webnovel

TENTANG RASA SEASON 2

Ini merupakan kelanjutan dari novel TENTANG RASA karya aku terdahulu Ini menceritakan salah seorang putri Max dan Arnetta yang bernama Arabella Netta Smith ... Tetap dukung ya... Semoga kalian suka...

Ms_Azr · 现代言情
分數不夠
52 Chs

MAKAN MALAM YANG PANAS

Sementara Dania terdiam memikirkan cara untuk meminta ijin keluar rumah pada mertuanya. Tapi Bella? batin Dania. Ah, Evan pasti pulang larut seperti kemarin! Apalagi ada masalah di proyek! batin Dania senang.

" Maaf, Pa! Ma! Dania mau minta ijin sebentar!" kata Dania setelah sampai di ruang makan.

" Ada apa, sayang?" tanya mama Evan.

" Dania harus pergi sebentar, karena ada keluarga Dania yang sedang membutuhkan pertolongan!" kata Dania.

" Apakah ada yang serius?" tanya papa Evan.

" Dania harap nggak, Pa! Nanti kalo sudah sampai disana, Dania bakal memberitahu papa sama mama!" kata Dania tersenyum.

" Apa perlu papa antar?" tanya papa Evan.

" Nggak usah,Pa! Sedang ada tamu juga disini!" kata Dania sambal melihat kea rah Max dan Netta.

" Atau mau diantar oleh putra Tante?" tawar Netta.

" Nggak perlu, Tante! Trima kasih! Saya harap saya hanya sebentar saja!" kata Dania.

" Kalau begitu kamu hati-hati, ya, sayang! Kalau memang terlalu malam, telpon saja papa atau mama, biar nanti dijemput!" kata mama Evan.

" Iya, Ma! Dania pergi dulu!" pamit Dania, lalu pergi bersalaman dengan mama dan papa Evan lalu dengan Max dan Netta.

" Permisi! Maaf, Om! Tante! Dania tidak bisa ikut menemani!" kata Dania dengan tersenyum yang seperti dipaksakan.

" Tidak apa-apa, Dania!" sahut Netta.

Lalu Dania pergi meninggalkan mereka dan menuju ke mobilnya. Makan malam dilanjutkan sambal sesekali mereka bercerita saat anak-anak kecil dulu. Bella hanya memakan sedikit makanan yang ada, dia tidak bernafsu sama sekali.

" Tante! Om! Bella ijin ma uke toilet! Dimana, ya?" tanya Bella.

" Ada di belakang, sayang! Tapi sepertinya kamu pakai yang di atas saja! Ada di pojokan!" kata mama Evan.

" Trima kasih, Tante!" jawab Bella.

Bella segera berdiri dan berjalan naik ke lantai 2 rumah Evan. Dia melihat ada sebuah pintu di pojok ruangan. Bella membuka pintu tersebut lalu masuk ke dalamnya. Bella duduk di atas closet untuk membuang air seninya. Setelah selesai dan membersihkan dirinya, dia termenung di dalam kamar mandi tersebut, dia sangat merindukan Evan. Sudah seminggu ini dia tidak bertemu dengan ayah dari calon anaknya. Bella meraih ponsel dari dalam tasnya lalu menyalakannya. Dibukanya aplikasi berwarna hijau dan mencari kontak seseorang. Dia membuka pintu kamar mandi sambal menekan gambar telpon pada layer ponselnya. Dilihatnya tulisan berdering pada layer ponselnya. Lagu You're The Reasonnya Calum Scott terdengar di telinga Bella. Kok, ponsel Edo ada disini? Batin Bella yang mendengar bunyi nada dering ponsel Evan dari luar kamar yang ada di mana dia berhenti. Bella mematikan panggilannya, lalu dia mengulanginya lagi. Tetap saja ponsel itu terdengar dari dalam kamar di depannya. Bella mematikan panggilannya lalu memberanikan diri membuka gagang pintu kamar di depannya itu. Ceklek! Bella melihat ke dalam kamar, sepi! Tidak ada seorangpun di sana. Dia lalu masuk dan menutup pintu kamar tersebut lalu melihat isi kamar. Foto pernikahan Edo dan istrinya! Batin Bella yang merasakan nyeri di relung hatinya. Foto Evan sedang mengecup kening Dania saat mereka menikah. Mereka terlihat begitu Bahagia! Batin Bella lagi.

" Apa kamu merindukanku?" tiba-tiba sebuah tangan memeluk pinggang Bella dari arah belakang. Bella terkejut dan ingin berteriak, tapi saat dia mencium aroma wood dari orang itu, dia tahu jika itu adalah Edo.

" Sangat!" jawab Bella lembut lalu menyandarkan kepalanya ke bahu Evan.

" Aku juga sangat merindukan kalian berdua!" kata Evan mencium leher jenjang Bella.

