webnovel

383. Kepergian Sang Kakek

Sore itu, matahari tampak keemasan menyinari pekarangan rumah Briella. Suara tawa Jihan dan Ben memenuhi rumah itu.

Ben senang karena ia bisa berkumpul bersama Briella, Jihan, dan Sam. Sebenarnya, ia sudah tidak sedih lagi karena kepergian Liam. Hidup dan mati seseorang sudah ditentukan oleh Tuhan. Jika memang Liam sudah harus dipanggil oleh Tuhan, maka Ben harus merelakannya.

Langit semakin gelap. Jihan dan Sam hendak pulang lebih dulu. Mereka berencana untuk makan malam berdua di luar.

Tiba-tiba, ponsel Briella berbunyi. Ia mengangkat telepon. "Halo, Ma. Aku sedang di rumah seberang kampus. Ada apa, Ma?"

Briella terdiam sambil melebarkan matanya. Wajahnya tampak tegang. Ben langsung menghampirinya.

"Ada apa, El?" tanya Ben.

"Ma, sudah jangan menangis. Nanti sebentar lagi aku akan pergi ke sana. Mama jangan panik. Coba telepon Om Jack untuk menolong Mama. Oke, oke. Aku akan cepat-cepat ke sana."

鎖定章節

在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者