webnovel

The Pureblood Mafia

Lucious Draco Kingstone adalah anak berumur 14 tahun lahir di London dan tinggal di New York dari kecil dia selalu merasa bahwa dia tidak diinginkan oleh keluarganya. Dia memiliki segalanya tapi dia tidak memiliki apa yang dia inginkan dan butuhkan yaitu kasih sayang dari sebuah keluarga. Dia hanya berharap bahwa suatu hari dia memiliki keluarga yang menyayanginya. Dulu Draco adalah anak yang baik dan penolong dia juga ramah kepada siapa pun. Namun sikapnya berubah lama kelamaan karena sikap keluarganya yang selalu memperlakukannya dengan kasar. Semakin lama dia semakin terjun ke dunia gelap itu disanalah dia mendapatkan banyak teman gelap, disaat itulah dia mulai merasa punya orang orang yang cocok dengannya dan mulai menjadi anggota mafia yang paling ditakuti. Disana ia bertemu teman teman baru mafianya. Hidupnya sangat bahagia disana meskipun Ia tak menunjukkan kalau dia bahagia. Semua berjalan dengan lancar pada awalnya tapi lama kelamaan semua menjadi berubah. Semenjak dia menjadi mafia hidupnya berubah. Misteri misteri pun bermunculan. Termasuk misteri dibalik keluarga Kingstone dan jati dirinya sebenarnya. Bahkan misteri tentang masa lalunya yang ia tak ingat. Kemudian setelah mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya di masa lalu. Takdir dari masa lalunya kembali memilihnya untuk menjadi pejuang di dunia yang berbeda. Apakah Ia akan tetap menjadi mafia atau mengubah jalannya? Start from 27 May 2019 in wattpad

CillianVillain · 武侠
分數不夠
76 Chs

Part 53

You can't change how people think about you, so don't try. I am full of mistakes and imperfections and therefore I am real. ~ Draco

Flash on

Siang hari itu ketika jam istirahat.

"Kenneth aku minta maaf jika kita sering dipukul oleh Richard dan kelompoknya."

"Tidak apa apa. Itu kesalahan Richard bukan kesalahanmu." Ucap Kenneth

"Apa kau bilang?!" Pekik Luara sambil tertawa

Sial! Aku tidak tahu Laura dibelakangku! Batin Draco

"Tidak ada." Ucap Kenneth

"Jangan bohong padaku! Perlihatkan wajah kalian!" Kata Laura sambil menarik wajah mereka berdua dan menghapus make up yang menutupi bekas luka lebam Draco dan Kenneth.

"Kenapa kalian tak bilang padaku?!"

"..."

"Aku akan berbicara dengan Richard." Ucap Laura dengan nada marah.

"Laura, Jangan! Biarkan saja!" Ucap Draco sambil menarik tangan Laura

"Biarkan saja?! Aku tidak terima jika sahabatku dipukuli! Kenapa kau tidak membalas melawannya Drac?! Kau tidak perlu berpura pura lemah di sekolah." Ucap Laura sambil menarik tangannya dan pergi ke arah Richard yang sedang bermain skateboard bersama teman temannya.

"Ugh! Sial! Tamatlah aku." Gumam Draco

Laura langsung berjalan ke arah Richard kemudian

"Plak!"

"Laura! Apa apaan?!"

"Bukankah seharusnya aku yang bertanya padamu?! Kenapa kau pukuli sahabatku?!"

"Mereka hanya sampah tak berguna! Aku tidak suka jika kau berada di sekitar mereka!"

"Memangnya kau siapaku?! Aku bisa memilih teman sendiri! Aku tidak butuh ijinmu untuk itu! Aku bisa berteman dengan siapa saja! Kau tak punya hak untuk melarangku!"

"Aku ini pacarmu!"

"Ya! Aku tahu itu! Tapi bukan berarti kau boleh mengekangku! Itu juga bukan berarti kau bisa memukul orang lain karena kau tidak menyukai mereka!" Bentak Laura lalu pergi meninggalkan Richard

Malam harinya setelah sekolah berakhir.

Bug! Bug Bug! Bug! Bug!

Richard dan teman temannya menyeringai sambil memukuli Draco dan Kenneth yang terikat di pohon besar.

"Itu karena kau berani mendekati pacarku. Berengsek!"

"Kita hanya sahabatnya bodoh. Kenneth tidak ada hubungannya dengan kita. Lepaskan dia berengsek!" Kata Draco yang diam saja saat dipukuli.

"Lepaskan katamu?! Aku akan menghabisi pacarmu yang polos itu. Habisi Kenneth!" Kata Richard kepada teman temannya.

Bug! Bug! Bug! Bug! Bug! Bug! Bug!

"Jangan sakiti dia! Dia sahabatku berengsek! Pukul aku sebanyak yang kau mau tapi jangan sakiti dia! Bagaimana kau masih bisa berbicara setelah semua pukulan pukulan yang seharusnya menyakitkan itu? Terserah. Kau akan mati Draco."

Kata Richard sambil memukul keras Draco. Kemudian Richard mengambil pisau dari sakunya.

"Hei, Richard apa ini tidak terlalu berlebihan? Ini sudah cukup. Mereka sudah kita pukuli." Kata Mason.

"Diam!" Hardik Richard sambil menusukkan pisau ke perut Draco.

"Richard! Hentikan! Perbuatan kita selama ini kepada mereka sudah cukup. Victor belum tahu apa apa tentang ini. Bagaimana jika dia nanti tidak stuju dengan apa yang kita lakukan?"

"DIAM CODY! Kau beruntung kau adalah sepupu jauh Laura. Dia menyayangimu sehingga aku tak bisa memukulmu." Kata Richard sambil menusukkan pisau ke perut Draco lagi.

"Kelihatannya kau bahkan tak peduli pada dirimu, Drac? Oh, aku tau aku akan menghancurkan duniamu. " Sambil melirik Kenneth

"Jangan lakukan itu Richard!"

"Masih bisa bicara, huh? Aku yakin kau tak akan bisa bicara setelah ini." Kata Richard sambil menusuk perut Kenneth berkali kali. Sampai Kenneth pingsan.

