Hye Bin selesai memandikan Nyonya Kang. Halmeoni datang menghampiri Hye Bin yang sedang menjemur handuk, dan memberi tahu ada seseorang yang mencarinya di lobi depan. Hye Bin izin pamit kepada Nyonya Kang.
Hye Bin berjalan cepat-cepat menyusuri lorong wisma lansia. Sesampainya di lobi, dilihatnya seorang laki-laki berjas rapi duduk di kursi tamu. Melihat Hye Bin datang, laki-laki itu langsung berdiri lalu membungkukan badan. Hye Bin juga balas menghormat.
"Nona Jung, perkenalkan nama saya Sekretaris Kim. Saya utusan dari Hadong untuk mengurus dokumen kontrak menjadi perawat di rumah kami," terang laki-laki bernama Sekretaris Kim sambil mengeluarkan map berisi dokumen. Map itu ditaruhnya di hadapan Hye Bin.
"Apakah ini tentang pekerjaan yang ditawarkan oleh Dokter Hyun?" tanya Hye Bin memastikan.
"Ya. Saya harap, besok pagi Anda sudah siap. Kami jemput di rumah."
"Tapi, saya harus bicara dan izin dengan ibu saya dulu," ujar Hye Bin.
"Ya, silakan," ujar Sekretaris Kim.
Laki-laki itu pamit.
***
Di kamar Nyonya Kang, Hye Bin membaca dan menatap lama dokumen di tangannya. Dia mungkin akan lama di Hadong. Semoga Nyonya Kang mendapat perawat yang baik setelah dirinya pergi. Ditatapnya Nyonya Kang, Hye Bin akan merindukan kecerewetan nenek tua itu.
"Ma, aku ada pekerjaan di luar kota dalam waktu lama. Semoga kau baik-baik saja selama kutinggal," ucap Hye Bin berjongkok di depan Nyonya Kang, lalu meletakkan kepalanya di pangkuan nenek itu. Air mata Hye Bin meleleh, tapi Nyonya Kang hanya diam dan tangannya mengelus kepala Hye Bin.
***
Hye Bin menulis surat pengunduran diri kepada Hyeo Jin. Sore itu dia berangkat ke Kafe PM dengan hati yang sedih. Sesampainya di kantor Hyeo Jin, dia tak menemukan siapa pun. Surat pengunduran diri itu diletakkan begitu saja di meja kerja Hyeo Jin. Hye Bin keluar ruangan untuk pamitan pada Hae Won yang sedang bersiap di ruang loker.
"Aku akan ke Hadong besok pagi," ujar Hye Bin sambil tersenyum.
"Secepat itu?" tanya Hae Won menaikkan alisnya karena terkejut.
"Ya, orang dari Hadong menemuiku kemarin," ucap Hye Bin.
Hae Won sedih. Dia akan berpisah dengan sahabatnya. Mereka berpelukan lama. Hye Bin pamit kepada semuanya. Teman-teman kerjanya juga merasa sedih saat Hye Bin mengucapkan perpisahan. Hye Bin keluar dari Kafe PM dan sejenak berdiri menatap bangunan kafe tempat dia bekerja selama ini. Banyak goresan kenangan tercipta di kafe itu.
***
Hye Bin berjalan pulang menuju halte bus. Dilihatnya sosok yang tak asing baru saja turun dari bus. Shahib, cetus Hye Bin dalam hati. Hye Bin melambaikan tangan. Shahib membalasnya dengan lambaian tangan dan senyum yang ramah.
"Hai," kata Shahib.
"Anda baru pulang kursus?" tanya Hye Bin.
"Ya. Kenapa ada yang beda hari ini. Kamu baru menangis?" tanya Shahib yang membuat Hye Bin jadi malu karena ketahuan habis menangis.
"Aku akan ke Hadong besok, jadi aku tak lagi bekerja di Kafe PM," terang Hye Bin.
