webnovel

Sweet cheating (BL)

Bahasa campur aduk kaya gado-gado pedes manis. Kadang pake bahasa baku kadang juga nggak:) *** Niko menyadari penyimpangan sexualnya ketika masih dini. Dia lebih menyukai laki-laki yang memiliki paras tampan, badan kekar, dan bertubuh tinggi. Tiga tahun, dan selama itu niko masih menyimpan perasaanya untuk calvin. Cowok yang sekarang telah menjadi kekasih sahabatnya itu, ternyata memiliki gender yang sama seperti dirinya. Tak ada yang menyangka bahwa calvin akan merespon perasaan niko, bahkan memilihnya untuk menjadi orang ketiga di hubungan Calvin. Lika-liku di hubungan mereka tak selalu berjalan dengan mulus. Calvin yang terus menutupi hubunganya bersama niko, niko yang selalu berusaha merebut hati calvin sepenuhnya dari keyla. Perjuanganya yang tak tau malu, akankah berakhir begitu saja? Cover is mine by Canva dan Pinterest Cari aku di : @ Maethelwineblx

BL_Missp · LGBT+
分數不夠
61 Chs

Quadraginta novem

[...]

[Ih, sayang! Kamu kemana aja, sih?] tanya Keyla. Meskipun keyla senang karena mendengar sang pujaan. Tetapi, keyla juga merasa khawatir karena beberapa hari ini Calvin tak memberinya kabar. Jadi, wajar saja kalau keyla bertanya.

[...]

[Hum] jawab Keyla dengan nada suara yang sok ngambek. Padahal Keyla begitu cuma sengaja doang, supaya Calvin mau menbujuk Keyla atau sekedar meminta maaf sama keyla. Terkadang cewek memang ribet makanya Calvin jadi nggak suka.

[...]

[Iya, aku tau. Tapi, aku tuh kangen banget, sama Kamu,] kata Keyla dengan suara lirihnya yang pelan.

[...]

[Iya, deh iya. Aku lagi mau pergi ke kondangan sama kak keysia. Nanti siang baru berangkat ke kampus,]

[...]

[Iya, sayang]

Habis menelfon Calvin, Keyla langsung mematikan sambungan telfonnya dan menutup ponselnya. Keyla kembali menaruh ponselnya itu ke dalam tote bag. Kemudian keyla beralih melihat kakaknya yang sudah siap dengan helm full facenya.

"Udah?" tanya Keysia.

Sementara, keyla? Dia hanya mengangguk. Terlihat dari raut wajah Keyla yang tampak kusut serta di tekuk sehabis mengangkat telfon dari Sang pacar.

Entah, mengapa Keyla begitu kesal! karena Calvin yang selalu saja sibuk dan tak pernah memberinya kabar. Rasanya Keyla ingin berkata kasar di hadapan wajah Calvin, dan mengatakannya," Butuh perhatian!" mungkin itu saja, meski unek-uneknya yang tak akan cukup membuat hatinya menjadi lega. Keyla membersut, memasang wajah masam. Dia ingin sekali marah, ingin sekali. Selalu saja banyak pertanyaan yang menjejal pikiranya kini."Mengapa, sekarang Calvin, seperti tidak punya waktu luang untuknya?" Alasan kalsik yang selalu Keyla dengar dari jawaban Calvin.

Calvin selalu menjawab bahwa, ia di sibukkan dengan dunia pekerjaan bisnis Papanya. Iya. Keyla juga tau tapi, apa Calvin pernah berpikir, untuk memberinya kabar walau hanya sekedar pesan singkat ? tak masalah kok.

Dulu saja sesibuk apapun Calvin, Calvin selalu bisa menyempatkan dirinya untuk memberi kabar, meskipun saat itu dia sedang sibuk. Kalau sekarang? Jangan tanya deh, bahkan terkadang Keyla tidak pernah di chating selama seminggu. Membuat Keyla yang awalnya percaya, menjadi nething tentang Calvin. Apa, iya? Calvin sudah punya yang lain?

Keyla segera memasangkan perekat helmnya yang berbentuk bogo, kemudian naik di atas motor dan duduk di belakang Keysia. Sumpah demi apapun sekarang Keyla Badmood, Keyla lagi malas untuk membahas tentang Calvin. Lebih baik sekarang Keyla tidak perlu memikirkanya dulu. Toh, mungkin saja Calvin memang sedang sibuk.

Tapi, tetap saja tak menutupi hatinya bahwa keyla masih merasa sangat kesal dengan kekasihnya itu.

^^^

Ini bukan ruangan, bukan juga taman tapi, melihatnya saja sudah membuat Niko tak berhenti memandang. Ia kembali berdecak karena merasa takjub dengan sekitarnya yang begitu indah untuk pandang. Entah, ini tempat apa. Niko juga tidak tau, tapi yang pasti Niko menyukainya.