"Kenapa kau lakukan itu?!" Teriak Draco

"Tidak ada alasan sih. Hanya saja aku tak menyukaimu dan aku lebih suka melihatmu seperti ini. Hancur." Ucap Richard

Kemarahan Draco benar memuncak. Tiba tiba Draco menghilang lalu ada berbagai sisa bayangannya dan berbagai asap keluar dari semak semak. Kemudian sekumpulan serigala menyerang mereka. Salah satu serigala hitam yang paling besar diantara mereka, bermata hijau, dan perutnya berdarah namun perlahan lukanya tertutup dan hilang. Merobek tali yang mengikat Kenneth dengan kukunya yang tajam kemudian mengendus Kenneth.

"Kenapa kau tidak melawan mereka atau membunuh mereka dari awal. Kau adalah mafia bukan? Kenapa diam saja?"

"Bisakah ayah berhenti mengikutiku sepanjang waktu?! Ayah seharusnya memberikanku ruang pribadi untukku bukan 24 jam mengawasiku sepanjang waktu. Dan jika ayah mengawasiku dari tadi. Kenapa ayah tidak membantu?!"

"..."

"Mungkin kata mereka benar. Ayah hanyalah psikopat yang suka membuat masalah. Kau tidak peduli sama sekali pada orang terdekat yang disekitarmu. Aku seharusnya tidak pernah berharap pada ayah." Kata Draco. Lalu membawa Kenneth pergi.

Keesokan harinya. Pagi hari yang cerah di hutan. Beberapa kawanan serigala masih tertidur dan sisanya bermain main dengan kawanan lain namunn kawanan itu tampak sangat jinak. Draco yang masih berwujud werewolf duduk di atas dahan pohon besar. Dia kelihatan marah dan sedang berpikir keras.

"Ini hari yang indah. Seharusnya kau berbahagia. Bukannya murung diatas dahan pohon." Tanya kakek Draco

"K-kakek? Bagaimana kakek bisa tahu? Bukankah kata ayah tidak ada keluarga yang tahu?"

"Kakek hidup cukup lama. Kakek tahu segalanya. Well, hampir segalanya."

"Aku mau menceritakan sebuah kisah untuk cucuku. Garis keturunan Kingstone adalah garis penyihir, ksatria, dan pemburu. Semua Kingstone selalu bermata biru namun pada suatu saat garis keturunan itu terkena kutukan dari seorang penyihir sebelum penyihir itu mati terbunuh dia pernah bilang bahwa garis keturunan ayahmu akan menjadi malapetaka bagi dunia. Dan seorang iblis yang ditakdirkan untuk menghancurkan dunia akan lahir terus menerus melalui garis keturunan ayahmu."

"Jadi ayah dan aku adalah salah satu kutukannya? Itu brarti salah satu anakku juga akan seperti itu? Lalu cucuku juga? Tapi, bagaimana bisa?"

"Itu semua berawal dari kesalahanku." Ucap Max

"..."

"Sebenarnya ayahmu dulu adalah pemuda yang polos, penyendiri, tidak suka berpesta, berpakaian sederhana, dan anak yang pintar namun dia pendiam. Persis sepertimu. Lalu Rossie Krystall masuk ke dunianya dan meracuni otaknya yang polos itu. Hal itu juga merupakan kesalahanku Rossie bisa masuk ke dunia Charles. The only mistake that I regret is I cannot make someone understand a message they are not ready to receive. Your father was never ready and I always push him to hard. So, It was my fault that he become like that. I don't want the same thing happend to you. A time will come in your life when some people will regret why they treated you wrong. Trust me, it will definitely come. "

"Until when?"

"Passion is the key. Your future needs you. Your past doesn't. Forget about the awfull past. Move on. Time is precious, don't waste it."

"But, I don't feel alive. I feel death. I feel horrible. I feel useless. I'm fail as a friend."

"When life give you a hundred reasons to break down and cry, show life that you have a millions reason to smile. Do something to remind yourself that you are alive. Like a family, friends, brotherhood. Never hate yourself for your mistakes in the past. Love yourself first because that's who you will be spending the rest of your life with. Learn from your mistakes. "

"What am I supposed to do?"

"Tidak ada yang pernah bilang dunia ini baik dan adil. Mereka tidak layak dan tidak pantas untuk kau hadapi. Jika kau memang mau mengalahkan mereka. Cari kelemahan mereka. Setiap troublemakers punya masalah sendiri. Cari masalah terbesarnya. Mulai dari ketuanya yang mengontrol segalanya, baru yang paling menyusahkan. Ngomong ngomong carilah topeng untuk sebuah masquerade party malam ini." Kata kakek Draco lalu menghilang meninggalkan sisa sisa bayangan lalu perlahan bayangan asap itu menghilang.

Topeng? Pesta? Untuk apa? Batin Draco

"Hei! Aku kira aku mendengar suara perbincangan disini. Kau berbicara dengan siapa tadi, Drac?" Tanya Charlie yang baru saja tiba.

Draco langsung berubah menjadi manusia lagi.

"Aku bicara pada diriku sendiri. Kenapa mencariku, Charlie? Apa kau perlu sesuatu?"

"Ya, aku sangat butuh pendapatmu tentang cincin ini?" Tanya Charlie sambil mengeluarkan kotak berisi cincin.

Draco langsung tersenyum lebar.

"Kau akan melamarku?" Canda Draco sambil cekikikan

"Apa?! Tentu saja Tidak!!"

"Jadi, kau akan melamarnya sekarang?"

"Ya, malam ini. Bagaimana menurutmu?"

"Cincin itu indah dan cocok untuknya."

"Baiklah, doakan aku berhasil." Kata Charlie sambil melangkah pergi

"Aku tidak perlu mendoakanmu Charlie. Victoria pasti sudah menerimamu!" Teriak Draco.

Kenneth terbangun dari tidurnya. Dia sekarang berada di rumah sakit dan tepat disebelahnya Lucas sedang duduk menunggunya.

"Lucas, bisakah aku minta sesuatu yang sangat penting padamu."

"Tentu, apapun nak."