"Wah, aku takkan bisa lagi bertemu denganmu," ujar Shahib dengan raut wajah kecewa.
"Iya. Semoga Anda baik-baik saja," sahut Hye Bin. "Sampai jumpa," lanjut Hye Bin sambil membungkukkan badannya sedikit untuk pamitan.
"Ya, sampai jumpa lagi," ucap Shahib sambil tersenyum.
Bus yang hendak dinaiki Hye Bin telah datang. Mereka saling berpamitan. Shahib memandang bus yang ditumpangi Hye Bin sampai hilang di tikungan. Shahib menghela napas, lalu berjalan menyusuri trotoar menuju Kafe PM.
***
Hye Bin memegang dokumen sambil duduk berhadapan di kamar bersama ibunya. Di pinggir kamar beberapa tas besar sudah disiapkan untuk perjalanan ke Hadong. Ibunya menyeka airmata, merasa sedih karena akan berpisah dalam waktu yang lama dengan anaknya. Selama ini dia tak pernah ditinggal jauh oleh Hye Bin.
"Aku akan sering-sering menghubungimu. Jaga diri baik-baik," ucap Hye Bin berpamitan lalu memeluk ibunya. Air matanya juga deras mengalir tak terbendung.
Ibu Hye Bin mengangguk sambil menahan tangis. Matanya merah dan hidungnya berair. Ibu Hye Bin berdiri lalu membuka pintu lemari. Dia membuka sebuah kotak kayu dan membawanya ke hadapan Hye Bin. Di dalam kotak itu ada sebuah kalung unik berliontin kerang dan batu biru. Kalung itu dipasangkan di leher Hye Bin.
"Pakailah kalung ini. Jangan kau lepaskan sekalipun. Pergilah tidur, agar besok kau bisa lebih segar di perjalanan. Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja," ujar Ibu Hye Bin sambil mengelus kepala Hye Bin.
Hye Bin beranjak keluar dari kamar ibunya. Ibu Hye Bin menatap anaknya yang menghilang di balik pintu. Dia tahu anaknya suka mempelajari banyak hal. Gadis cerdas seperti Hye Bin tak mungkin dikekang di rumah dan dibiarkan seperti katak dalam tempurung, batinnya.
***
Hye Bin masih belum tidur malam itu, ketika gawainya berdering. Hyeo Jin meneleponnya. Diterimanya panggilan telepon itu.
"Hei, memangnya siapa kamu seenaknya mengundurkan diri tanpa seizinku?" tanya Hyeo Jin dengan nada tinggi yang membuat Hye Bin terkejut dan menjauhkan gawai dari telinganya.
Hye Bin langsung sebal sambil memandang gawainya.
"Keluarlah, aku ada di depan rumahmu!" sambung Hyeo Jin.
Hye Bin tersentak. Tidak menyangka bila Hyeo Jin semalam itu berada di depan rumahnya. Dengan cepat disibak selimutnya, lalu keluar rumah. Dilihatnya Hyeo Jin sedang duduk bersandar di depan mobilnya.
"Ada apa, Bos?" tanya Hye Bin santai.
"Kenapa kamu mengundurkkan diri? Kamu tak bisa seenaknya pergi tanpa izinku," cetus Hyeo Jin
"Aku sudah mendapatkan pekerjaan baru. Aku tak bisa lagi bekerja di Kafe PM," ucap Hye Bin tenang.
"Di mana?" tanya Hyeo Jin.
"Aku kerja di luar kota. Tak bisa kuceritakan bagaimana, apa, dan pada siapa aku bekerja. Maaf," ujar Hye Bin.
Hyeo Jin terdiam.
"Aku mengantuk, selamat malam," ujar Hye Bin lalu berbalik hendak masuk rumah kembali.
"Wooii, Hye Bin!" panggil Hyeo Jin.
Hye Bin membalik badannya menghadap Hyeo Jin.
