webnovel

Bertanya-tanya

Namanya Hanna umurnya 16 tahun, Ia memiliki 4 orang sahabat yang bernama Kayla, Thira, Sion dan Leo. mereka adalah sahabat baik Hanna dan sangat dekat dengannya sampai-sampai tidak ada satu halpun yang Hanna tidak tau tentang mereka tetapi ada satu rahasia yang di miliki oleh sahabat-sahabatnya yang dia tidak tau, yaitu mereka adalah para penjaga bumi.

Mereka tidak ingin memberitahu Hanna karena menurut mereka Hanna tidak ada hubungannya, dan tidak ingin membuatnya memikirikan ini.

Tetapi itu tidak menghalangi persahabatan mereka dengan Hanna, mereka masih bisa bertemu dan bermain bersama Hanna layaknya manusia biasa yang tidak mempunyai tugas penting.

Hari demi hari minggu berganti minggu, waktu terus berjalan dan energi dari kekuatan Zora semakin mendekat, para penjaga bumi harus lebih wasapda dan harus sering berkumpul untuk berjaga.

Begitu juga dengan Kayla, Thira, Sion dan leo, mereka menjadi tidak punya waktu untuk berkumpul dengan Hanna.

Disuatu hari Hanna dan 4 sahabatnya memutuskan untuk bertemu sepulang sekolah.

"Menurut kalian bagaimana jika nanti kita bertemu sepulang sekolah di taman kota?" tanya Hanna,

"Hmm...bisa saja", jawab Kayla dengan ragu, "Tapi bukan kah kita harus berkumpul di markas siang ini?" bisik Thira kepada Kayla, "Itu bisa menunggu, lagi pula tak akan lama", bisik Kayla lagi.

"Yasudah aku akan menunggu kalian di taman nanti siang" ujar Hanna sambil berjalan pulang.

"Kamu yakin Kay?, bagaimana jika kita meninggalkannya lagi nanti?" ujar Leo, "hmmm.....tapi aku tidak tega menolaknya", "hey sudahlah, berharap saja Della memanggil kita sepulang bertemu Hanna, lebih baik kita pulang saja,...dahh", kata Sion sambil melambaikan tangan kirinya dan berjalan mundur.

Dan mereka pun pulang.

Tepat jam 1 siang, mereka pun bertemu sepulang sekolah dengan Hanna yang sdah menunggu di kursi taman.

"hai Hanna, maaf kami membuat kamu menunggu lama" "tidak apa-apa kok Kay, lagi pula aku juga baru sampai" kata Hanna.

"jadi bagaimana sekarang?" tanya Leo, "sebenarnya aku ingin memberitahu kalian tentang cerita yang mau aku buat, tapi aku belum mendapatkan ide untuk cerita itu dan mengenai apa cerita itu. apakah kalian punya ide?"

"bagaimana dengan cerita tentang seorang penjaga bumi?" ujar Sion dengan polosnya,

"menarik juga, itu bisa menjadi cerita fiksi", kata Hanna,

"bukan fiksi tapi nyata", dengan polosnya Sion mengatakan itu dan membuat teman-temannya (Kayla, Thira dan Leo) menatapnya.

"Sion, apa maksudmu?, itu hanya cerita fiksi kan?" bilang Thira sambil menatap Sion dan menaikan alis kirinya dan memiringkan kepalanya ke arah Sion, "yaa... memang, aku hanya bercanda, he..he..he".

Seperti biasa mereka pun berbincang-bincang dengan topik obrolan mereka, dan tak Leo, Sion, Thira dan Kayla harus pergi karena Della memanggil mereka unuk berkumpul.

Della adalah pemimpin dari penjaga bumi ketika dia memanggil para penjaga bumi mereka harus datang karena ada hal yang harus dibicarakan, Della memanggil mereka melalui jam tangan yang mereka pakai.

Dan tak lama setelah jam tangan Sion, Leo, Kayla dan Thira berbunyi, mereka pun harus segera pergi.

"tetapi bagaimana dengan Hanna?" bisik Thira kepada Kayla, dan Kayla hanya diam dengan muka bingung.

"Emm...Hanna", "iya kenapa Kay ?", "Hanna kami minta maaf, tapi kami harus pergi, tapi kami janji kami akan melanjutkan pembicaraan ini besok" ujar Kayla dengan berat hati,

"ooh...yasudah tidak apa-apa kok, lagipula ini tidak terlalu penting" kata Hanna dengan raut wajah yang tak terlihat sedih, dan itu membuat perasaan Kayla dan Thira lebih tenang.