"Bisakah bisa kau mencari Elisa Johnson. Dia ibuku. Waktu umurku 4 tahun aku kehilangan ibuku di sebuah parade. Aku mencarinya tapi aku tak bisa menemukannya sampai polisi menemukanku. Karena itu hampir sepanjang hidupku aku tinggal di panti asuhan. Aku kabur berkali kali dari panti asuhan. Berpikir bahwa aku bisa mengurus diriku dan menemukan ibuku. Aku benar benar ingin menemuinya. Hanya ibuku satu satunya keluarga yang kupunya. Aku bahkan tidak mengenal ayahku. Kumohon Lucas, dia sangat penting bagiku."

"..."

"Lucas?"

"..."

"Lucas!"

"..."

"Kau mendengarku Lucas?" Kata Kenneth sambil menepuk pundaknya.

"Oh, ehm y-ya. Aku mendengarmu. Aku hanya butuh waktu sebentar." Kata Lucas sambil beranjak pergi ke luar pintu rumah sakit.

Apakah aku mengucapkan sesuatu yang salah? Batin Kenneth.

Beberapa menit kemudian Lucas kembali sambil mencabut infusnya dan memberi Kenneth pakaian untuk berganti.

"Aku akan menunggumu di luar jika kau selesai."

"Eh? Secepat itu kau menemukannya?"

"Well, kita punya Robert." Kata Lucas dengan ekspresi datarnya.

Ketika mobil Lucas sudah sampai di depan apartemen kecil. Mereka pun turun dan menuju kamar yang dituju.

Kenneth mengetuk pintu itu sedangkan Lucas menunduk dengan memakai topi mafianya jadi wajahnya tak kelihatan.

Tak lama kemudian seorang wanita berumur 30an membukakan pintu.

Kenneth terlihat senang.

"Maaf apa yang bisa dibantu."

"Apakah anda Elisa Johnson?"

"Ya, itu benar. Apa ada keperluan?"

"Hey, bu. Ini aku Kenneth. " Kata Kenneth sambil ingin memeluk ibunya itu namun ibunya mundur dan menolak. Sedangkan Lucas diam seribu bahasa dan masih menunduk.

"Oh-ehm Kenneth. Kau sudah 14 tahun sekarang. Kau sudah besar dan kau kehilatan baik baik saja. Tapi maafkan ibu karena Ibu tidak bisa."

"Apa aku kelihatan baik baik saja?! Hampir seumur hidupku aku kabur dari semua panti asuhan karena aku tak mau tinggal di panti asuhan. Aku hanya ingin ibuku kembali! Selama ini aku selalu mencarimu kemana mana dan ini yang ibu bilang padaku? Aku punya banyak masalah bu! Aku tidak tahu harus bagaimana tanpa ibu."

"Usiaku masih 18 tahun saat itu. Aku diusir dari rumah oleh keluargaku. Aku tak bisa mengurusmu. Saat kau kehilanganku di parade. Itu bukan kesalahanmu. Aku melihatmu bersama polisi polisi itu. Kemudian aku berpikir bahkan polisi itu merawatmu lebih baik daripada aku. Jadi itu bukan sepenuhnya kesalahanmu saat kau kehilanganku di parade. Itu kesalahanku. Kau bahkan punya hidup yang lebih baik dariku sekarang. Aku tidak pantas menjadi seorang ibu bagimu Kenneth."

"Apa yang membuatmu tak pantas menjadi ibuku?"

"Aku tak punya uang saat itu. Jadi aku menjual diriku di club. Suatu saat ada seorang mafia Italia sadis yang kaya raya dan selalu membayar mahal-

"Ayahmu adalah mafia Italia itu." Ucap Lucas sambil membuka topinya dan menatap tajam Elisa.

"L-Lucas Changretta?"

Flash off

***

"Kenapa pesawat yang dinaiki Robert tidak ada di GPSku. Aku baru saja ketiduran sepanjang siang ini. Apa aku melewatkan sesuatu?" Tanya Ray

"Yup, aku sudah menyuruh beberapa orang memeriksa CCTV terdekat dengan pesawat itu. Alasan pesawat itu tak pernah terbang karena Vincent melemparkan bom bola pada Luke dan Luke memukulnya dengan tongkat bisbol hingga mengenai pesawat itu dan akhirnya meledak." Kata Charlie

"Apa?! Jadi mereka dimana sekarang?" Tanya Ray

"Entahlah, Ray. Ponsel mereka dan barang barang mereka hancur bersamaan di dalam pesawat. Dan tadi aku mendengar bahwa ada mobil yang keluar jembatan. Kau tahu mobil itu rusak lumayan parah. Korbannya pasti patah tulang." Ucap Charlie

"Entah kenapa aku malah khawatir." Ucap Ray

"Kenapa kau khawatir? Mereka bukan anak anak. Mereka pasti baik baik saja. Mereka bisa menjaga diri mereka sendiri."

"Kau salah Charlie. Satu satunya orang yang dewasa disana hanyalah Robert. Watak Robert yang pemarah dan tidak sabar sama sekali tidak cocok dengan dua anak nakal yang ceroboh dan tolol. Vincent pembawa sial, ceroboh, tak bisa diandalkan, dan bodoh tapi terkadang dia bisa jadi serius entah karena apa. Sedangkan Luke adalah anak kecil usil yang suka menertawakan orang bila menderita, ditambah dia seperti amnesia. Dia sering melupakan sesuatu tapi percayalah dia anak yang pendendam. Jika kau membuatnya marah. Habis sudah." Jelas Ray

Aku jadi ingat cerita sebenarnya tentang kematian istri Luke adalah berkat sekelompok gangster. Saat istrinya hamil 9 bulan. Ketika istrinya sedang pergi menuju perusahaan Luke. Dia dipukuli oleh sekelompok gangster habis habisan. Ketika istrinya dibawa ke rumah sakit hanya bayinya saja yang selamat. Meskipun sekelompok gangster itu telah dipenjara. Namun Luke masih belum puas. Luke sangat marah saat itu jadi dia berlatih tinju untuk membalas ulah gangster itu. Saat dia berlatih. Dia bertemu dengan Tom yang sedang duduk mengamatinya. Itu adalah pertama kalinya Luke bertemu dengan Tom. Meskipun Tom tidak bertinju lagi dan Tom awalnya tidak mau melatih Luke. Namun lama kelamaan Thomas juga melatihnya karena Luke mengingatkan Thomas pada dirinya yang masih muda. Seseorang yang masih ingin menikmati kehidupan dan masa mudanya dan bersenang senang. Setelah Luke siap. Luke langsung menghajar polisi polisi tanpa alasan untuk masuk ke penjara yang sama dengan gangster gangster itu. Setelah dia masuk penjara. Dia membunuh satu per satu kelompok gangster itu dengan sadis. Ada yang dia pukuli sampai mati. Ada yang ia gantung. Ada yang hantamkan kepalanya sampai mati di kamar mandi. Ada yang ia bunuh dengan bantal. Namun sampai akhirnya dia bebas dan sampai sekarang pun tak ada yang mengetahui bahwa dia yang membunuh sekelompok gangster itu. Batin Charlie