" Hmm ..., aku ..., aku akan sering-sering meneleponmu," ujar Hyeo Jin mengalihkan apa yang hendak dikatakan dalam hatinya.
Hyeo Jin sebenarnya ingin mengatakan bahwa dia akan merindukan Hye Bin, tapi tak bisa terucap.
"Ya, Selamat malam," ucap Hye Bin membungkukkan badan, lalu masuk lagi ke dalam rumah.
Hyeo Jin menarik napas panjang. Dia kecewa dengan dirinya sendiri yang tak mampu berkata apa-apa untuk menyatakan perasaaannya pada Hye Bin, sedangkan Hye Bin akan pergi jauh. Mereka akan berpisah dalam waktu lama. Hyeo Jin menatap pintu rumah Hye Bin yang sudah tertutup lalu beranjak masuk ke dalam mobil. Dijalankannya mobil menyusuri gang lalu berbaur dengan keramaian jalan raya kota Seoul.
***
Pagi harinya, Sekretaris Kim menjemput Hye Bin. Mereka menaiki mobil menuju Hadong. Selama di jalan, Hye Bin hanya diam dan menikmati pemandangan yang indah. Apalagi masuk ke Hadong terasa suasana sejuk menyentuh kulit. Dia membuka jendela mobil dan menghirup udara yang segar banyak-banyak.
Mobil yang mereka tumpangi masuk ke sebuah vila di tengah kebun teh. Pagar vila membuka otomatis dan mobil itu menyusuri halaman vila yang memiliki banyak pohon rindang dan sejuk. Di dalam area itu ada sebuah Hanok* dengan tembok tebal khas Korea. Mereka turun dan disambut oleh pengurus rumah tangga.
"Apakah kau perawat baru itu?" tanya pengurus perempuan setengah baya yang ramah dan pipinya kemerahan.
"Ya. Nama saya Hye Bin, Jung Hye Bin," ujar Hye Bin memperkenalkan diri.
"Panggil saja saya Nyonya Joo, pengurus rumah tangga di vila ini. Mari ikut saya, Agassi," ajak Nyonya Joo.
Mereka berjalan ke sebuah rumah tersendiri dari rumah utama. Rumah itu agak jauh ke belakang dari rumah utama melewati halaman dengan pohon-pohon agak rimbun. Mata Hye Bin melihat ke sana ke mari. Dia penasaran siapa pemilik vila yang indah dan besar ini. Nyonya Joo mengajak Hye Bin ke dalam rumah bergaya modern. Nyonya Joo mengantar Hye Bin ke sebuah kamar.
"Nona bisa tinggal di sini," jelas Nyonya Joo
"Nyonya ... boleh saya tanya? Siapa perempuan yang akan saya rawat itu? Apakah dia istri pemilik vila ini?" tanya Hye Bin penasaran sambil menata barang bawaannya.
"Iya, dia nyonya rumah ini. Dia sangat disayangi dan dicintai oleh Tuan Kang. Selama dua puluh tahun dia koma dan berbagai macam pengobatan sudah dilakukan agar perempuan itu sadar, tapi perempuan itu seakan enggan bangun. Bahkan Tuan Kang tak menikah lagi selama itu. Dan yang aneh, keberadaan perempuan ini tak boleh diketahui oleh siapa pun. Kau tahu banyak rumor yang beredar di kalangan pelayan kalau keluarga Kang terkena kutukan hingga seperti itu."
Hye Bin terkejut, alis matanya terangkat. Misterius sekali, pikirnya.
"Jangan ngomong sembarangan, Nyonya Joo!" tegur Sekretaris Kim yang tiba-tiba masuk sambil membawa koper-koper, tapi bukan milik Hye Bin. Seseorang lalu muncul dari belakang punggung Sekretaris Kim, ternyata Halmeoni berdiri dengan wajah ceria dan senyumnya mengembang. Hye Bin terpekik girang melihat kedatangan Halmeoni. Mereka lalu berperlukan. Orang-orang di sekelilingnya juga ikut tersenyum.