"Terimakasih Hanna, kami pergi yaa..." pamit Kayla, "iya.." saut Hanna.

Mereka pun pergi meninggalkan Hanna sendrian.

"Memangnya ada urusan apa mereka harus pergi?" gumam hatinya sambil berdiri,

Hanna bingung dan sedih, tetapi dia masih tersenyum dengan hati yang tulus.

"Sukurlah Hanna mengerti kita",ujar Thira,"iya" kata Leo sambil berjalan dan melihat ke arah Hanna.

Mereka berjalan dan sampailah di markas para penjaga bumi.

"Kenapa kita tidak teleportasi saja tadi?", tanya Sion, "di taman banyak sekali orang, kemungkinan besar mereka akan melihat kita, lagipula kita juga butuh olahraga kan?", kata Kayla, "sudah-sudah diam!, ayo kita masuk Della sudah menunggu", ujar Thira.

"Maaf kami terlambat Della", kata Leo, "tidak apa-apa, yasudah kita mulai perbincangannya".

"Kekuatan Zora makin mendekati bumi, kita harus waspada dan menyatukan kekuatan, Zora bisa datang kapan saja",

"tapi bagaimana dengan kekuatan EncenFilla yang belum kita punya, Della?",

tanya Leo kepada Della dengan hati penuh harapan untuk menjadi pemilik EncenFilla, tetapi tidak sembarang orang yang bisa memilikinya, hanya orang yang berhati tulus dan memiliki niat yang baik untuk orang banyak, itulah orang yang pantas.

"Kita bisa memilih siapapun yang ada di sini, tak perlu menunggu!",

"tidak bisa Leo, hanya TaraEncen lah yang bisa memilih orang yang tepat untuk pemilik dari EncenFilla itu. Kita tidak bisa memilih semau kita. Jika itu terjadi belum tentu pemilik dari EncenFilla itu bisa menjalani tugasnya sebagai pemimpin dari tim penjaga bumi", jelas Della.

Hati Leo kecewa tapi tak menyerah untuk mendapatkannya (EncenFilla).

"lebih baik sekarag kita berjaga di bagian timur dan barat, buat dua tim dan kita pergi sekarang" printah Della.

Mereka pun pergi menjalankan tugas mereka.

Ke esokan harinya, sesuai dengan janjinya mereka bertemu Hanna lagi di tempat yang sama seperti kemarin, namun tak bisa terlalu lama karena mereka harus berjaga di bagian utara.

Tak lama kemudian Kayla dan Thira datang ,

"Maaf Hanna membuat kamu menunggu lagi", kata kayla,

"Ga apa-apa kok, ooiya kemarin kalian dari mana?" tanya Hanna dengan raut muka yang bingung,

begitu juga dengan Thira dan Kayla yang bingung harus menjawab apa.

"Emm...itu..dari...", tiba-tiba Leo dan Sion datang sehingga Thira tak sempat menjawb pertanyaan dari Hanna.

"Kayla, Thira kita harus pergi sekarang!", kata Leo dengan terburu-buru,

"ada apa Leo?,kenapa kamu terburu-buru?" tanya Hanna,

"emm...kami ada urusan Hanna, maaf kami harus pergi", ujar Leo dengan nada menyebalkannya itu. "Hanna kami pergi dulu yaa....maaf untuk kesekian kalinya", ujar Sion sambil berjalan menarik tangan Thira.

"Hanna kami minta maaf, kami akan menemuimu nanti!", triak Thira.

Dan lagi-lagi mereka meninggalkan Hanna sendirian lagi, Hanna pun sedih karena akhir-akhir ini mereka sering seperti itu, dan bukan hanya sekali dua kalinya.

Akhirnya Hanna berinisiatif untuk mengikuti kemana mereka pergi.

"Maafkan aku teman-teman, tapi aku hanya ingin tau alasan kenapa akhir-akhir ini kalian sering pergi dariku", gumam Hanna dalam hati sambil berjalan mengikuti mereka.

Hanna berjalan mengikuti mereka, hingga sampai lah dia di hutan, "kenapa mereka pergi kedalam hutan seperti ini?, apa yang akan mereka lakukan?", batin Hanna sambil berjalan perlahan.

