"Halo Tuan Putri, sebuah kehormatan bisa bertemu denganmu."
Suara wanita paruh baya ini memecahkan keheningan diruangan ini, paman Nicholas mendekatinya.
"Apa kabar omma Olla?"
"Kamu tambah kurus."
Paman Nicholas tertawa, Omma Olla mempersilahkan mereka duduk, membuatkan teh hangat dan beberapa roti basah.
Putri heran dengan roti warna warni yang ada didepannya. Ini pertama kalinya dia melihatnya. "Bi? Apa ini bisa dimakan?"
Belum sempat terjawab, Omma Olla menyahuti pertanyaan putri.
"Tentu saja. Ini beda dengan roti yang ada di duniamu. Di sini penuh warna, tidak monoton melulu warna coklat seperti dilangit.
Putri mulai memasukkan roti kemulutnya, membatin rasanya sangat manis. Tidak sehambar di dunianya, sepertinya dia akan betah tinggal di sini kalau membicarakan tentang makanan.
"Aku sepertinya tidak akan lama di sini, Helena. Banyak tugas yang harus kuselesaikan."
Bibi Helena mengangguk, dan memperhatikan penjelasan paman Nicholas yang panjang lebar, sedangkan putri masih sibuk dengan rotinya.
Paman nicholas mengelus rambut putri sebentar, dan plop. Tubuhnya melewati portal lingkaran seperti tadi. Dan menghilang.
Omma Olla kembali dengan 2 helai pakaian. memberikannya pada putri dan bibi Helena.
"Pakailah ini. Pakaian yang cocok untuk usia kalian, baju yang kalian pakai saat ini terlalu mencolok. Aku akan mengajak kalian berkeliling." ucap omma Olla yang sudah bergantai pakaian.
Mereka sudah keluar kembali dengan pakaian yang sederhana, bibi Helena dengan dress corak daun gugur berwarna putih panjangnya sampai lutut dengan lengan yang menutup sampai siku dan putri dengan dress bahan denim selutut tanpa lengan, dengan tambahan sweater yang menutupi lengannya.
"Bagaimana? Pakaian itu terlihat ringan bukan?"
Bibi Helena mengangguk, dulu dia sempat memiliki beberapa pakaian yang berasal dari bumi saat usianya 20 tahunan. Putri membenarkan perkataan omma Olla, badannya tidak merasa berat seperti gaun mewah yang selalu dipakainya setiap hari.
Mereka berada di Negara Belanda, lebih tepatnya kota Amsterdam. Suara bising terdengar dari luar.
Mereka mengikuti omma Olla, mengelilingi butik yang penuh dengan baju. Mungkin omma olla adalah penjahit, batin putri.
Mereka berjalan keluar, menatap orang-orang yang berlalu-lalang. Menatap banyak bangunan yang dihiasi cahaya-cahaya warna-warni.
Mobil omma Olla terparkir disebuah lobi motel. Pemilik motel itu sudah kenal dekat dengannya.
"Masuklah," membuka pintu mobil. Mereka duduk, masih heran dengan apa yang mereka duduki.
Omma Olla melajukan mobilnya keluar dari lobi. Putri pasti tampak bingung dengan sesuatu yang bisa berjalan tanpa sayap, karna dilangit dia hanya melihat orang-orang bepergian dengan burung-burung ataupun kuda terbang.
Jalanan penuh dengan benda yang sama yang mereka duduki, ingin rasanya dia bertanya benda apakah ini? Apa semacam sihir? Apa omma Olla salah satu penyihir?"
Mereka berhenti di depan bangunan besar yang hampir mencakar langit, gedung-gedung mercusuar terlihat lebih kokoh dari istana langitnya. Mereka mengikuti omma Olla yang memasuki salah satu bangunan.
Beberapa orang menyapa, dengan penasaran putri bertanya pada bibi Helena.
"Bibi, kenapa mereka tersenyum pada kita dan memberi hormat? Apa mereka mengenali kita? Mereka mengenalku?"
"Aku akan menjelaskan nanti saat tiba di rumah omma Olla putri." putri terdiam, tidak bertanya lagi.
Ting! Mereka memasuki ruang sempit yang terdiri dari pintu tinggi yang dibatasi minimal 2000 mm, dan lebar pintu dibatasi minimal 700 mm. lebar bukaan pintu lantai diperkirakan lebih lebar dari pintu kereta. Putri menghitung ukuran dengan cepat ruangan lift, dia bisa menghitung tanpa mengukur.
Dunia disini penuh dengan benda ajaib, Batin putri Jessica.