"Aku harap Robert baik baik saja." Ucap Charlie

"Aku sudah memprediksi dia tak akan bertahan sampai 4 hari." Kata Ray

"Kenapa?" Tanya Charlie

"Ini masih siang hari dan yang pasti dia terus terusan terluka berkat kebodohan mereka."

"Bagaimana kau bisa tahu, apa yang akan terjadi pada Robert?" Tanya Charlie

"Oh, percayalah Charlie. Aku pernah mengalaminya, mereka akan membuatmu darah tinggi. Kau belum pernah terjebak bersama mereka berhari hari. Mereka beruntung hanya terjebak bersama Robert. Bukan Tom. Jika Thomas yang terjebak bersama mereka. Aku jamin mereka langsung babak belur karena Tom yang suka mengamuk." Jelas Ray

Kemudian Ray menoleh ke arah Draco yang masih terlelap dengan mimpi mimpi buruknya. Tidurnya kelihatan sama sekali tidak tenang.

"Aku rasa adikmu mimpi buruk."

"Apa-

"DIABLO JANGAN!!" Kata Draco yang langsung terbangun dari tidurnya bersamaan dengan secara tidak sengaja Draco mengeluarkan api besar dari tangannya dan membakar pesawat bagian depan.

Ray dan Charlie terkejut termasuk Draco sendiri.

Diablo, cepat lakukan sesuatu!

Itu salahmu! Bukan salahku. Kau kira aku punya kekuatan air dan es?! Tempat tinggalku di api neraka. Kau mau berharap apa? Hanya Darius yang punya kekuatan itu.

"Sial! Charlie ambil pemadam kebakaran di sebelahmu, dan cepat matikan apinya sebelum pesawatnya meledak!"

Charlie langsung mengambil pemadam kebakaran itu dan memadamkan api.

Sedangkan Draco langsung berlari ke kamar mandi dan mengunci diri untuk menenangkan diri dan berbicara pada Diablo.

"Kenapa aku harus mengalami mimpi buruk. Kukira semua ingatanku sudah kembali."

Dari dalam tubuh Draco keluarlah bola api yang hidup.

"Ingatanmu belum sepenuhnya kembali. Ingatanmu kembali dari ingatan yang baik baik menuju yang buruk. Saat ini yang sudah sepenuhnya kembali adalah ingatanmu yang baik. Sedangkan yang tadi adalah mimpi terburukmu. Ingatan burukmu akan kembali jika kau tertidur. Kau beruntung kau belum meledakkan seisi pesawat dan menewaskan semua temanmu."

"Dasar gila! Beruntung katamu?! Aku hampir meledakkan pesawat karena apiku. Kenapa kau yak bilang padaku bila hasilnya seperti ini dari awal. Kebohongan apa lagi yang belum kau katakan padaku, huh!"

"Sebagian besar kekuatanku belum kembali. Kekuatanku sepenuhnya disegel oleh Leo dan hanya dia yang bisa membukanya. Aku takut aku tak bisa menolong teman temanmu."

"Apa?! Jadi kau bilang padaku sekarang teman temanku sedang menuju maut!?"

"Tenanglah Drac, jika kau marah kau bisa meledakkan pesawat ini. Karena kekuatanmu perlahan kembali. Salah satu kekuatan terkuatmu adalah bisa melihat masa lalu dan masa depan, menguasai elemen dan elemen yang terkuat padamu adalah api."

"Tenang katamu?! Aku melihat semuanya. Semua hal buruk. Bahkan aku melihat Collins dengan berbagai kekuatan mengerikan! Aku bahkan bisa melihat hal hal mengerikan yang dia lakukan. Kau adalah iblis yang berbahaya dan bodohnya aku bisa membuat kesepakatan padamu!"

Tok! Tok! Tok!

Drac, apa kau baik baik saja? Tanya Charlie yang berada di depan pintu kamar mandi

"Y-ya aku baik Charlie. Aku hanya butuh waktu sendiri."

"Apa kau benar benar baik baik saja? Karena kelihatannya kau tak kelihatan baik baik saja karena kau hampir membunuh pilot dan meledakkan pesawat."

"Ya, aku sungguh baik Charlie. Aku hanya butuh waktu untuk menenangkan diri."

"Baiklah jika kau sudah selesai kita bisa bicarakan ini diluar." Kata Charlie sambil melangkah pergi dari depan pintu toilet.

"Dengar, aku minta maaf aku tak bilang ini kepadamu sebelumnya. Karena aku tak punya pilihan lain!"

"Pilihan lain!? Apa maksudmu?!"

"..."

Tiba tiba ponsel Draco berdering.

"Ada apa paman Chris?"

"Dor! Dor! Dor! Dor! Dor! Paman Steve dan Cedric Carter dijebak dan diculik. Kemudian dibawa ke Italia. Aku yakin The Black Hawk membawanya. Aku sedang sibuk disini bersama paman Sebastian. Ayahmu akan segera datang membantumu. Paman harus pergi. Ada misi yang harus kuselsaikan." Kata Chris sambil menutup telepon

"Kau tahu segalanya?! Kenapa kau tak bilang padaku!?"

"Jika aku mengatakan semua yang terjadi di masa depan. Segala hal yang baik pasti juga akan menghilang. Dan jika kau menghalangi hal buruk yang terjadi di masa depan. Hal buruk besar lainnya akan datang. " Kata bola api itu sambil menghilang

Tiba tiba Draco teringat sesuatu kemudian berpikir sejenak.

Kemudian membuka pintu kamar mandi dan menghampiri Ray.