"Aku juga diminta membantu merawat di sini," jelas Halmeoni.
Hye Bin gembira, dia merasa tak kesepian bila ada teman yang sudah dikenalnya.
***
Nyonya Joo mengajak mereka berkeliling rumah dan menjelaskan apa saja tugas mereka. Sampai akhirnya di lantai dua ada sebuah kamar yang luas dan berjendela lebar. Seorang perempuan cantik dengan rambut pendek tertidur dengan alat bantu di sekelilingnya. Hye Bin takjub dan tak bisa berkata apa-apa melihat kondisi perempuan itu.
Yang membuat Hye Bin lebih takjub lagi, mengapa dia merasa familiar dengan wajah si Perempuan. Tapi di mana? Hye Bin mencoba mengingat-ingat. Hye Bin terkejut dengan pikirannya sendiri sampai dia terpekik tertahan hingga menutup mulutnya. Perempuan itu gadis yang ada di dalam foto perdana Kafe PM. Oh Man Se!
Hye Bin mendekati perempuan malang itu. Anyeong Snow White, ucap Hye Bin dalam hati. Wajahnya agak pucat dan tirus tapi kecantikannya seakan tak pudar oleh waktu.
Nyonya Joo menjelaskan apa saja dan jadwal yang mereka lakukan selama merawat si Snow White. Untuk tindakan medis, Nyonya Joo yang melakukannya. Dokter Hyun datang seminggu sekali untuk memantau. Lalu tiba-tiba gawai Nyonya Joo berdering, seseorang meneleponnya dan meminta mereka ke rumah utama karena Tuan Kang akan datang.
Nyonya Joo mengajak mereka ke rumah utama. Mereka meninggalkan si Snow White sendirian. Sebelum keluar ruangan, Hye Bin sekali lagi memandang dengan seksama perempuan itu. Memang wajahnya agak mirip dengannya, tapi tak sama persis. Ada perasaan yang aneh seakan mengalir di dalam dirinya. Pintu kamar pun ditutup.
***
Hye Bin beserta yang lainnya berdiri berjajar di halaman depan rumah utama. Sebuah mobil berhenti lalu sopir membukakan pintu belakang. Seorang laki-laki setengah baya terlihat masih tegap dan tampan keluar dari mobil. Dia Kang Seo Woo. Semua orang menunduk, tapi Hye Bin mencuri pandang wajah laki-laki itu. Kang Seo Woo pun melihat ke arah Hye Bin. Tatapan mata mereka saling bertemu, membuat Hye Bin menunduk kembali. Laki-laki itu berhenti dan berdiri pas di depannya.
"Apakah dia perawat yang baru untuk Nyonya?" tanya Seo Woo pada Nyonya Joo.
"Ya, Tuan. Namanya Jung Hye Bin," jelas Nyonya Joo.
"Benar-benar mirip dengan Nyonya. Sesuai dengan cerita Dokter Hyun," ujar Seo Woo takjub.
Hye Bin membungkukkan badan memberi hormat.
"Hye Bin," panggil Seo Woo.
Hye Bin mendongakkan kepala memandang wajah laki-laki itu yang sedang tersenyum ramah padanya.
"Ya, Tuan," jawab Hye Bin.
"Semoga kau kerasan di sini. Dan ... jaga rahasia kami," tegas Seo Woo sambil memberi kode jari di bibirnya agar Hye Bin bisa menjaga rahasia keberadaan istrinya.
Hye Bin membungkukkan badan memberi hormat. Lalu laki-laki itu berjalan masuk ke dalam rumah.
