webnovel

THE KILLER BLOODSCARS

Seorang pembunuh handal yang paling ditakuti seluruh dunia dengan sejuta misteri didalam kehidupannya. Arsal Valantino Orlando atau lebih dikenal sebagai Archer Bloodscars after chap 10, you can read the next chapter every friday at 08.00 pm. thank you.

Ralvito · 武侠
分數不夠
27 Chs

27

"Marigold...Oleander... Triteleia.."Ucap Archer pada seorang wanita penjaga toko bernama palsu, Red Spider Lilly.

"Okay.. Disini, tuan.."Ucap Red membawa archer dan mors kedalam sebuah ruangan.

Ketiganya duduk di sofa. Seketika ruangan itu bergerak ke samping. Hampir mirip seperti Lift.

"Lama ga kesini, Kapten.."Ucap Red dengan santainya duduk diatas paha Archer.

Mors dengan acuh, Menggenggam handphone bermain game kesukaannya dengan diam dan tenang. Red dan Archer mengobrol banyak dengan masih di posisi seperti itu. Yaa.. Archer juga tidak masalah, sedangkan Red yang menggilai Archer kesenangan.

Bagi archer, Selama Red bisa profesional ketika membicarakan bisnis. Itu sudah cukup.

Sesampainya pintu terbuka..

Sebuah ruangan dimana didalamnya terdapat ratusan senjata dimulai dari Pisau sampai Bom. Ini adalah bisnis milik archer sebenarnya, hanya saja untung ia mendapatkan Red. Jadi ia tidak perlu susah-susah menjaganya sendirian.

Selain Red, Ada banyak wanita mengerikan di ruangan ini. Mereka yang bertugas membersihkan, merawat, dan melakukan negosiasi dengan pelanggan. Yaa.. Bisa dibilang Red adalah manager mereka semua.

"Gw pergi dulu, Kapten.. Laporan bisnis selama 6 bulannya udah gw kirim ke email lo.."Ucap Red pergi setelah mencium pipi archer. Dengan segera sapu tangan menghapus bekas ciuman itu. Yaa itu sapu tangan archer.

Archer dan Mors langsung memasuki ruangan khusus untuk mereka berdua.

"Kapten.. Mau senjata apa kali ini?"

"Yang baru aja lo eksperimen..Ada?"

Wanita bernama Bia. Dengan samaran Reaper itu merupakan Professor pribadi Archer. Walaupun memang archer tidak perlu hanya saja karena kecerdasan archer dalam membuat segala sesuatu layaknya professor membuat Bia/Reaper itu tertarik dan melamar menjadi professor pribadi Archer.

Reaper meminta asistennya membawakan 2 pistol yang suah dieksperimennya.

"(Smirk) FN Five Seven.. Gw ngubah pelurunya jadi lebih tajam dari biasanya.. trs satu lagi DSR Precision DSR 50 Sniper Rifle.. Gw atur teropongnya lebih kecil tapi lebih tajem..kalibernya gw kecilin jam 0.40.."Jelas Reaper

"Accuracy?"Tanya Archer melihat-lihat DSR 50nya

"(Smirk) 100%"Ucap Reaper mengundang kekehan dari Archer.

Seusainya...

Archer dan Mors dikagetkan oleh berita diserangnya Rumah keluarga Barney oleh sekelompok perampok. Yahh lagipula ini sudah jam 2 pagi. Waktu yang tepat untuk menyelinap ke rumah sebesar itu.

"Mors.. Cari info sedetail-detailnya.."

"Oke"

Archer memandang kosong berita di TV yang menunjukkan kerusakan rumah itu beserta para perampok yang tak tertangkap oleh polisi.

Tingg..

(Panggilan dari John)

"Apa?"

"BANTU SAYA! CARI PENCURI YANG MERAMPOK RUMAH ANAK SAYA SEKARANG!!!"

"..."

"Archer!"

"Gw udah bilang kan? Lo cuma bisa ngasih tugas bukan merintah ke gw.. Semua permintaan lo bisa gw tolak dan terima sesuka gw.. Lo lupa?"

"Kalo gitu, Saya bakalan bayar berapapun yang kamu mau... Asal kamu bisa dapetin mereka.."

"Ck.. Ga tertarik.. Lagian lo kan punya banyak pasukan.."

"SAYA MOHON. SAYA AKAN TURUTIN APAPUN YANG KAMU MAU.."

"Ar!! "Panggil mors di tengah-tengah pembicaraan archer dengan john. Mors meminta archer untuk datang kepadanya. Archer mendekatinya dan terkejut melihat sesuatu disana.

"Kirim drone kesana, Mors.. sekarang!"Perintah archer

"Oke"

"John, Kali ini aja.. Gw terima tugasnya.."