Sesampainya di hutan Thira, Kayla, Sion dan Leo berhenti di depan batu besar, Hanna pun bingung,

"kenapa mereka berhenti di depan batu besar itu?" gumam Hanna sampil memperhatikan teman-temannya itu.

Hanna tidak tau jika batu itu adalah pintu menuju markas para penjaga bumi, dan tak lama Sion menekan tombol rahasia yang tersembunyi di balik daun-daun di sampingnya, dan pintunya pun terbuka tak lama setelah Sion menekan tombol rahasia itu, Betapa terkejutnya Hanna melihat hal itu.

Setelah pintunya terbuka mereka pun langsung masuk tanpa memperhatikan sekitarnya.

"Hah..a-apa?", Hanna terkejut melihat itu hingga tak bisa berkata-kata, "pintu a-apa i-itu?", gumam Hanna.

"Aku harus mengikuti mereka" ujar Hanna, "t-tapi apa yang berada di dalam sana?, tapi jika mereka kesana maka aku juga harus kesana" batin Hanna memberanikan diri.

Hanna pun berjalan menuju pintu yang di masuki oleh teman-temannya.

Hanna mengikuti apa yang dia lihat, berdiri di depan batu itu dan menekan tombol di baik daun seperti yang di lakukan Sion.

"Kalau aku tidak salah Sion tadi menekan tombol ini" gumam Hanna sambil menekan tombol tersebut.

Grekk....tak lama setelah Hanna menekannya pintu tersebut pun terbuka.

"Baiklah ayo masuk",

Hanna memasuki pintu itu dengan perlahan, setelah Hanna ada di dalamnya pintu itu pun tertutup.

"Pintunya tertutup", batin Hanna, "dan ini bergerak!?" Hanna sedikit tegang.

Dan ternyata pintu itu adalah lift yang membawa Hanna ke ruangan bawah tanah.

"woah!, j-jadi ini adalah lift", Hanna terkejut dan kagum sekaligus bingung, kenapa teman-temannya pergi ke tempat sekeren dan secanggih ini tanpa memberitahunya.

Liftnya pun terus bergerak turun, dan tak lama liftnya pun berhenti dan pintunya pun terbuka.

"Tempat apa ini?", gumamnya sambil berjalan perlahan keluar dari lift tersebut.

Betapa terkejutnya Hanna melihat tempat itu.

"Woahh, tempat apa ini?, tembok yang terbuat dari logam dan lantai yang putuh mengkilat bagai berlian. Woaahh" ,kata Hanna.

"ini seperti ruangan yang terbuat dari berlian, tapi kenapa mereka tidak pernah bilang padaku tentang ini" bilangnya dalam hati sambil berjalan menelusuri tempat itu.

Dia pun mendengar suara dari teman-temannya, dan mengikuti asal dari suara mereka.

"Bukan kah itu suara Leo?" batin Hanna, "sepertinya berasal dari ruangan itu".

Hanan berjalan menuju ruangan yang dia yakini asal dari suara Leo, akhirnya dia pun melihat teman-temannya di sebuah ruangan bersama Della dan Dirga.

"Hah...itu mereka, sedang apa mereka di sana?" gumam Hanna.

Tak sengaja dia mendengar pembicaraan mereka, terutama saat Della membicarakan tentang Zora, panjaga bumi, kekuatan, dan semua yang berhubungan dengan Superhero.

"Saat ini kekuatan dari perisai pelindung bumi sudah mulai lemah, kita harus lebih waspada, karena Zora bisa datang kapan saja untuk menyerang bumi!",

"aku punya idea", gumam Leo dalam hati,

"Della, kita harus membuat tim agar kita bisa menyatukan kekuatan kapan saja, bagaimana menurutmu Della?", usul Leo dengan niatnya untuk membuktikan jika dia lah yang layak untuk memiliki EncelFilla itu.

Harapan Leo untuk menjadi ketua tim adalah salah satu caranya untuk menunjukan dirinya hebat dalam memimpin.

"Kau benar Leo, kita memang harus bersatu, dan kita butuh ketua tim", "menurutmu siapa yang seharusnya menjadi ketua tim, Della?", ujar Leo. "Menurutku, Driga, aku memilih Dirga untuk menjadi ketua tim".

"Baik Della, terima kasih telah memilihku", ujar Dirga.

lagi-lagi rencana Leo meleset, dengan Della yang memutuskan Dirga yang menjadi pemimpin tim.