***
Hye Bin dengan telaten merawat Oh Man Se. Mulai membersihkan badannya, menggantikan baju, dan mengajak perempuan itu keluar rumah untuk berjemur di bawah matahari pagi. Tangan Hye Bin gemetaran pada awalnya, tapi lama kelamaan dia terbiasa. Diperiksanya denyut jantung perempuan itu. Masih berdenyut, tapi dia tetap terkulai lemas dengan mata menutup seakan tertidur nyenyak.
Hye Bin mengajak Man Se berjalan-jalan di taman belakang rumah. Ada ruang cukup lapang dan sebuah pohon rindang dengan bangku kayu di bawahnya.
"Nyonya, aku tahu kau pasti mendengarkanku walau Anda tak mau membuka mata. Aku Hye Bin, Jung Hye Bin, perawat baru Anda. Saat ini kita jalan-jalan di taman belakang. Pemandangannya cukup indah di sini. Matahari dan langitnya juga cerah. Lihatlah rumput-rumput hijau di taman dan bunga-bunga mungil di sana. Seandainya mereka bisa bicara, bisa jadi mereka juga ingin menyapa Anda. Bangunlah Nyonya, kita sapa mereka juga," ujar Hye Bin sambil tersenyum memegang tangan Man Se.
Tanpa Hye Bin ketahui, sebulir air mata menetes dari sudut mata Man Se.
"Apakah Anda mau kubacakan sebuah novel? Aku akan membacakan untuk Anda tiap hari," tawar Hye Bin.
Jemari Man Se bergerak lemah, tapi hal itu luput dari penglihatan Hye Bin yang sedang membuka-buka buku.
Dari kejauhan, Kang Seo Woo memperhatikan kedua perempuan itu, lalu memutuskan untuk mendekat dan menyapa.
"Cuacanya memang cerah hari ini, Man Se-ah. Kau seharusnya membuka matamu," ujar Seo Woo mengejutkan Hye Bin.
Hye Bin pun membungkuk memberi hormat pada lelaki itu.
"Terima kasih, kamu mau ke sini untuk merawat istriku," tambah Seo Woo.
"Ya Tuan ... saya undur diri kalau begitu," pamit Hye Bin seperti biasa ketika Seo Woo berdua saja dengan Man Se.
Hye Bin pergi dari tempat itu. Dipandanginya kedua orang di bawah pohon. Hye Bin merasa kagum dengan kesetiaan Tuan Kang Seo Woo pada istrinya walau kondisinya seperti itu. Laki-laki itu pernah menyampaikan padanya, dia memang harus bersabar sampai Man Se mau membuka matanya sendiri. Dia akan menunggu saat itu dan bahagia bersama seperti dulu.
Hye Bin masih bertanya-tanya dalam hati, siapa Tuan Kang Seo Woo? siapa Oh Man Se? Di foto perdana Kafe PM perempuan itu bersama ayah Hyeo Jin. Sedangkan di rumah utama tak ada satupun foto Tuan Kang Seo Woo dan perempuan itu bersanding. Sungguh keluarga yang misterius. Hye Bin lalu memeriksa kalungnya. Kalung pemberian ibunya. Lalu dia pun beranjak masuk rumah sambil menelepon ibunya.
"Bu, sedang apa? Aku merindukanmu," ujar Hye Bin dengan nada manja.
"Bagaimana kamu di sana? Kirimkan aku foto-fotomu untuk mengobati rinduku," pinta ibu Hye Bin.
"Sebentar," jawab Hye Bin.
Mereka saling berkomunikasi lama dan berakhir ketika Hye Bin melihat Kang Seo Woo membawa Man Se kembali ke rumah.
Hye Bin dibantu Seo Woo mengangkat Man Se kembali ke tempat tidurnya yang sudah dirapikan. Laki-laki itu pun pamit keluar kamar. Hye Bin memandang lekat-lekat sosok perempuan bak Snow White yang ada di depannya. Perempuan malang yang tertidur lama, menunggu sang Pangeran datang untuk membangunkannya.
*Rumah tradisional Korea