Mereka sampai keruangan yang disebut apartemen. Host of Amstel, apartemen mewah yang berada dipusat kota Amsterdam. Meskipun dekat dengan jalan raya, suara bising tidak terdengar dari ruangan ini. dengan 3 kamar tidur memiliki luas sekitar 85 meter persegi. Lengkap dengan ruang tamu, dapur, dan tempat makan. Omma Olla duduk disofa empuk, menyalakan Ac, dan Tv.
Putri keheranan udara menjadi lebih dingin ditambah dengan layar persegi panjang yang bisa menampilkan gambar bergerak dan suara.
"Di duniamu pasti tidak pernah melihat benda semacam ini, kemarilah. Ada banyak hal yang harus kamu perhatikan, kamu juga Helen, meskipun kamu pernah berteman dengan pribumi."
Mereka mendekat duduk disofa empui disamping omma Olla.
"Lihatlah cahaya putih yang menempel di dinding." jarinya menunjuk lampu.
"Kami menyebutnya lampu, di dunia kalian pasti belum ada listrik, hanya memakai obor untuk menerangi ruangan-ruangan, benda yang kalian naiki tadi adalah mobil, menggunakan teknologi canggih yang menggunakan bahan bakar. Seperti halnya kuda terbang kalian yang selalu diberi makan buah persik ajaib. Itu Adalah TV, teknologi yang bisa menggambarkan seluruh isi bumi bahkan luar angkasa, aku tahu tuan Putri tidak bodoh, dia pasti sangat pandai, dari yang kudengar dia pandai berhitung dan menghafal, keturunan Raja Arthur pastilah orang hebat." jelas omma Olla.
Mereka terdiam, putri menatap omma Olla yang masih menjelaskan sesuatu yang ada diruangan itu, microwave, pemanggang roti, dapur listrik, kulkas, Ac, dan masih banyak hal lain yang dijelaskan satu persatu.
Putri masih ingat buku yang menceritakan peradapan di bumi yang jauh berbeda dengan dunianya, bahasanya yang terkesan kasar, tempat-tempat aneh, benda-benda aneh, dan bentuk rumah yang aneh. Hari ini dia menyaksikannya sendiri.
"Ini kamarmu putri. Maaf belum sempat merapikannya, aku terlalu sibuk di butik tempat kalian bertelepati tadi. Ah iyya.. Tidurlah dengan helen, kamu pasti sangat penasaran dengan banyak hal, ada baju ganti yang tergantung di almari kamar ini, aku mau istirahat. Kita lanjutkan besok, kalau ada perlu apa-apa, tidak perlu membangunkanku. Aku tidak akan dengar."
"Selamat malam putri, Helen."
Menutup pintu, meninggalkan mereka yang berada dikamar dengan ukuran tempat tidur Ukuran 200 cm x 200 cm. Putri selalu menebak meskipun hanya dengan melihatnya.
Dia menghempaskan badannya yang lelah, bibi Helena masih sibuk dengan menatap seluruh sisi ruangan ini.
Lengkap dengan meja hias besar, cermin besar, almari pahatan kayu berwarna coklat, dan beberapa hiasan dinding bergambar bunga sakura.
"Bi, tempat tidur ini lebih empuk 5 kali lipat dari milikku." dia meloncat-loncat kegirangan, dengan wajah riangnya. Bebannya seakan terlupakan.
"Tuan putri terlihat menyukai tempat ini bukan?"
"Aku hanya berusaha menyukai tempat ini, Bi," bantah putri, menyembunyikan wajah senangnya.
"Anda tidak mengantuk? Di bumi sudah lebih lewat tengah malam. Tidurlah, banyak hal yang harus kita pelajari besok pagi."
Putri menurut, dengan badan lelahnya dia mulai mengatur posisi tidur, mematikan lampu dan menyalakan lampu tidur, mengurangi Ac, dia belajar dengan cepat, karna kepintarannya diatas rata-rata. Mulai memejamkan mata, dan hanyut dalam mimpi indahnya malam ini.
Meskipun banyak hal yang dia fikirkan, dia mencoba melupakan sejenak, tidak terlalu mengkhawatirkan dengan dirinya yang masih tidak jelas harus bagaimana.
Hal yang ditakuti sekarang adalah Omma Olla, wanita yang lebih tua dari bibi Helena terlihat sangat lebih tegas dari Ayahnya, Raja Arthur. Baru kali ini dia mendengar seseorang yang berani menyuruh-nyuruh dirinya, kecuali Raja dan Ratu.
Hmmm...apa Omma Olla lebih menakutkan dari Ayahnya??
(Terimakasih yang tetap setia dengan karya ku yang masih sangat amatir ini dan banyak typo, dukungan kalian adalah penyemangatku)