webnovel

05. Mengambil Yeouiju

"U-uh." Yena meringis.

Lucifer berjongkok dan menekankan jari-jarinya di dagu Yena.

"Aku memberimu kesempatan, memperlakukanmu dengan baik, tapi kau malah melanggar kesepakatan dan malah melarikan diri? Luar biasa!"

Yena tidak berani bicara. Hanya menggigil takut melihat ekspresi dingin Lucifer yang seolah ingin menelannya hidup-hidup.

Melihat gadis itu gemetar takut Lucifer mendengus kasar kemudian bangkit dan keluar.

Yena melihat pinttu dibanting dan terkunci. Habis sudah!

'Mengapa ... ada mahluk semengerikan itu?' Yena beringsut mundur.

"Bukannya selamat aku malah memperburuk keadaan. Mulai sekarang dia pasti akan memperlakukanku lebih buruk." Rasanya Yena ingin menangis. Nasibnya sungguh sial!

Ia melihat ponselnya lagi dan masih belum ada signal.

Seharian itu, seperti yang diduga, Lucifer tidak datang untuk memberinya makan.

Di luar, hari mulai gelap. Yena meringkuk di atas ranjang meratapi nasib dan pergelangan tangannya yang sakit akibat cengkraman Lucifer tadi.

DIsandera oleh ular besar, perut lapar, dan tangan hampir patah, lengkap sudah penderitaannya.

Puk

"Ah!" Yena terkejut ketika sesuatu dilemparkan ke atas ranjang dan mengenai punggungnya. Ia bangun dan melihat Lucifer melingkari tempat tidur setelah melempar sekantung makanan.

"Ini ...." Yena melihat Lucifer yang sudah melingkar nyaman dengan heran. Namun, sesaat kemudian ia tersenyum cerah.

"Terimakasih!" ucapnya. Ia membuka bingkisan itu dan mulai memakan apa yang ada di dalamnya.

Celakanya, saat membuka kaleng minuman tangannya terpeleset dan kaleng soda itu jatuh menimpa kepala Lucifer.

Tuk

"Ssttt!!" Lucifer tersentak dan menjulurkan lidahnya agresif.

"Ma-maaf!" Yena mundur panik dengan sebelah tangan bertindak sebagai tameng, berpikir Lucifer akan menelannya hidup-hidup.

Namun ia hanya mendengar Lucifer mendesis dan suara khas soda yang menguap.

Yena membuka matanya dan melihat kaleng minumannya sudah terbuka, sementara Imoogi itu sudah kembali ke posisinya dengan nyaman.

"Berhetilah berpikir kalau aku akan menelanmu bulat-bulat. Itu hanya membuatku benar-benar ingin menelanmu," ujar Lucifer pelan.

Yena tersenyum canggung dan meminum sodanya.

"Terimakasih. Kamu sudah tidak marah lagi ...?"

"..."

"Aku hampir mengingkari kesepakatan. Kenapa kamu tidak membunuhku?" Yena bertanya penasaran. Utuk ukuran 'monster' dia merasa Lucifer terlalu baik.

"Kau ingin aku membunuhmu?"

"Tidak! Maksudku--"Yena menggeleng cepat.

"Aku sudah akan naik ke langit. Lebih baik aku tidak berbuat sembarangan agar jalanku tidak dipersulit," ucap Lucifer.

Yena manggut-manggut.

"Jadi legenda itu benar? Kamu membutuhkan Yeouiju untuk berubah menjadi naga dan naik ke langit? Bagaimana Jika ... kamu tidak mendapatkan Yeoiju?"

"Maka aku akan menjadi Imoogi selamanya. Yeouiju adalah satu-satunya harapanku," ungkap Lucifer.

"Oh ...." Yena menelan salivanya. Ia tiba-tiba merasa bersalah karena telah menghancurkan Yeouiju milik Lucifer. Satu-satunya 'tiketi untuknya berevolusi telah lenyap. Jika Lucifer tau, entah apa yang akan ia lakukan pada dirinya.

Memikirkan itu Yena jadi kehilangan nafsu makan. Ia menyimpan sisa makanannya kemudian merebahkan diri.

Semalaman ia hampir tidak bisa tidur karena rasa sakit di pergelangan tangan yang menyiksa.

Pada tengah malam Yena melihat Lucifer menjilati pergelangan tangannya yang sakit. Dia pikir ular itu hendak melahapnya diam-diam, tapi rasanya nyaman dan rasa sakitnya perlahan hilang.

'Dia sedang mengobatiku? Harus yah dijilati seperti itu?' Pipi gadis itu sedikit merona. Perlahan ia tertidur lelap.

Esok hari saat terbangun Yena merasakan tangannya sudah tidak sakit lagi. Ajaib sekali!

Lucifer sudah tidak ada. Yena mendapati satu set alat mandi lengkap dengan satu set pakaian baru di atas nakas.