" Touch me, Do!" pinta Bella. Tanpa menjawab, Evan langsung menyesap leher putih Bella dan meninggalkan jejak disana. Lalu menanggalkan pakaian Wanita itu beserta dalamannya dengan cepat.

" Kamu selalu terlihat cantik dan seksi, sayang!" puji Evan saat menatap tubuh indah Bella yang polos.

" Kamu juga, sayang!" balas Bella yang menarik handuk yang melilit pinggang Evan dan terlihatlah junior Evan yang telah tegak menantang.

" Kita harus cepat, sayang! Atau mereka akan curiga!" kata Evan. Bella seakan tersadar jika mereka sedang ada acara makan malam, segera menganggukkan kepalanya.

" Ahhhh! Dooo!" desahan demi desahan dan juga erangan mengalir dari bibir Bella. Mereka melakukan penyatuan di atas ranjang pengantin Evan dan Dania.

" Kamu harus segera turun, sayang!" ucap Edo setelah menyemburkan cairannya ke Rahim Bella.

" Aku masih mau, Do!" rengek Bella.

" Aku akan ke apartementmu besok pagi!" kata Evan.

" Janji?" tanya Bella manja.

" Iya, babe! Promise!" jawab Evan melumat sejenak bibir seksi Bella, lalu membantu Bella memakai pakaiannya dan memukul pantat padat itu.

" Auch! Papi nakal!" kata Bella cemberut.

" Hahaha! Aku akan menghukummu besok karena membuat bibirmu seperti itu!" kata Evan. Bella menjulurkan lidahnya lalu pergi keluar kamar. Betapa terkejutnya saat dia melihat Malv telah berdiri di ujung tangga paling atas.

" Bel?" sapa Malv.

" Kak…"

" Kenapa kamu di situ?" tanya alv.

" Nggak! Bel abis buang air besar!" jawab Bella berusaha menutupi kegugupannya.

" Apa kamu bertemu Evan?" tanya Malv lagi.

" Evan?...Nggak! Emang dia udah datang?" tanya Bella bohong.

" Iya! Ya, udah! Ayo, turun! Kita mau pamit!" ajak Malv. Bella menganggukkan kepalanya lalu berjalan menggandeng kakaknya. Malv merasa aneh dengan sikap adiknya itu, tapi dia hanya diam saja.

" Evan mana, Bel?" tanya papa Evan.

" Tidak tahu, Om! Bukannya dia belum pulang?" tanya Bella bohong.

" Dia sudah pulang tadi terus pamit mau mandi!" kata papa Evan lagi.

" Tapi Bella nggak ketemu, Om!" jawab Bella.

" Mungkin dia masih mandi!" kata papa Evan.

" Maaf, aku baru selesai!" ucap Evan yang terlihat mendekati ruang tengah.

" Apa semua baik-baik saja?" tanya papa Evan.

" Besok pagi-pagi aku harus ketemu sama pekerja yang tadi membuat masalah, Pa!" kata Evan sambil ekor matanya melirik pada Bella.

" Apa ada masalah di sana?" tanya Bella.

" Iya, Ra! Tapi semua bisa gue atasi! Lo nggak usah khawatir!" kata Evan bersandiwara.

" Kalo gitu besok gue harus ikut, karena ini proyek kita berdua!" kata Bella.

" Apa lo sudah baikan?" tanya Evan pelan.

" Sudah! Gue nggak mau larut sama hal yang nggak penting!" jawab Bella tegas.

" Itu bagus, nak! Masih banyak pengusaha muda yang masih lajang! Apalagi papa kamu memiliki banyak kawan!" kata papa Evan tersenyum.

" Iya, Om!" sahut Bella.

" Atau kawan kakakmu! Pasti banyak juga yang hebat-hebat!" kata papa Evan lagi, membuat hati Evan kesal dan cemburu.

" Aku rencana akan memperkenalkan dia sama temanku, kok, Om!" kata Malv.

" Nah! Itu, bagus!" kata papa Evan. Evan mengepalkan tangannya, jantungnya berdebar tak beraturan. Dia merasa gelisah karena ucapan Malv. Sekali lagi dia tahu siapa kakak Bella itu, dia tidak pernah main-main dengan apa yang telah di katakannya.

" Kalo begitu kami pamit dulu!" kata Max.

" Silahkan, Pak Max! Kami minta maaf bila ada kekurangan dalam hal apapun!" kata papa Evan.

" Kami juga!" jawab Max.

Lalu mereka saling berpamitan dengan bersalaman dan saling berciuman di pipi. Evan meremas tangan Bella saat mereka bersalaman. Bella bisa melihat ada kegelisahan dan aura kecemburuan di wajah ayah dari calon anaknya itu. Bella tertawa geli di dalam hatinya, dia sangat menyukai keadaan Evan yang sekarang ini. Pasti dia semalaman tidak akan bisa tidur! batin Bella.