Hingga malam hari, Hanna masih bingung dengan apa yang terjadi tadi siang,
Antara percaya dan tidak percaya dengan apa yang dia lihat dan dengar tentang teman-temannya.
"Tadi itu benar atau salah?" Gumam hatinya, "mungkin aku harus mencari tau, tapi bagaimana?" Ucap Hanna sambil berbaring di tempat tidur dan menatap lampu di atasnya.
Tok.....tok...tok..!!. Suara ketokan pintu rumah Hanna.
Dinda yang sedang duduk di ruang tamu mendengar suara ketokan tersebut, "Siapa yang datang ya..?" batin Dinda, "iya tunggu!" bilangnya sambil berjalan menuju pintu.
Hanna yang sedang berbaring di kasur dan tak mendengar suara dari ketukan pintu tersebut pun tiba-tiba merasa seperti teman-teman berada di sekitarnya, "Teman-teman....?... Kenapa aku tiba-tiba ingat mereka?" ujar Hanna, dan yang berfikir itu hanya lah perasaannya saja, dan dia pun menutup matanya.
Tak lama setelah Hanna menutup matanya, Dinda pun memanggil Hanna. "Hanna...Teman-temanmu datang tuh?" panggil Dinda sambil mengetuk pintu kamar Hanna.
"hah..?, mereka ada di sini?" gumam hatinya, "Hannaa..." panggil Dinda lagi, "ah..i-iya, Kak" saut Hanna.
"Seperti insting yang memberitahuku" gumamnya sambil berjalan keluar dari kamarnya.
Insting dan hati yang peka, penyayang, dan tulus, itulah orang yang sempurna untuk menjadi pemilik dari EncenFilla, dan Hanna adalah orang yang memiliki itu, dan pastinya dialah pemilik dari EncenFilla.
TaraEncen telah memilihnya. jadi insting yang dia rasakan itu adalah kekuatan dari EncenFilla yang berada dalam dirinya. Lalu bagimana dengan teman-temannya?, dan bagimana dengan Leo?.
Hanna pun berjalan menuju ruang tamu, dan dia pun melihat Kayla dan Thira yang sedang duduk di kursi.
"Thira, Kayla, ada apa?" tanya Hanna, "emm...Hanna maaf ya tadi kami meninggalkan kamu" "ga apa-apa kok, Kay, pasti urusan kalian sangat penting kan sampai harus pergi" ujar Hanna, "emm..iya, terimakasih sekali lagi sudah mengerti" kata Kayla.
"Oo iya, Leo dan Sion kemana?" tanya Hanna, "mereka tidak bisa ikut karena mereka ada urusan, tapi mereka juga ingin meminta maaf padamu, Hanna" kata Thira, "kenapa kalian semua ingin meminta maaf padaku?, memangnya apa salah kalian?, semua orang pasti punya urusan kan?, dan aku juga tidak masalah dengan itu" jelas Hanna.
"terimakasih sudah mengerti, Hanna" ujar Kayla.
Hanna pun memeluk kedua sahabatnya itu, "aku akan terus mengerti" kata Hanna.
Kayla dan Thira senang Hanna tidak kecewa dengan mereka, walaupun memang sangat sulit untuk Hanna merasa Kecewa dengan mereka.
"Besok adalah hari Minggu kan?, bagaimana jika kita lari pagi besok?" tanya Thira, "boleh juga, kita juga sudah lama sekali tidak lari pagi" kata Hanna.
"Yasudah, besok kita bertemu di taman, aku akan memberi tahu Sion dan Leo. Dan Hanna, bagaimana jika kita lanjutkan cerita yang ingin kamu buat waktu itu?" ujar Kayla, "boleh juga" kata Hanna, "betul!. Besok aku akan membawa binderku untuk menulis ceritanya" bilang Thira,
"terimakasih teman-teman" ucap Hanna.
Entah kenapa hati Hanna merasa tidak yakin itu akan berjalan dengan lancar, tetapi dia masih percaya dengan sahabatnya.
"Kami pulang dulu yaa, Hanna. Sampai jumpa besok" pamit Kayla, "iya, hati-hati yaa" ujar Hanna sambil berjalan mengantar Kayla dan Thira sampai depan pintu.
"Kami pergi Hanna..." ujar Kayla sambil melambaikan tangannya kepada Hanna, "iya..." saut Hanna dan berjalan masuk sambil menutup pintu.
"Kay, Hanna sudah menutup pintu, bagaimana jika kita langsung berlari saja (lari bagaikan kilat), sudah malam juga ini kan ?" "kamu benar, yasudah ayo! .." kata Kayla sembari berpegangan tangan dengan Thira.
Wuussshh....Mereka langsung berlari dengan cepat, dan tentu saja itu adalah sebuah energi yang akan terasa oleh EncenFilla.