Archer bersiap menyusul ke tempat dimana para pencuri itu berada.

FLASHBACK KEJADIAN PENCURIAN DAN PEMBUNUHAN KELUARGA BARNEY..

Sekitar 15 orang memasuki rumah Barney dengan mudahnya. Yaa pasti karena ada pihak tertentu yang menjamin keamanan mereka ber 15. Dan berhasil membekap semua keluarga Barney termasuk Savierre.

"HAHAHA.. Ga disangka rumah ini gampang buat dimasukin..."

"Kita lagi beruntung, Bos.."

"Ga ada ruginya kita ngikutin dia.."

'Dia..'Batin Vierre

"Diran..Deo.. Udah berhasil?"

"Udah, Yah.."

"Siap-siap ayah juga udah siap.."

"Ayah..Ayah mau ngapain?"

"Tenang sayang.. ayah sama kakak-kakak kamu bakalan coba ngalahin mereka.."

"Tapi mereka bawa pistol sama pisau.."

"Kita bisa, Sav.. Lo tenang aja disini sama bunda.."

"Tapi—"

Alvind dengan cepat bangkit lalu menyerang yang paling besar dengan pisau yang entah sejak kapan ia dapatkan. Dan segera Diran dan Deo menembaki para pencuri yang lain dengan pistol yang juga tidak tau darimana asalnya.

Vierre dan Natha hanya melihat beku bingung ingin membantu apa.

Vierre berhasil mendapat sebuah pisau yang jatuh ke arahnya. Diambilnya pisau itu lalu segera membantu ayah dan kedua kakaknya. Mereka sudah hampir menang.

"Hh.. Selesai.."Gumam diran lelah duduk di lantai dibarengi Deo.

"Kamu ini dibilang srh nunggu malah ikutan.."

"Hihi..Oiya bun—bunda? Bunda??"

"Bentar, Yah.. tadi pencurinya ada berapa?"

Setelah dipikir, mengapa hanya sedikit mayat disini?. Hanya tidak lebih dari 10. Kemana yang lain dan kemana Natha.

Dalam sekejap, asap mengepul masuk ruangan tempat keempatnya berdiri.

"Ayo keluar!!"

Begitu keluar, Terlihat dengan jelas Api melahap seluruh rumah. Keempatnya segera berlari keluar hingga..

"ARGHHH"

"BUNDA.."Gumam keempatnya menahan langkah mereka keluar dari rumah mendengar suara yang dengan jelas ia adalah Natha.

"HAHAHAHAHA Kalian pikir kalian udah menang ha??"

"BUNDAAA!!!"Teriak deo melihat bundanya berada di lantai dua melayang.

Yaa.. melayang. Bunda kesayangan mereka digantung disana. Natha masih mampu membuka mata walau sulit. Tangan dan kakinya terikat sedangkan leher terikat kuat oleh sebuah tali. Yang bisa ia lakukan hanyalah mencoba untuk tetap bernafas.

".....KALIAN..."Ucap Alvind dengan tangan terkepal kuat dan suara rendahnya. Ia berlari menembus api yang sudah menjalar kemana-mana. Tak peduli ada siapa yang menghalanginya, Ia berlari menuju tangga lantai dua. Natha. Dipikirannya hanyalah menolong natha sekarang.

"AYAH!!"Ucap Diran berlari mengikuti jejak Alvind

"DIRAN!! Savie lo disini panggil bantuan.. gw ngejar mereka.. Oke?.. AYAH, DIRAN, BUNDA!!"

Vierre segera keluar meminta pertolongan. Terlihat disana banyak orng bergerombol, beberapa tengah menelfon pemadam kebakaran. Segera vierre mengambil hp seseorang itu dan menelfon polisi juga kakeknya.

"Baik kami akan sampai dalam 10 menit—"

"10 MENIT?!! KELAMAAN!! CEPET SEKARANG JUGA!!"

"AWAS, DEK!!!"Ucap seseorang memeluk vierre hingga jatuh kearah salah satu tiang rumah barney.

Jeritan histeris para warga terdengar. Vierre mencoba menfokuskan matanya.

"Gapapa dek?"

"Gapapa kok.."

"ITU KAN?... TUAN.. TUAN ALVIND..."

Vierre segera menyingkir dari lelaki tadi. Dilihatnya seseorang yang jatuh dari lantai atas sekarang bersimbah darah dimana-mana. Wajah yang setiap hari tersenyum menenangkan itu sudah tidak ada. Itu mayat Alvind Barney, Ayah vierre.

"A..Ayah...ayah...AYAHHHH!!!!!"Teriak Vierre memeluk mayat ayahnya itu dan menangis histeris.

Dengan langkah cepat, Vierre masuk kembali kedalam rumah yang terbakar itu. Menembus api yang berkobar dimana-mana.

