk masuk ke dalam kantor dan menyelesaikan masalah di dalam?" ucap Julian sembari menatap sinis Evelyn. Mendengar hal itu, Evelyn terdiam kemudian ia menyentuh telapak tangan Julian yang membuat Julian keheranan.
"Aku tak menyangka bahwa sikap buruk mu seperti ini," singkat Evelyn yang kemudian menggores tangan Julian dengan pisau kecil yang ia bawa kemudian menjilat darah tersebut yang membuat Julian heran.
"Hmm darah ini cukup enak sayangnya sedikit basi," singkat Evelyn. Julian menarik tangan nya kemudian mengelap darah yang masih ada di tangan nya.
"Apa yang kau lakukan sebenarnya? kenapa kau menjilat darahku begitu? sungguh menjijikan!" ketus Julian.
"Gunakan kekuatan mu yang mengendalikan waktu serta ruang, dan bawa aku ke masa lalu supaya aku dapat menyelesaikan masalah ku," ucap Evelyn yang membuat Julian semakin tak habis pikir dengan perilaku Evelyn yang benar-benar aneh.
"Kau ini sebenarnya siapa? kenapa kau bisa tau aku mempunyai kemampuan mengendalikan waktu dan ruang?" tanya Julian yang membuat Evelyn menatap nya.
"Kabulkan dulu permintaan ku baru aku memberitahu jati diriku," tegas Evelyn tetapi Julian tidak mau mengabulkan permintaan nya begitu saja.
"Tidak! aku tidak mau mengabulkan permintaan mu sebelum kau memberitahukan jati dirimu!" jawab Julian yang membuat Evelyn sedikit kesal pada nya. Evelyn langsung menarik tangan nya Julian dan menempelkan sesuatu di tangan tersebut yang membuat tangan Julian tak bisa bergerak.
"Cepat kabulkan permintaan ku atau akan ku patahkan tangan ini?" tanya Evelyn.
"Aku tidak peduli! aku bisa memulihkan nya!" ujar Julian yang membuat Evelyn tersenyum sinis kemudian menyentuh leher kanan Julian.
"Seperti nya menarik jika aku menyakiti bagian sini? atau bagian ini saja ya?" Evelyn menunjuk kearah jantung yang membuat Julian heran pada nya.
"Sebenarnya apa sih yang mau kau lakukan? aku mana mungkin membantu orang yang tak jelas seperti mu!" ucap Julian.
"Hmm kau ini memang keras kepala ya? pantas saja adikmu membunuhmu, mungkin dia sudah kesal dengan sikapmu," ujar Evelyn yang membuat Julian diam terpaku lalu menjawab nya.
"Tidak! dia mengkhianati ku makanya membunuhku! dia juga menginginkan tahta dan kekayaan yang ku miliki!" kata Julian secara tegas.
"Hmm benar juga sih. Tetapi bisa saja kan?" singkat Evelyn yang membuat Julian diam terpaku. Disaat itu, tiba-tiba saja muncul cahaya hitam diantara mereka yang membuat pandangan kedua nya sedikit rabun sesaat.
Selang beberapa menit....
"Cahaya hitam dari mana sih? aku jadi tidak bisa melihat apa ya terjadi!" gerutu Julian sembari mengusap kedua mata nya menggunakan tangan kiri nya.
"Kenapa kau masih menggunakan tangan kirimu? aku sudah memulihkan tangan mu supaya bisa bergerak," ucap seseorang. Evelyn dan Julian sama-sama terkejut ketika melihat sosok tersebut.
"Lho, kok kamu muka nya mirip denganku?! suaramu juga sama! warna mata nya aja yang beda," ujar Julian yang heran.
"Y-yang mulia?" Evelyn langsung membungkuk hormat ketika melihat cahaya hitam yang mirip dengan Julian.
"Hei! kau meniru wajahku kah? tunjukkan wajah aslimu!" tegas Julian. Cahaya hitam yang memiliki nama Dylan itu langsung memukul kepala nya.
"Akhir-akhir ini kau terus saja mengganggu ku! apalagi saat ada pria tua Bangka itu! kalian sungguh mengganggu," ketus Dylan yang membuat Julian terdiam.
"Memang nya apa yang ku lakukan coba? aku tidak mengganggu siapapun!" ucap Julian yang keheranan.
"Hmm sudahlah! kau jadi benar-benar bodoh setelah orang-orang sok suci itu mengunci ingatan mu," ujar Dylan sembari duduk di bangku yang dekat dengan nya.
"Dih, ingatan ku gak pernah dikunci sih! sebenarnya siapa kamu? cepat katakan! tak hanya kamu sih, tapi kalian berdua! kalian siapa?" tanya Julian dengan polos yang membuat Evelyn dan Dylan geleng-geleng kepala.
"Ngomong-ngomong, apakah kau suka dengan darah nya, Evelyn?" tanya Dylan.
"Suka, hanya saja darahnya sedikit basi," singkat Evelyn yang membuat Julian kesal.
"Bisa-bisanya kau bilang darahku basi?! darahku ini masih murni lho! masih suci ini," jawab Julian yang membuat Dylan dan Evelyn menertawakan nya.
"Hahahaha kau sangat-sangat lucu ya? benar-benar deh kamu ini!" Dylan mendekati Julian lalu menyentuh kepala nya.
"Apa yang mau kau lakukan?" tanya Julian yang memegangi tangan Dylan dengan kedua tangan nya.