Hanna yang baru saja menutup pintu dan berjalan ke arah kamarnya pun langsung memberhentikan langakahnya, "Hah?...Kenapa aku merasa ada yang aneh?" ujar Hanna, " seperti ada energi yang aneh", Hanna langsng berbalik arah dan membuka pintu. "Kayla, Thira. Cepat sekali mereka pergi" kata Hanna (tengak-tengok), "mungkin hanya perasaanku saja" gumamnya dan kembali masuk.
Kesokan Harinya. Hanna berjalan menuju taman sambil memikirkan apa yang dia lihat kemarin, dan keanehan dalam dirinya.
Selama EncenFilla belum dimiliki oleh seseorang, TaraEncen akan terus bersinar. Tetapi saat EncenFilla sudah dimiliki oleh seseorang, dia akan berhenti bersinar.
Dan sekarang Hanna adalah pemilik dari EncenFilla, dan tentu saja sinar dari TaraEncen sudah mulai meredup. Dan itu tentu saja membuat Della bingung.
"Sinar TaraEncen sudah mulai meredup?, tapi bagaimana bisa?!, bukan kah EncenFilla belum dimiliki?".
Hal itu tentu saja membuat pertanyaan besar untuk para penjaga bumi. Mereka harus mencaritahu tentang hal itu, dan lagi-lagi insting Hanna benar, hari ini tidak akan berjalan dengan lancar.
Leo, Thira dan Kayla sampai lebih dulu dan mereka memutuskan untuk duduk di bawah pohon sembari menunggu Hanna.
"Hufff....pagi-pagi seperti ini sudah panas saja" ujar Leo, "sepertinya matahari makin mendekat" kata Thira, "bukan!, bisa jadi ini adalah energi dari Zora yang hampir sampai ke bumi",
"Leo benar, energi negativnya bisa berpengaruh dengan cuaca di bumi" kata Kayla.
"Leo..!!" panggil Sion sambil berlari kearah Leo, "ada apa Sion?!" tanya Leo, "kita harus berkumul di markas sekarang..!, ada hal yang sangat penting"
"tapi bagaimana dengan Hanna?" tanya Thira, "aku yakin dia bisa mengerti" ujar Leo "ayo pergi", "kamu yakin tidak mau menunggu Hanna dulu, Leo?" "ini lebih penting, Kay" kata Leo dengan muka kakunya itu.
"Tunggu!, sebaiknya aku meninggalkan pesan untuknya" kata Thira sambil mengambil selembar kertas dari binder yang dia bawa, "hah?, analog sekali" ujar Sion.
Thira meletakannya di kusi taman yang menjadi tempat berkumpulnya mereka dengan Hanna. "Baiklah ayo kita pergi" ujar Leo.
"Dasar Leo" cibir Thira,
"Mau bagaimana lagi?, ikuti saja dia" bilang Kayla dan berjalan mengikuti Leo.
Tanpa menemui Hanna terlebih dahulu, mereka hanya meninggalkan pesan untuk Hanna yang berisi permitaan maaf untuk yang kesekian kalinya.
Saat Hanna sampai, dia hanya melihat kertas yang berada di kursi taman.
"Surat apa ini?" tanya Hanna, "apa!, lagi-lagi... mereka seperti ini. Tidak bisa kah mereka menungguku sebentar saja, jika ini adalah sebuah cerita novel ini pasti akan menjadi sangat membosankan dengan konflik seperti ini" ucapnya.
Hanna merasa sudah tidak di pedulikan lagi oleh sahabanya. Dan dia tidak pernah menyangka sebuah ikatan persahabatan bisa pudar hanya karena sebuah kekuatan yang dia bahkan tidak tau tentang itu.
Dia yakin teman-temannya pergi ke tempat yang kemarin dia datangi, Hanna pun memutuskan untuk pergi menuju tempat itu lagi.
"Sudah cukup kalian menyembunyikan ini dariku, jika kalian tidak ingin memberitahuku, aku bisa mencari tau sendiri", kalimat kesal terucap dari bibirnya namun dengan nada yang lembut.
Hanna pergi menuju tempat yang dia datangi kemarin dengan berjalan dan dia merasa aneh, perjalanan sejauh itu bisa dia tepuh dengan hitungan detik. "Aneh sekali, ini terjadi seperti aku pulang dari tempat ini kemarin sore" gumamnya.
Semua yang terjadi sudah terjadi. Hanna mendapatkan EncenFilla bukan lah suatu kebetulan, semesta memang sudah memilihnya untuk melindungi bumi dan semesta tidak mungkin salah.
Semua yang terjadi dan yang akan terjadi sudah di rencanakan, entah itu untuk bumi ataupun untuk penghuni bumi.