Jika diingat-ingat dirinya memang belum mandi selama beberapa hari.

Lucifer lebih perhatian dari yang ia duga.

Yena mengambil perlengkapan tersebut dan bergegas ke kamar mandi yang ada di kamar itu.

Air dingin mengguyur tubuhnya yang sudah cukup lengket. Tidak membutuhkan waktu lama, Yena keluar dengan pakaian baru dan melihat Lucifer ternyata sudah pulang.

Seperti biasa, pria itu duduk dengan sebuah buku di tangannya. Dua mangkuk jjangmyeon mengepul di sebelahnya.

Melihat Yena sudah keluar Lucifer meletakkan bukunya kemudian menarik kursi untuk Yena.

"Makan," titahnya. Ia sendiri membuka sumpit dan mulai makan.

Yena duduk sembari menatapnya kagum.

"Kamu juga bisa memakan makanan manusia? Aku pikir ular hanya bisa menelan hewan."

"Biasanya iya, tapi memerlukan waktu lama untuk mencerna seekor sapi," ujar Lucifer.

"O-oh? Sapi?" Yena terkejut. Ia hampir melupakan ukuran mengerikan mahluk ini. Menelan beberapa kerbau seharusnya bukan masalah baginya.

"Arion sudah tidak ada. Kita bisa megambil Yeouiju sekarang," kata Lucifer.

Yena yang tengah mengunyah mie hampir tersedak, " Uhuk. Sekarang?"

Gadis itu tiba-tiba tegang. Apa yang harus dia lakukan?

Selesai sarapan, Lucifer benar-benar membawanya keluar untuk mengambil Yeouiju.

"Di mana tempat tinggalmu?" tanya Lucifer.

"Ho-hotel Nine Tree Premier Insadong," ungkap Yena. Sedikit gugup, Lucifer memegang tangannya erat mungkin takut ia akan kabur lagi.

Setelah melewati beberapa persimpangan mereka akhirnya keluar dari area 'kota mati' dan memasuki keramaian Insadong Street.

Yena berpikir keras bagaimana caranya ia melarikan diri.

"Tanganku berkeringat, bisa tolong lepaskan?" pinta Yena.

Lucifer melepas genggamannya. Namu, sebagai gantinya ia mengaitkan sebelah tangannya ke pinggang gadis itu.

Yena memerah jambu. Begini jauh lebih canggung!

Orang-orang yang berlalu lalang di area Insadong hari ini tidak sebanyak biasanya, mungkin karena cuaca sedang mendung. Yena melihat beberapa selebaran orang hilang berisi foto dirinya ditempel di beberapa titik.

Lucif menyadari itu. Ia melepas topinya dan memakaikannya pada Yena.

'Oh? Kamu tidak ingin orang-orang melihatku dan membekukmu?' Yena cemberut. Ia hendak melepaskan topi namun Lucifer menatapnya sengit.

'Paka!' Pria itu melotot.

Yena berdecak sebal. Tangan Lucifer semakin erat saja memeluknya.

Beberapa orang tersenyum saat melihat ke arah mereka. Yena hanya tertawa sedih dalam hatinya.

"Sungguh! Kami tidak sedang pacaran! Apa kalian tidak lihat? Dia sedang menyanderaku! Mana ada pacar yang seposesif ini di dunia?" batin Yena menggerutu.

"Hujan." Lucifer menarik Yena untuk menepi karena rintik hujan tiba-tiba turun. Orang-orang juga mulai berlarian untuk berteduh.

Lucifer dan Yena masuk ke sebuah kedai Buckhon Mandu. Begitu masuk bau pangsit yang baru dikukus memenuhi seisi kedai dan menusuk hidung Yena.

Krukkk

Perutnya berbunyi samar.

'Baru saja makan sudah lapar lagi?' Yena tersenyum kecut.

Lucifer mungkin menyadari ekspresi kelaparan Yena. Ia pergi untuk membeli sepiring pangsit dan memberikannya pada Yena.

"O-oh? Aku masih kenyang. Kita baru saja makan semangkuk jumbo mie tadi." Yena menolak gengsi ketika Lucifer menyodorkan pangsit harum itu ke hadapannya.

Kruuukk

Akan tetapi, perutnya yang tidak tahu malu tidak bisa berbohong. Suara keroncongannya bahkan orang-orang di meja lain dapat mendengarnya dengan jelas.

Yena tersenyum canggung dan malu tidak malu mengambil piring pangsit itu.

"Aku benar-benar masih kenyang kok. Hanya saja cacing di perutku terlalu banyak!" Dengan alasan konyol ia berusaha untuk menyelamatkan sedikit harga dirinya.

Ia menunduk dalam dan mulai makan pangsitnya. Decihan pelan terdengar, Yena mengangkat kepalanya dan melihat sudut-sudut bibir Lucifer terangkat membentuk senyum mengejek yang menawan.