Niko celingukan menyusuri tempat yang menurutnya itu cantik. Ia tampak seperti orang bodoh dengan senyumnya yang tak luput dari wajahnya. Bibirnya mengembang dengan lebar, lalu bola matanya yang ikut berbinar dan membulat dengan sempurna.

"Jangan-jangan, gue udah di surga??" kata Niko yang sedikit ngelantur.

Niko tak berhentinya memandang tempat itu, sampai di mana ia mendengar suara yang sangat di kenalnya itu, tampak memanggil nama Niko. Suaranya cukup keras bahkan membuat Niko tersentak, ia mengalihkan perhatianya ke arah suara tersebut.

"Calvin!"

Niko masih berdiri sembari menatap Calvin yang lagi berusaha mendekatinya itu. Niko mendadak bingung, ia mengerutkan keningna sewaktu ia melihat Calvin yang semakin lama semakin menjauh. Padahal, Niko tidak bergerak sama sekali, Niko hanya diam mematung dan masih menatap Calvin.

"Niko, niko tunggu!" panggil Calvin.

Calvin berlari mengejar Niko, kakinya seperti berjalan di atas treadmill yang tak berujung.

"Sayang jangan pergi!" teriak Calvin.

Calvin yang masih berusaha buat mengejar Niko. Bahkan sekarang Niko semakin sulit untuk di gapai. Walaupun sedari tadi Niko hanya berdiam diri saja. Tapi, sepertinya jarak mereka benar-benar membentang jauh.

"Sayangg," panggilnya.

Calvin langsung mengulurkan tangannya ke arah Niko, supaya Niko mau memegang tangannya Calvin.

"Niko, jangan pergi!" kata Calvin sekali lagi.

"Niko!" teriak Calvin yang langsung membuat Niko tersadar.

"Calvin," batin Niko.

Niko mulai tersadar sama lamunanya sendiri. Sedari tadi Niko hanya menganggap bahwa itu hanya ilus. Tetapi, sebenarnya itu adalah nyata. Niko ikut mengulurkan tangannya ke arah Calvin yang hampir saja mendekat.

"Calvin," panggil Niko pelan.

"Iya, sayang ini aku. Raih tangan aku sayang," kata Calvin yang semakin mendekatkan jemarinya untuk menjangkau Niko.

"Calvinn!!" Calvin langsung menarik tangan Niko dan membawanya masuk ke dalam dekapan Calvin, ia tak mengijinkan Kekasihnya itu lepas dari dalam pelukannya. Niko yang berada di dalam pelukanya hanya diam saja sembari ikut mengeratkan tangannya yang melingkar apik di pinggang Calvin. Dia memejamkan matanya, Niko merasakan sebuah gerakan lembut yang tampak mengelus rambutnya lalu beralih mengecup keningnya.

Calvin merenggangkan pelukannya membuat mereka sama-sama saling menatap.

"Jangan pergi," lirih Calvin.

Calvin kembali memeluknya, bahkan ia lebih kuat dari sebelumnya.

Niko mulai merasa nyaman ketika di peluk sebegitunya sama Calvin, terasa hangat ketika Calvin merengkuhnya dan mendekapnya dengan sangat erat. Niko juga dapat mencium aroma parfum milik Calvin yang membuatnya tak ingin pergi jauh dari Calvin.

"Calvin," panggil Niko pelan.

Mendengar suara Niko membuatnya beralih lalu merenggangkan kembali tangannya yang merengkuh pinggang Niko, dia mulai menatap Niko sambil mengecup bibirnya hangat.

Mata Niko sesekali mengerjap sewaktu Calvin tiba-tiba saja mengecupnya. Sikap Calvin tak sama dengan beberapa hari lalu, Calvin tak dingin, perlakuanya kembali melembut dan tidak kasar lagi terhadap Niko. Calvin, yang Niko tau, orangnya memang lembut bahkan memperlakukan Niko sangat baik.

"Apa, sayang?" balas Calvin.

Bibir Niko tersenyum ketika ia mendengar suara Calvin. Tapi, senyumnya yang melebar itu kembali memudar saat bayang-bayang Calvin yang memarahinya dan mencuekinya seharian itu kembali terbayang dalam pikiranya. Kepalanya kembali merasakan sakit dan pusing, Niko melepas tangannya yang memegang lengan Calvin, tangan itu beralih menyentuh kepalanya.

"Niko, niko kamu kenapa sayang?" tanya Calvin khawatir.

"Kepala aku sakit," lirihnya. Ingatanya tentang Calvin semakin menggerogoti pikiranya, Niko

Memekik kesakitan sampai membuat Calvin menjadi bingung sendiri. Apa, yang harus dia lakukan?