Langkahnya kembali terhenti melihat 2 kakak kesayangannya dengan tubuh hancur ada di ruang keluarga yang sekarang sudah hancur lebur.

DUGGG!!!

Pandangan vierre memburam dan gelap.

Beberapa menit kemudian, Vierre membuka mata perlahan. Kini ia berada di dalam mobil. Ia langsung tersadar dan segera bersiap menyergap si pemudi dan temannya disebelah. Namun begitu, Ia hendak mencekek leher si pemudi dengan tali sepatunya...

Tali itu segera ditangkap Sang pemudi.

"Vi? Elu ya? Sialan.. gw kira siapa.."

"Ha?.. Lo.. siapa?"

Mobil di parkirkan di pinggiran jalan. Kemudian Archer berbalik membuka topi serta maskernya dan juga Mors.

"Lho? Kalian? Kalian ikut sekongkol sama pencuri itu iya?!!!"

"Engga lah.. Gw yang nyelametin lo disuruh ama kakek lo tu.."

"Terus pencurinya?? Mana??"

"Dh dibawa polisi tadi.."

"Lo ga bunuh mereka?"

Archer yang awalnya mau menjawab itu terdiam sejenak karena melihat tatapan Vierre berubah. Menurutnya matanya menjadi lebih gelap dari sebelumnya.

"Ga lah.. kita kan Cuma disuruh nangkep bukan ngebunuh"Jawab Mors yang langsung disambut tatapan kesal Archer. Kenapa mors tidak peka sekali. Dan malah dijawab dengan kedikan bahu dari mors. Archer menabok kepalanya sendiri.

"Kenapa(bisik)....Kenapa(bisik).."

"Vi?"ucap archer

"KENAPA KALIAN GA BUNUH MEREKAA?!!!! MEREKA UDAH BUNUH SEMUA KELUARGA GUE!!!! MEREKA HARUS MATI.. MEREKA HARUS MENDERITA!!!"

"baru baru ini sering banget orang teriak depan muka gw.. punya nyawa berapa mereka ya.."Ucap Archer dengan nada yang sangat rendah dan terkesan mengerikan.

Ahh.. ini adalah aura saat pertama kali mors mengenal Archer. Sudah lama tidak merasakannya.

"Mau ke club abis ini?"Ucap Archer dalam sekejap mengubah auranya kembali ke sedia kala.

"Good idea.."Ucap Mors tak mau ambil pusing.

Di kantor polisi..

Para pencuri sekaligus pembunuh itu hanya bisa menunduk dengan gemetaran. Wajah mereka pucat pasi. Polisi sampai curiga apa yang membuat mereka begini. Pasalnya mereka sudah begini dari saat ditangkap di TKP.

John datang.

"Jadi kalian.. Siapa? Siapa yang ngasih kallian perintah ?!!"

"Tuan Harden.."

"Harden? Engga dia udah mati.."

"Sebenarnya kami tidak tahu siapa tuan harden tapi orang-orang ini hanya menjawab seputar itu saja, tuan menteri John.. jadi.. bagaimana?"

"Saya serahkan pada hakim agung.. jika bisa hukum mati mereka.. aku harus menghubungi seseorang.."Ucap John dengan kesal berjalan pergi dari sana.

Mengambil telfon genggamnya mengetik nomor 666.

"Halo, john?"

"Kamu dimana sekarang.. kenapa brisik sekali disana?"

"Club"

"CLUB?!.. (Menghela nafas) Archer jangan becanda dengan ku apa maksudmu soal Harden?"

"Kok gw?"

"JANGAN BERKELAK.. HARDEN ITU KAKEKMU PENDIRI MOT KAN?!! .. Jadi ini rencana kamu? Membunuh keluargaku?!!"

"(bisik) watch your mouth, skeleton.. it's him.. not me.. if i'm hate someone, i'm the killer who kill him not his familly.. Lo Cuma pengganti Zegas gausah banyak gaya.. ga semua orang yang abis bentak gw masih hidup.."

John terdiam.

Walau hanya lewat suara namun kehadiran archer serasa berada dihadapannya. Ya.. membayangkan Archer berdiri dengan badan lebih kecil darinya namun aura nya mengalahkan siapa saja. Senyum mengerikan, tatapan tajam, dan suara dengan tone rendah.

"Dah ya.. gw mulai puyeng.. gw mo balik.."

Telfon dimatikan sepihak.

'Harden ya.. udah ditunggu dari dulu juga baru berani gerak sekarang? Pengecut..'Batin archer

'(Hela nafas) Keknya bakalan ribet ni urusannya'Batin Mors.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sorry for make it so long time. I think my story isn't interesting for anyone so i think i should stop write. But i see u all view this. thank you for you all who still read my story.

See u at the next chapter.