"Wow, santai saja saudaraku. Kenapa kau terburu buru?" Tanya Charlie

"Kapan pertama kali kau kenal Thomas Wolfhard?" Tanya Draco pada Ray.

"Well, saat aku berumur belasan tahun aku bertemu dengannya beberapa kali karena ayahku dan ayahnya adalah teman bisnis besar. Ayahnya pemegang perusahaan besar sama seperti ayahku. Dulu kami termasuk 10 orang terkaya di dunia namun saat pesta itu..."

"Kenapa pestanya Ray?"

Ketika ayahku mengadakan pesta dansa. Usiaku dan Tom masih belasan tahun. Tom dan adiknya datang duluan ke pesta itu.

Flash on

"Hei! Thomas bergembiralah! Ini pesta kenapa wajahmu sangat tak bersahabat Dan ngomong ngomong dimana orang tuamu?" Tanya Ray yang berusia belasan tahun

"Aku sedang bertengkar hebat dengan ayahku. Mereka akan menyusul nanti. Mereka masih berada di rumah memperdebatkan tentang aku. Kami bertengkar karena aku selalu saja dipaksa melakukan apa yang dia mau. Seperti belajar, memegang perusahaan, tata cara dan menaati peraturan. Aku lebih suka melanggar peraturan seperti, menghajar seseorang atau bermain skateboard seperti anak anak lain. Ayahku ingin aku dewasa namun aku tidak ingin bertumbuh dewasa sepertinya. Aku masih ingin menikmati masa masa mudaku dan kehidupanku."

"Well, ini pesta lupakan saja pertengkaran bodoh itu. Bersenang senanglah!" Ucap Ray sambil merangkul Thomas

"Mudah bagimu untuk mengatakan itu. Karena kau menyukai bisnis Ray." Ucap Tom

"Sebenarnya tidak juga. Kau tahu kenapa aku menyukai bisnis dan menjadi bagian besar dari perusahaan ayahku? Itu karena aku lebih suka memanipulasi musuh musuh bisnis ayahku. Entah kenapa aku pandai sekali menemukan kelemahan orang. Itu yang aku sukai."

"Well, sepertinya kau mengerikan bung."

"Kau lebih mengerikan karena suka menghajar orang. Kau memang satu satunya temanku yang paling troublemaker" Kata Ray sambil tertawa namun tawanya berhenti ketika melihat ambulan dan para pemadam kebakaran melewati rumahnya.

Kemudian Ia melihat wajah ayahnya yang berubah drastis ketika menerima telepon.

"Ayah, ada apa?" Kata Ray sambil mendekati ayahnya

"Beberapa perusahaan Leonard meledak dan seluruh kekayaan Wolfharf jatuh ke tangan orang lain."

"Apa?! Bagaimana bisa?"

"Thomas... Ini tentang orang tuamu. Mereka telah tiada. Mereka baru saja meninggal karena kebocoran gas di rumahmu."

"Apa?! Tidak mungkin!! Mereka masih hidup!!! Ini tak bisa dipercaya!!" Kata Thomas berlari pergi menuju rumahnya.

"Thomas! Tunggu!" Ucap Ray

Flash off

"Saat itulah Thomas dan adiknya jatuh miskin. Kehidupan mereka mulai kacau. Dan aku harus menjadi teroris di usiaku yang sangat muda. Aku beruntung dulu bertemu dengan Robert yang sangat pandai meretas." Kata Ray

***

"Robert aku sudah menyetir berjam jam. Aku lelah menyetir. Aku butuh istirahat."

"Kau mau aku menyetir? Apakah kau benar benar ingin orang yang baru patah lengan menyetir?"

"Lalu kita harus bagaimana?" Tanya Luke yang masih menyetir.

"Vincent akan menyetir." Ucap robert dengan berat hati.

"Kau serius?"

"Ya, berhentilah di minimarket sebentar untuk beristirahat."

Luke pun berhenti di depan minimarket. Mengganti jasnya dengan kaos putih polos dan jaket. Kemudian dia naik ke mobil lagi dan langsung menghisap narkoba di depan Robert.

"Hei! Luke hentikan! Apa kau sudah gila?! Ketika aku bilang kau boleh istirahat bukan berarti kau bisa menghisap narkoba!!! Dan Vincent! Apa kau baru saja memberi anjingnya narkoba?! "

"Kau mau mencoba Robert?" Kata Luke teler.

"Tidak! Kalian benar benar membuatku gila! Aku benar benar butuh istirahat dan tidur siang. Vincent setir mobilnya!" Kata Robert sambil bertukar tempat dengan Vincent.

"Kurasa Luke terlalu banyak menghisap narkoba." Ucap Vincent

***

Luke dan Robert yang baru saja terbangun dari tidurnya menyadari bahwa mereka bukan berada di Dallas.

"Hei, Robert!! Kau lihat bendera itu? Aku rasa kita tidak berada di Dallas. Itu seperti perbatasan. Tulisannya Meksiko?!" Kata Luke yang melihat dari kejauhan.

"Oh, Tuhan!!! Vincent?!"

"Vincent. Kenapa mobilnya ada di Meksiko? Bukannya kita akan mencuri pesawat tempur tersembunyi yang ada di Dallas?"

"Vincent! Hentikan mobilnya dan katakan yang sebenarnya!"

Vincent pun memberhentikan mobilnya.

"Aku pergi ke Meksiko karena aku ingin melihat puteraku."

"Apa?! Putera?!"

"Kau pasti bercanda. Kau kan hanya punya seorang putri yang berumur 8 tahun namanya Alice!"

"Aku sudah merahasiakan ini dan menutupinya sejak lama. Aku punya seorang putera namanya Alexander Travolt. Dia adalah saudara kembar Alice. Sebelum istriku kecelakaan dan mobilnya meledak. Dia membawa puteraku pergi bersamanya. Aku mengira puteraku sudah mati karena jasadnya tak ditemukan namun malam yang sama setelah Ray tertembak. Sebelum aku memanggil Draco. Charles Kingstone datang menemuiku. Dia tahu segalanya tentang puteraku. Dia bilang puteraku selamat. Karena sebelum mobil meledak seseorang menculiknya. Charles bilang Alex berada di Meksiko. Dia bahkan memberikanku alamat tempat puteraku bersekolah. Charles bilang dia pernag berada di lokasi kejadian saat itu. Alasan dia tak segera merebut Alex itu karena dia terlalu terlambat untuk itu semua. Dia terlambat menyelamatkan anakku karena ketika ia mengejar anakku. Mobil istriku meledak. "

"Kau percaya padanya?" Tanya Robert

"Dia sudah menyelamatkan Ray dengan cara yang mustahil. Dia bahkan memberikanku penglihatan saat kejadian itu terjadi. Sekarang aku mau kalian duduk yang lurus dan tetap tenang dan jangan katakan apa apa. Terutama untukmu Luke. Karena kau habis memakai narkoba. "

"Bukankah itu mencurigakan jika mereka bertanya padaku?"

