webnovel

Mau Tidur Selamanya?

Permainan berlanjut ke ronde berikutnya. Kali ini, Yoshi pergi bertiga dengan Yetfa dan Gendra. Mereka bertiga selaku yang paling tenang di antara yang lain sengaja pergi bersama untuk berdiskusi sembari mengerjakan task.

Yetfa mengotak-atik mesin di dekat kabel yang tadi membuat Gendra kesetrum, karena kepintarannya dan kebiasaannya membantu sang ayah membenarkan mesin mobil di rumah, dia sedikit paham tentang permesinan.

Melihat itu Gendra berdecak kagum, Yetfa yang notabenenya masih SMA bisa melakukan hal itu dengan mudah.

"Jadi gimana?" Tanya Yoshi memulai diskusi, duduk selonjor di lantai.

"Pertama, kita harus tau kemana mereka pergi, apa yang mereka lakuin, berapa lama mereka ada di situ, dan kapan mereka datang," jawab Yefta setelah selesai membenarkan mesin yang rusak itu.

"Ada petunjuk?"

Yetfa mengangguk, kemudian mengeluarkan secarik kertas dan meletakkannya dilantai. "Gue nemuin ini di deket pintu ruang diskusi, ada huruf D disini. Siapa yang namanya ada huruf D nya?"

"NalenDra Acacio, Donahue NagenDra, lo, Kak DanaDyaksa, Evano ReinalDo, Pratama RestiDalya, IvanDer Galaksi, Mashiho di bagian ShiDra HanenDra OrlanDo, dan Asahi di bagian IriDescent."

Yetfa pusing, sebagian besar memiliki huruf D, ini sulit. Dia saja belum mengerti maksud dari huruf D ini apa, apakah menuju ke impostor? Atau yang lain?

"Mungkin... tempat lahir?" Duga Gendra ragu-ragu.

"Gue cuma tau dua doang. Pertama Kak Mashiho, dari namanya ada Orlando, itu tandanya dia lahir di Orlando, Amerika serikat. Kedua Galaksi, dia lahir di Denmark."

"Kalau warna cokelat itu artinya apa, Fa?" Tanya Yoshi.

"Cokelat?"

Yoshi menunjuk sudut kertas. "Itu ada cokelat-cokelat disudut kertas."

Yetfa mengambil kertas tersebut, menyipitkan matanya melihat warna cokelat yang tidak seperti cokelat. Dia curiga, lalu dia pun mengendus kertas tersebut. Setelah itu dia terbelalak.

"Ini darah."

•••

Nares menendang dinding keras-keras. Dia kesal, Tama kemana sih? Kenapa dia ditinggal sendiri di sini? Mana dia tidak membawa peta, kalau nyasar bagaimana?

"Tau ah gelap, rebahan dulu ah."

Posisi berbaring ia ambil, masa bodoh kalau di marahi. Jaketnya ia lepas untuk menutup wajahnya, lebih baik tidur daripada jalan-jalan mencari Tama yang entah ada dimana.

Dalam lubuk hatinya dia khawatir, Tama itu adik sepupunya, disini Tama ada di dalam pengawasannya, semoga aja anak itu baik-baik saja.

Nares terlelap ke alam mimpinya. Wajar cepat sekali, di tempatnya berada sangat sepi, tidak ada suara apapun. Disana juga sejuk, karena dia berada di dekat pendingin ruangan dan ventilasi udara.

Awalnya baik-baik saja, tidak ada yang terjadi. Namun beberapa menit kemudian, seseorang yang sedang berjalan-jalan mencari mangsa berhenti begitu melihat orang tidur di lantai.

Setelah diamati, dari pakaiannya dia bisa menebak kalau orang yang sedang tidur itu adalah Nares.

"Bukannya ngerjain tugas malah tidur, gue bikin tidur selamanya mampus lo," gumamnya seraya menghampiri Nares.

"Lo ngapain disana?"

Orang itu terlonjak. Di ujung lorong sana, seseorang berdiri tegak menatapnya tajam.

"Sst, jangan keras-keras!"

"Kenapa?"

"Ada kak Nares lagi tidur."

"Mana?"

"Itu di lantai, pelanin dikit suara lo."

Orang di ujung lorong sana ber-oh ria, lalu menggerakkan kepalanya memberi kode. "Ayo balik, kalau sendirian nanti yang lain curiga."

"Gue belum ngerjain task..." dustanya.

"Ngapain aja lo? Ayo balik, sebentar lagi waktunya habis. Gue curiga korban pertama bakal di umumin sebentar lagi."

TET... TET.. TET...

"Fusena Yoshiro Chenoa [dead]"

Benar saja pengumuman terdengar, menggema di seluruh ruangan.