webnovel

The Scent of Life (1)

Oh Man Se, seorang gadis yatim piatu yang diangkat anak oleh keluarga Kang. Dia jatuh cinta pada Kang Min Hyuk, kakak angkatnya sendiri. Ada banyak halangan cinta menghadang mereka. Apakah Oh Man Se sanggup untuk bertahan?

Maria_Ispri · Urban
Not enough ratings
27 Chs

BAB 21 GETAR HATI UNTUK SHAHIB

Esok malamnya, Hye Bin kembali membantu Hyeo Jin mencari foto Man Se. Setelah sekian jam, akhinya mereka menemukan album pertama di antara ratusan album foto dan kertas-kertas. Hyeo Jin-lah yang menemukan pertama kali album foto itu.

Mereka membuka halaman pertama bersama-sama. Melihat wajah Oh Man Se, mereka spontan terkejut karena memang wajah gadis dalam foto itu mirip dengan Hye Bin, hanya saja rambut Oh Man Se panjang terurai. Benar-benar sebuah keajaiban, ada dua orang perempuan dengan wajah yang mirip sedangkan tak ada hubungan apa pun di antara mereka.

Hyeo Jin mengambil foto itu, lalu dipasangi bingkai untuk ditaruh di atas meja kerjanya. Hye Bin speechless tentang hal ini dan penasaran di mana Oh Man Se berada.

***

Kafe PM sudah tutup malam itu. Hye Bin mengangkut sampah untuk dibuang ke belakang gedung. Telinga Hye Bin menangkap suara orang berkelahi. Karena penasaran dia mendatangi asal suara itu. Seorang laki-laki sedang digebuki oleh tiga orang laki-laki sampai mepet dan terduduk di dinding. Karena gangnya agak gelap Hye Bin tak bisa melihat dengan jelas siapa yang dikeroyok.

Hye Bin meneriaki orang-orang itu. Mereka berhenti memukul dan menendang. Terbelalak mata Hye Bin melihat yang dipukuli adalah Shahib. Hye Bin mendekati Shahib dan melihat wajah laki-laki itu babak belur dan bibirnya berdarah.

"Apa yang kalian perbuat padanya!" teriak Hye Bin geram.

"Siapa kamu ikut campur urusan kami?" ujar salah satu dari pemuda itu.

Hye Bin mencium bau alkohol, preman-preman itu sedang mabuk.

"Aku temannya, kenapa?" ucap Hye Bin.

"Berikan uangmu. Laki-laki asing ini tak punya uang. Kalau kau tak punya uang juga, mungkin bisa memberikan kami yang lain," ucap salah seorang lagi sambil mendekat ke arah Hye Bin dan mengelus pipi Hye Bin.

Mata Hye Bin menatap tajam pada lelaki itu. Seperti tanpa ada rasa takut, Hye Bin marah. Lalu dipegangnya tangan laki-laki yang sudah mengelus pipinya itu lalu diplintirnya sedemikian rupa. Mereka mulai berkelahi mengeroyok Hye Bin. Hye Bin pemegang sabuk hitam Dan tiga Taekwondo. Tak satupun pukulan orang-orang itu yang kena bahkan mereka akhirnya babak belur dan kabur lari ketakutan. Hye Bin lantas membantu Shahib berdiri.

"Anda tak apa-apa?" tanya Hye Bin.

Laki-laki itu mengangguk dan hanya meringis kesakitan. Hye Bin memapah Shahib ke kafe dan di dalam mereka disambut karyawan yang lain. Mereka terkejut dengan kondisi Shahib.

"Apa yang terjadi?" tanya Chef Han.

"Para preman memukulinya untuk meminta uang," jawab Hye Bin.

Chef Han memberi Shahib air minum. Hye Bin mengambil kotak obat untuk mengobati luka Shahib.

Shahib dan Hye Bin duduk berhadapan. Hye Bin mulai membasahi kassa untuk membersihkan luka di wajah Shahib. Laki-laki itu nyengir kesakitan.

"Mereka seharusnya berbuat baik pada pendatang dan bertindak sopan. Benar-benar memalukan," omel Hye Bin.

Shahib diam dan memandang Hye Bin.

"Terima kasih," ucap Shahib.

Hye Bin berhenti membersihkan wajah Shahib dan memandang laki-laki itu.

"Sebaiknya Anda berhati-hati lain kali, jika perlu membawa alat kejut listrik untuk senjata," ujar Hye Bin sambil membuka salep luka.

"Ya. Tapi apakah kau tak apa apa?" tanya Shahib

Hye Bin tersenyum sambil memandang Shahib

"Ya, aku baik-baik saja. Jangan mengkhawatirkan aku. Aku gadis super," jawab Hye Bin sambil mengangkat lengannya seakan menunjukkan kekuatan otot lengannya kepada Shahib.

Tingkah gadis itu membuat Shahib tertawa, lalu meringis kesakitan karena sudut bibirnya pecah dan berdarah. Melihat Shahib yang kesakitan, Hye Bin mengoleskan salep itu perlahan-lahan. Tak pelak wajah mereka saling berdekatan yang membuat Shahib merasa tak nyaman. Shahib berdehem dan berusaha menghentikan tangan Hye Bin.

"Biar aku saja sendiri yang mengobati luka," ucap Shahib.

Hye Bin berhenti mengolesi luka Shahib. Dalam hati sebenarnya dia juga merasa berdebar ketika bertemu dengan laki-laki itu.

"Baiklah, silakan," ujar Hye Bin sedikit salah tingkah lalu memberikan salep itu. Shahib berdiri dan membawa kotak obat ke kamarnya. Hatinya berdebar kencang. Shahib menghembuskan napas panjang untuk menguasai dirinya.

Hye Bin pulang ke rumah dengan berjalan kaki menuju halte bus. Dia tersenyum sendiri mengingat kejadian bersama Shahib terutama saat di Itaewon. Laki-laki yang sopan dan baik, pikir Hye Bin.