"Biar aku yang menangani semuanya." Ucap Vincent

"Vincent, polisi itu menatapku." Ucap Luke

"Luke tenanglah."

Sesampai di perbatasan Meksiko. Seorang polisi Meksiko berjalan mendekati mereka.

"Sial."

"Apa kalian warga Amerika?" Kata polisi itu

"Ya, benar. Kecuali yang dibelakangku ini berasal dari Irlandia. Namun dia sudah menjadi warga Amerika." Ucap Vincent.

"Bisa kulihat paspor kalian?"

"Kami tidak punya paspor. Masalahnya paspor kami baru saja kami ledakkan."

"Apa yang salah dengan temanmu itu? Kenapa matanya berkaca kaca? Apakah dia habis berpesta?"

"Luke sedang tidak sehat hari ini." Ucap Vincent

"Apa dia memakai narkoba? Bagaimana dengan anjingnya apakah dia memakai narkoba juga? Karena matanya berkaca kaca dan seperti orang teler. Matikan mobilnya dan serahkan kuncinya."

Vincent pun mematikan mobilnya dan menyerahkan kuncinya pada polisi itu.

"Tunggu disini." Ucap polisi itu.

"Apa aku ketahuan?"

"Tidak kita tidak apa apa." Ucap

Vincent sambil melepas safety beltnya.

"Bung, jantungku seperti mau lepas." Ucap Luke

Vincent kemudian membuka pintu mobil, mengambil dua tas berisikan senjata, sekotak penuh cairan berwarna ungu, mengambil anjing Draco lalu berlari pergi

"Hei, Vincent apa yang akan kau lakukan?" Tanya Robert

***

Robert diborgol di meja didalam mobil tahanan sedangkan Luke berada di lapangan tempat kriminal berada.

"Robert Severus, membawa senjata api dan membawa narkoba. Memangnya kau mafia?"

"Aku bukan mafia, aku sudah bilang aku terdampar disini karena temanku secara tidak sengaja meledakkan pesawat kamin Jadi paspor kami tinggal disana. Seharusnya kami berada di Dallah namun temanku yang kabur itu membawa kami kesini. Berapa kali kau bertanya padaku. Aku akan tetap menjawab dengan jawaban sama."

"Tidak tahu mau kemana, Tidak punya identitas. Kau benar benar seperti kriminal."

"Aku ingin bicara dengan pengacaraku dan kedutaan Amerika. Aku orang Amerika. Aku punya hak."

"Selamat datang di kedutaan Amerika."

"Itu tak bisa diterima." Ucap Robert

Polisi polisi tersebut langsung tertawa.

"Apa yang kalian tertawakan? Ini sama sekali tidak lucu." Ucap Robert

"Kalian orang Amerika menyelinap di negara kami. Membawa senjata dan narkoba. Kau juga membawa salah satu temanmu Luke Bernadeath yang ounya catatan kriminal terbanyak diantara kalian."

"Sudah kubilang kami tidak menyelinap masuk. Kalianlah yang menahan kami."

Brak!

Salah satu polisi menggebrak meja di depan Robert. Namun Robert sama sekali tidak takut.

"Aku mulai bosan dengan sikap angkuhmu."

"Kau membawa narkoba, senjata ilegal, dan seorang kriminal melintasi perbatasan internasional. Ini masalah serius." Ucap polisi yang lain sambil membawa narkoba Vincent dan Luke kemudian pergi.

Aku bersumpah kalian masuk ke daftar targetku. Akan kubantai seluruh polisi Meksiko di perbatasan ini setelah masalahku selesai. Batin Robert

Vincent menaruh anjing Draco dan sekotak penuh serum serum berawarna ungu di mobil tahanan Robert. Kemudian pergi mencari Luke. Vincent menembaki polisi satu per satu dengan senjata api yang sudah dipasangi silencer agar tidak menimbulkan keributan.

Sementara itu polisi polisi lain memukuli Luke sambil berkata.

"Jadi ini kriminal yang memakai narkoba?! Luke Beenadeath. Ayahmu sungguh jendral yang terhomat namun anaknya adalah seorang kriminal yang memalukan. Ayahmu pasti malu mempunyai putera sepertimu." Kata salah satu polisi yang meninju Luke sampai tersungkur.

Luke sangat marah karena perkataan polisi tadi. Ia langsung menghajar polisi polisi Meksiko yang menyerangnya tadi.

Ketika salah satu polisi itu mau menembak Luke. Vincent langsung menembaki orang itu.

"Luke kau tidak apa apa?" Tanya Vincent

"Aku tidak apa apa hanya saja mereka membuatku kesal dengan menyebut ayahku."

"Luke, lihat aku." Kata Vincent sambil sedikit membungkuk.

Luke pun menatap Vincent dengan sedikit kesal.

"Orang orang rendahan ini tak layak kau hadapi. Jika kau mau membalas mereka pasang bom bom ini. Kau pasti tahu sendiri letaknya untuk membuat kekacauan. Buatlah kekacauan semaumu tetapi cepatlan karena aku ingin membebaskan Robert." Kata Vincent sambil menyerahkan satu tas senjata yang kebanyakan berisikan bom.Luke langsung mengambil tas itu lalu pergi.

Vincent menyalakan mobil tahanan Robert dan melaju ke arah Luke yang berlari sambil menembaki polisi polisi yang mengejarnya. Vincent langsung berhenti dan membiarkan Luke naik sejenak kemudian melaju pergi.

Sementara Robert terguncang guncang ketika Vincent menghindari tembakan polisi polisi. Robert terjatuh kemudian menendang mejanya sampai lepas kemudian melepas borgolnya.

