Teesha sudah bersiap di depan laptopnya. Ia sudah membuat janji dengan teman-teman absurd nya untuk melakukan panggilan video di jam sembilan malam. Ah, rasanya rindu juga pada mereka. Jika Teesha tak salah ingat, terakhir kali mereka bertemu itu sekitar dua tahun lalu, saat Teesha pulang ke rumahnya.
Sebenarnya mereka masih sering berbagi pesan meskipun tidak setiap hari karena kesibukan masing-masing. Hanya saja kali ini Divinia meminta untuk melakukan panggilan video karena katanya ada sesuatu yang ingin ia sampaikan.
"Hai, guys!" Sapa Devian dengan penuh semangat. Lihat, alien bumi kita telah berubah menjadi seorang dokter sekarang. Dulu Teesha sempat meragukan Devian yang mengambil sekolah kedokteran, tetapi ternyata pria itu memang tidak sebodoh kelihatannya. Otaknya benar-benar cemerlang.
Teesha tersenyum, "Halo, Pak Dokter! Tumben ada waktu luang?"
"Bersyukurlah aku bisa istirahat hari ini. Udah tiga hari ini aku lembur gara-gara banyak pasien di UGD." Memang sih meskipun terlihat ceria seperti biasanya, tetapi Devian tidak bisa menyembunyikan kantung mata yang tercetak sangat jelas di bawah matanya.
"Hai, guuuyyyssss!" Divinia dan Adrea terhubung secara bersamaan.
Mereka melanjutkan obrolan dengan saling menanyakan kabar masing-masing. Divinia, si gadis bule dengan rambut pirang itu kini mengganti warna rambutnya dengan warna cokelat terang. Alih-alih meneruskan bisnis keluarganya, Divinia lebih memilih untuk membuka sebuah toko bunga karena memang gadis itu menyukai bunga. Sedangkan Adrea, ah gadis itu tidak banyak berubah. Hanya badannya saja kini terlihat lebih berisi. Kalian bisa lihat pipi chubby yang menggemaskan itu?
Mereka bertiga terlihat sangat bahagia. Senyum dan tawa tidak luntur dari bibir mereka. Sepertinya hanya kau yang tidak seceria mereka, Teesha. Kau masih memikirkan soal William tadi ya?
"Si Daniel mana?" Tanya Adrea yang membuat teman-temannya melihat di pojok kanan atas layar laptopnya masing-masing. Disana nama Daniel masih belum terhubung. Mungkin ia masih sibuk bekerja, mengingat Daniel memiliki satu perusahaan ekspedisi yang sedang berkembang di usia yang masih tergolong muda ini.
Devian mengendikan bahu, "Dia di telpon juga gak jawab. Mungkin lagi sibuk."
Mereka serempak mengangguk memaklumi.
"Teesha." Panggil Divinia, "Kamu— Kamu udah liat unggahan foto William tadi?"
"Dia ada disini?!" Tanya Devian dengan mata yang melotot karena terkejut. Pasalnya, ia lah yang paling dekat dengan William saat di sekolah menengah dulu. Tetapi ia sama sekali tidak mengetahui kabar dari si pangeran es itu sampai saat ini.
"Dia cuma upload foto langit. Mana kita tahu dia ada disini atau dimana. Semua langit terlihat sama." Jawab Divinia.
Teesha masih terdiam. Wajahnya masih terlihat murung karena meskipun William mengunggah foto dan menunjukan jika pria itu masih ada, tetapi William sama sekali tidak membalas pesan yang dikirimkan Teesha melalui direct message nya. Jangankan dibalas, dibaca pun tidak.
"Menurut kalian, dia masih ingat aku gak ya?" Tahya Teesha putus asa.
Divinia berdeham, "Mana mungkin dia lupa sama kamu, Teesha. Kalaupun iya, itu keterlaluan sih!" Ia berusaha menghibur Teesha yang sedari tadi tidak banyak bicara.