"Leo, Dirga, Sion, Thira, dan Kayla, pergilah ke bagian utara, dan aku akan menuju ke barat", perintah Della dan mengakhiri pertemuan.

Setelah mereka pergi dengan Dirga sebagai pemimpin tim, Hanna mulai sedikit megerti dan bertanya-tanya pada dirinya sendiri akan apa yang dia dengar dari teman-temannya.

"J-jadi, mereka itu apa?, s-superhero?", gumam Hanna dengan terbata-bata, "Dan k-kak Dirga juga?".

"Kenapa selama ini aku tidak pernah menyadari jika kak Dirga juga ada hubungannya dengan mereka ( sahabat-sahabatnya), sebenarnya ini semua apa?", kata Hanna sambil berdiam diri di balik tembok.

Saat ruangan itu kosong dan para penjaga bumi sudah pergi Hanna pun memasuki ruangan itu.

"Ruangan apa lagi ini ?, jadi mereka selalu pergi ke sini tanpa memberitahu ku", kata Hanna sembari melangkah perlahan di dalam ruangan itu.

Tak lama Hanna pun melihat sebuah berlian yang bersinar terang, yang berada di dalam kotak kaca. "Benda apa itu?",tanya Hanna sambil berjalan mendekatinya, "indah sekali benda ini",ujar Hanna.

Cahaya terang dari TaraEncen seakan menarik kedua tangannya untuk mengambilnya, Hanna memperhatikan itu, dan dia pun berhasil mengambilnya.

"Woaaw...indahnya", ujar Hanna dengan matanya yang sedikit silau karena cahayanya, "t-tunggu kenpa cahayanya bertambah terang?", ujar Hanna, "m-mataku, t-ubuhku , kenapa ini?"

Hanna merasa tubuhnya sangat dingin dan teras beku, seakan berada di tengah gunung salju,

penglihatannya yang semua berwarna putih, dan nafasnya yang sedikit sesak.

"D-dingin!, kenapa ini?", batin Hanna, "seperti ada energi yang masuk kedalam tubuhku".

Hanna tak bisa berbuat apa-apa, hanya diam hingga semua itu mulai membaik, penglihatannya yang kembali normal, dan nafasnya yang lega.

"huft....Kenapa tadi?, tubuhku seakan beku, nafas yang sesak, peglihatanku hilang, dan seperti ada energi yang memasuki tubuhku, apa yang terjadi?", dengan muka pucatnya, dan merasakan tubuhnya kembali normal.

"Be-benda ini !",Hanna baru sadar dengn benda yang dia pegang (TaraEncen).

"Benda ini!.., karena benda ini...", karena merasa ada yang aneh dia langsung meletakan kembali TaraEncen di tempat semula, dan menjauh dari itu karena takut.

"Tunggu...Hah!....mereka datang!",Hanna merasa seperti ada energi yang mendekat, dengan sergap dia langsung berlari keluar dari ruangan itu,

"itu pasti mereka, mereka kembali, aku harus segera pergi dari tempat ini", gumam Hanna sambil berlari keluar dari tempat itu,

"jangan sampai mereka melihatku di sini".

Hanna berlari sekencang mungkin, entah kenapa sedih, kesal, bingung semuanya bercampur dalam hatinya, hingga tanpa dia sadari dia telah berada di depan rumahnya.

"Hah..?, aku sudah sampai rumah?, bukankah tadi aku masih berada di tempat aneh itu?" gumamnya.

"Hannaa..!", teriak Dinda dari depan pintu rumah.

"Kenapa denganmu?, seperti habis melihat hantu saja?", tanya Dinda.

"T-tidak apa-apa kok, Kak", jawab Hanna dengan santainya, "kamu dari mana saja baru pulang sore-sore begini?", tanya Dinda sambil berjalan ke arah Hanna, "da-dari taman" jawab Hanna dengan senyumnya.

"hmm...oo iya Kak, Kakak tau sesuatu tentang Kak Dirga tidak?", tanya Hanna,

"Dirga?, yaa...tentu saja tau, karena dia kan teman Kakak, ada apa memang?",

"Kakak tau tidak dia itu siapa?", "Mahasiswa S1, jurusan Manejemen dan",

"sudah-sudah tak usah di jelaskan lagi", Hanna menyela.

"Emmm...Yasudah, aku masuk dulu ya, Kak".

Hanna pun langsung masuk ke dalam rumah, tanpa menunggu respon dari Dinda, dan sambil bertanya-tanya dalam hatinya.