"Sial!" Ucap Robert sambil terhantam ke kanan dan ke kiri karena Vincent berbelok belok untuk menghindari para mobil polisi yang mengejarnya. Sedangkan Luke menembaki mobil mobil polisi dengan senjata rifflenya.

"Menepi." Ucap mobil polisi yang berada di belakangnya.

"What the fuck!" Ucao Robert ketika melihat gerombolan polisi yang mengejarnya.

"Menepilah untuk ini polisi berengsek!" Kata Luke sambil menekan tombol untuk meledakkan bom yang sudah ia pasang di beberapa perbatasan tadi.

Duarrr! Terdengar suara ledakan dari perbatasan Meksiko.

Kemudian salah satu mobil polisi mendekati mobil tahanan yang disetir Vincent.

"Hentikan mobilmu." Ucap salah satu polisi yang menyetir mobil itu sambil melaju tepat di depan mobil tahanan yang disetir Vincent.

"Apa katamu? Aku tidak dengar!" Ucap Vincent sambil menabrak mobil polisi yang di depannya sampai mobil itu jatuh terguling. Sedangkan Luke masih saja menembaki semua mobil mobil polisi yang mengejarnya sampai hanya tersisa satu mobil polisi saja.

Namun satu ban mobil tahan yang disetir Vincent meledak karena ditembak salah satu polisi yang tepat berada dibelakangnya sehingga menyebabkan mobil tahanan Vincent jatuh berguling guling yang menyebabkan Robert terhantam keras berkali kali. Kemudian mobil itu lama kelamaan berhenti berguling dan digantikan dengan posisi terbalik.

"Owhhh, sial." Ucap Vincent sambil membuka pintu mobil.

"Perjalanan ini hanya memperparah tanganku yang patah." Ucap Robert.

"Cukup sudah, kesabaranku benar benar habis." Ucap Luke sambil menendang pintunya. Kemudian bersembunyi di balik mobil tahanan itu.

Ketika salah satu mobil polisi mendekat dan dua oramg polisi keluar untuk mendekati mobil tahanan. Luke langsung menembaki kepala mereka berdua dengan pistolnya.

Vincent yang cedera langsung membuka bagian belakang untuk membebaskan Robert.

"Hei! Aku tidak akan pernah membiarkanmu menyetir lagi selamanya!! Dan jangan tanya padaku apakah aku baik baik saja karena jawabanku aou sangat tidak baik baik saja. Kau hanya memperparah kondisiku Vincent. Sekarang dimana kita!?!" Tanya Robert

"Di Meksiko untuk mengambil anak Vincent kembali. Namun tugas itu hanya untuk Vincent. Tugas kita berdua adalah mencari rumah orang yang menculik anak Vincent. Dan kau akan membantu kami." Kata Luke

"Bagaimana dengan misi utamanya?!"

"Lupakan misi utamanya untuk kali ini saja Robert. Kemudian setelah semua selesai. Aku akan berjanji aku akan mengikuti misi utamanya." Ucap Luke sambil memegang dua tas berisi senjata.

"Baiklah. Terserah apa katamu." Ucap Robert sambil turun dari mobil tahanan mengambil sekotak serum ungu dan meletakkannya ke mobil polisi itu.

"Kali ini aku yang menyetir. Aku sudah trauma jika Vincent yang menyetir."

"Baiklah terserah padamu, bung Ucap Vincent sambil duduk disebelah Robert.

Sedangkan Luke seperti biasanya dia duduk dibelakang bersama Rex.

Sambil menyetir...

Bugh! Robert langsung memukul wajah Vincent.

"Robert! What the fuck?!"

"Itu untuk semua tindakan bodohmu yang kau lakukan padaku dan karena kau tak pernah bilang kau punya anak laki laki. Kita sahabat kau seharusnya bisa bilang padaku untuk mencari anakmu yang hilang itu. Bukannya menyimpan rahasia itu untuk selamanya dan baru mencarinya secara mendadak! Tinjuan itu juga karena kau selalu mengacau."

"Baiklah, aku minta maaf, oke! ?Aku minta maaf atas semua tindakan cerobohku. Aku seperti ini karena aku sudah tidak punya Lucy lagi! Aku tak bisa melakukan hal dengan 100% benar tanpanya! Tanpa Lucy aku hanya orang bodoh! Aku hanya seorang mafia yang selalu melakukan tindakan yang bodoh! Lucy selalu saja menghilangkan penderitaannya dengan lelucon dan tawa. Sedangkan aku sudah mencoba selama bertahun tahun caranya namun yang tetap kurasakan hanyalah rasa sakit yang tak bisa hilang! Jadi aku selalu melampiaskan rasa sakitku pada semua jalang yang ada di di club, menghisap narkoba dan membunuh orang untuk menghilangkan penderitaan dan rasa sakitku! Karena itu aku minta maaf karena aku tak bisa melakukan segala sesuatu dengan benar. Aku minta maaf karena selalu mengacau!" Ucap Vincent dengan mata sedikit berkaca kemudian mengusap hidungnya yang berdarah tetus terusan karena ditinju Robert.

"..."

"Dengar, aku minta maaf. Aku tak pernah tahu itu jika kau tak pernah bilang. Maaf, aku meninjumu."

"Aku minta maaf juga atas semua tindakan bodoh yang kulakukan." Ucap Vincent

"Hidungku masih berdarah." Ucap Vincent

"Periksa laci mobil. Mungkin ada kotak P3K disana. Bersihkan dirimu." Ucap Robert sambil fokus menyetir.

Vincent kemudian membuka laci dan menemukan pistol disana.

"Lihat benda ini. Ini Desert Eagle. Salah satu pistol favoritku. Aku tak menyangka polisi itu masih meninggalkan salah satu senjata di mobil."

DOR!

Mata Robert membelalak sekaligus terkejut. Mulutnya bungkam seperti menahan teriakan Namun Ia masih saja menyetir. Mata Luke membelalak bersamaan dengan mulutnya yang tercengang. Sedangkan Vincent hanya dapat memandangi paha Robert yang tertembak.

"Oh sial!" Ucap Vincent

Robert langsung menoleh tajam pada Vincent lalu berteriak sekeras mungkin.