Ya, Teesha masih terus berusaha berpikir positif. Tidak mungkin kan William lupa pada janjinya sebelum ia berangkat dulu? Ah, tapi kenyataannya pria itu memang lupa. Kalian ingat William bilang akan menghubungi Teesha ketika ia sampai di tujuan? Tetapi samlai sembilan tahun kemudian pun William tidak pernah menghubunginya.
Daniel terhubung ke dalam obrolan...
"Daniel!! Kemana aja ka—"
"Teesha!! Kamu udah lihat unggahan William belum?!" Daniel muncul di layar laptop dengan wajah paniknya, membuat Teesha dan yang lainnya memutar mata malas. Kemana saja anak ini, baru muncul ketika mereka sudah lewat membicarakan William.
"Telat, Niel. Kita semua udah lihat." Devian menyandarkan tubuhnya di sofa yang ia duduki.
Adrea memandang layar dengan wajah datar, "Iya gak tahu nih, dasar gak up to date!"
"Kalian yakin udah lihat?" Daniel mengerutkan keningnya, "Terus kenapa reaksi kalian biasa-biasa aja?"
Divinia mendengus malas, "Aduh, alien kita yang satu ini masih gak berubah juga ya meskipun udah jadi bos besar? Harus gimana reaksi kita lihat foto langit bertabur bintang yang di upload William, Niel?"
"Oke, aku simpulkan kalian memang belum lihat." Daniel memasang wajah datar, "Go check his social media, guys. William baru aja upload foto lagi. Dan tolong siapkan jantung kalian."
Teesha mengangkat sebelah alisnya. William mengunggah foto lagi? Tetapi mengapa tidak ada notifikasi yang masuk di ponselnya?
Dengan cepat Teesha membuka sosial medianya dan mengetikan nama William di kolom pencarian.
SRETTTT!
Suara kursi yang terseret mundur terdengar cukup kencang saat Teesha berdiri dari tempatnya, membuat semua atensi teman-temannya di sebrang sana kini tertuju padanya. Teesha menutup mulutnya dengan satu tangan sambil memandang ponselnya tidak percaya.
"Teesha, kamu gak apa-apa?" Tanya Adrea khawatir, ia sama sekali tidak bisa melihat wajah Teesha karena kini gadis itu tengah berdiri.
"A-aku gak apa-apa!" Jawab Teesha berusaha tenang, "Ada tikus di apartemen aku. Aku harus cari sebelum dia beranak disini. Udah dulu ya!"
PIP
Teesha disconected
Teesha kembali duduk di kursi kayunya. Ie terus memandang ponselnya dengan pandangan penuh tanya. Ia merasa gelisah terlebih ketika ada sesuatu yang berdenyut di dadanya.
Sakit.
Kenapa pria itu harus pergi dan kini kembali dengan membawa rasa sakit untuk Teesha?
Tanpa disuruh, setetes cairan bening turun dari mata indah Teesha. Lama kelamaan air matanya terus turun tanpa bisa Teesha tahan. Bahkan kini, gadis itu terisak sambil memegang dadanya yang terasa nyeri.
William mengunggah foto dirinya tengah menggendong seorang anak laki-laki yang diperkirakan berusia empat tahunan. Jika dilihat sekilas anak itu mirip dengan William. Lihatlah mata onyx yang tajam itu, rambut hitamnya, dan lihat tatapan mata William yang menatap anak laki-laki itu dengan tatapan sayang.
Apa ini? Jadi William memang benar-benar sudah melupakannya? Perkataannya dulu yang mengatakan akan memulai kembali semuanya dari awal ketika ia kembali itu bohong? Ia bahkan sudah menikah dan memiliki seorang putra?
Teesha menutup laptopnya cukup keras. Ia kesal, sangat kesal karena entahlah. Ia merasa seperti di khianati.
Lantas untuk apa selama ini Teesha menunggu?!
.
.
To be continued
Jangan lupa mampir ke instagram