"Aku tidak percaya. Aku melakukan itu."

"Aaaggghhhhhh!!!!"

"Maaf, Robert. Aku menyesal."

"Arggghhh!"

"Aku mengacaukan semuanya lagi. Aku kira itu tidak terisi. Aku memang menyusahkan. Menepilah."

"Tidak, aku akan terus melaju."

"Robert menepilah saja."

"Tidak, aku tidak mau, Tidak ini tidak terjadi. Ini tidak terjadi!! KENAPA??!!" Teriak Robert

"AKU SEDANG PANIK! RASANYA PERIH!!!" Teriak Robert

"Arggghhhh!"

"Jangan panik! Jangan panik! Jangan panik!" Kata Luke menenangkan Robert meskipun dirinya sendiri panik.

"Menepi! Menepi!" Ucap Vincent panik

Mobil yang disetir Robert akhirnya menepi dan berhenti.

Vincent langsung turun dan membuka pintu Robert.

"Oh tidak. Aku sangat menyesal."

"Jangan khawatir." Ucap Robert

"Kita harus ke rumah sakit." Ucap Luke panik

"Tidak. Kita tidak boleh menghabiskan lebih banyak waktu lagi. Beberapa km lagi aku tahu suatu tempat yang sangat membantu. Tempat itu milik sahabatku yang bernama Calvin Crane. Jika dia ada disana maka itu sangat membantu. Jika tidak maka kita bisa pinjam pesawat jetnya." Ucap Robert

Vincent langsung menyobek bagian jasnya dan membalutnya ke paha Robert untuk menghentikan pendarahannya.

***

"Jadi dia tinggal di garasi?" Tanya Luke yang sudah berada di depan garasi yang sedikit tua.

"Tidak, ini hanyalah salah satu gudangnya saja." Ucap Robert yang masih berada di semak semak mencari salah satu kunci.

"Apakah kita perlu kuncinya. Karena sepertinya tempat ini tidak terkunci." Ucap Luke sambil membuka garasi itu dengan mudah.

"Apa? Bagaimana mungkin?" Tanya Robert

"Mungkin dia ada di dalam." Tebak Luke

"Pantas saja aku daritadi tidak menemukan kuncinya."

"Tempat ini keren. Jadi Calvin Crane adalah jenius seperti Robert." Kata Luke ketika memasuki tempat dengan berbagai robot dan alat alat canggih yang sudah lagi tidak aktif terlebih dahulu. Sedangkan Vincent dan Robert masih berada puluhan langkah di belakangnya.

"Vincent, apa kau mencium sesuatu?" Tanya Robert yang berada di bagian semak semak.

"Ya, ehm. Maksudku-

"Jangan bilang kalau aku telah menginjak air senimu."

"..."

"Pfftt, Bhahahahahahahaha. Aku rasa kau menginjak air seni Vincent. Hahahahahaha." Kata Luke sambil tertawa terbahak bahak.

"Eww! Vincent! Kau kencing sembarangan seperti anjing! Bisakah kau bilang daritadi kau kencing disini?!" Ucap Robert sambil menjauh dan lergi ke dalam garasi.

"Aku sudah bilang kan, aku ingin kencing. Apakah aku harus bilang padamu dimana letak aku pipis setiap kali aku kencing?!" Balas Vincent sambil mengikuti Robert

"Ughh! Vincent sialan!"

"Baiklah, aku minta maaf Robert. Kita harus pergi dari sini."

"Tunggu, dimana kotak koper berisikan serum ungu yang kau bawa, Vincent?" Tanya Robert

"Kotaknya ada di Luke. Bukan aku yang memegangnya."

"Apa?! Aku tak memegang kotak itu. Kau yang memegangnya."

"Aku memberikan kotak itu padamu dasar pikun!"

"Apa? Benarkah? Aku lupa aku menaruhnya dimana."

Robert langsung menutup mukanya dengan perasaan geram sekaligus mencoba untuk sabar.

"Aku benar benar akan membunuh kalian berdua." Kata Robert

"Sssttt."

"Beraninya kau menyuruhku diam." Ucap Robert kepada Luke

"Tidak, kau dengar itu?" Tanya Luke ketika suasana semakin sunyi maka suara itu terdengar suara seperti barang barang jatuh dari sebelah kanan.

"Calvin?" Tanya Robert sambil mendekati arah suara itu.

Ternyata dugaaan Robert benar itu Calvin. Namun Calvin sudah terbaring sambil kejang kejang. Mulutnya berbusa. Seperti orang yang kelebihan dosis saat memakai narkoba.

"Calvin!"

"Sejak kapan dia memakai narkoba?" Tanya Vincent

"Apa?! Dia tak pernah memakai narkoba." Kata Robert

"Gejalanya memang benar benar seperti orang yang kelebihan dosis narkoba."

"Bagaimana kau bisa tahu?!"

"Karena aku pernah mengalami nasib buruk saat bersama Marvin. Dia secara tidak sengaja memakai narkoba dengan dosis tinggi."

"Sial!" Robert langsung mencari sesuatu di dalam kotak yang letaknya hanya 5 langkah dari Calvin. Ternyata yang Ia cari adalah sebuah suntikan. Ketika menemukan apa yang Ia cari.

"Vincent, kau saja yang lakukan. Kau berpengalaman bukan?" Tanya Robert panik.

"Tidak, aku tak mau menyentuh itu. Suntik saja di jantungnya. Aku sudah trauma dengan suntikan itu. Kau saja yang melakukannya dia sahabatmu bukan."

Ia langsung menyuntikkannya di jantung Calvin.

Calvin akhirnya bisa kembali seperti semula.

"Jangan pernah memakai narkoba lagi." Ucap Robert

"Aku tak pernah memakai narkoba. Skyfall tiba tiba datang berbulan bulan lalu. Kemudian memaksaku untuk membuat portal. Lalu sekitar beberapa menit yang lalu, Ia tiba tiba datang dan menyuntikkan narkoba dosis tinggi padaku tepat setelah aku selesai membuat portal. Kemudian dia mengambil portal itu dan meninggalkanku." Ucap Calvin

"Portal apa?" Tanya Robert tidak mengerti.

"Portal untuk ke dimensi dimensi lain."