[Gak usah pegang-pegang!]

[Gak usah ganggu bisa!]

[Kamu egois!]

Masih banyak lagi bayangan hitam yang terlintas dan menjejal pikiranya. Perkataan itu teringat jelas di dalam ingatan Niko.

"Akh—,"

"Kepala Niko sakit hiks…"

"Niko, sayang hei… kamu kenapa?" Calvin terkejut karena Niko tiba-tiba menangis, Calvin langsung memegang lengan Niko dengan lembut.

"Jangan nangis" kata Calvin berusaha menenangkan Niko yang terus saja mengerih.

"Hei, sayangku tenang. Aku jadi bingung kalau kamu gini, maafin aku sayang," Calvin mulai mengelus rambut Niko meski Niko masih saja tersedu karena kepalanya merasa sakit.

"Calvin,"

"Calvin, kepala aku sakit…"

"Calvinn hiks…"

"Nikooo,"

"Sayangggg, heii sayanggg"

"Sayang kamu kenapa? Niko…"

Suara Calvin mendengung jelas di telinga Niko, Niko membuka matanya lebar, air matanya sudah deras mengalir, jantungnya berpacu sangat cepat. Niko mengedarkan pandanganya ke setiap sudut ruangan, nggak salah lagi. Dia berada di kamarnya sendiri, kemudian Niko berbalik menoleh ke samping dan mendapati Calvin yang sedang menatapnya dengan risau, terlihat dari sorot mata Calvin yang menandakan bahwa ia khawatir.

"Niko, kamu udah bangun sayang? Aku seneng banget."

"Hei, Kenapa kamu nangis?"

"Nik—,"

Niko yang melihat Calvin itu, spontan memeluknya dengan sangat erat. Calvin sedikit terkejut tapi Calvin juga ikut membalas pelukan Niko, sementara Niko kembali terisak, dia menjadi takut kehilangan Calvin, apalagi harus mendengar suara Calvin yang begitu tajam dan kasar.

Calvin mendengar suara isakan Niko, mendadak bingung. Apa yang terjadi dengan little babynya? Apa Calvin membuatnya bersedih?

"Nik—,"

"Calvin, jangan tinggalin N-niko hiks… maafin aku, Calvin jangan pergi ya, jangan pergi pleasee" Niko semakin terisak di dalam pelukan Calvin.

Calvin yang tidak mengerti, hanya mendengarkanya saja sembari mengelus pelan pundak Niko.

"Sayang,"

"Calvin, aku mohon jangan pergi," Niko selalu saja mengatakan itu. Bibir Calvin tersenyum, siapa sih yang mau pergi? Nggak ada yang mau, apalagi meninggalkan Niko? Itu bukan keinginan Calvin.

Calvin nggak pernah berniat buat meninggalkan kekasihnya itu, meskipun Calvin tau Niko hanya orang kedua di dalam hubunganya dengan Keyla. Tapi, tak tau mengapa Calvin begitu menyayanginya.

"Aku gak pergi sayang," jawab Calvin.

"Jangan pergi…"

"Iya, libyku sayang. Aku, nggak akan pergi. Hustt… jangan menangis lagi ya," Calvin merenggangkan pelukanya, dia menatap wajah sendu Niko yang sangat di rindunya itu. Sudah lama sekali Calvin tidak mendengar suara manja dari Niko, ini baru pertama kalinya semenjak kejadian di seminggu lalu.

"B-eneran?" Suara Niko terdengar pelan tapi masih dapat di dengar. Calvin mengangguk pasti untuk meyakinkan Niko membuat bibirnya tertarik. Namun, pemuda itu kembali terisak, menitik deras melewati bagian pipi cembungnya.

"Kamu boong hum…"

"Gak sayang. Apa, aku pernah berbohong? Meskipun kamu membohongiku, aku tetap menyayangimu Niko. Aku, hampir gila karena kamu sakit. Aku menyesal, maaf…" Calvin mulai mengusap rintikan air mata yang turun dari pelupuk matanya Niko, Calvin beralih mengecup keningnya, pipi, kemudian yang terakhir bibir. Calvin mengecupnya sekilas walaupun sebenarnya dua pingin hal yang lebih.

Calvin kembali menatap Niko, ia menangkup wajah Niko membuat Niko ikut menatapnya. " Niko, aku kangen…" katanya dengan suara parau.

"Jangan nangis," kata Calvin lagi.

Niko mengangguk pelan, ada lima menit mereka sama-sama terdiam dan saling memandang satu sama lain, tak ada satu pun dari keduanya yang membuka suara. Sampai akhirnya Calvin mulai mengatakan sesuatu keinginanya.

"Aku boleh cium?"

Niko terdiam, entah sudah berapa lama Calvin tak menciumnya. Tapi, Niko juga merasakan hal yang sama seperti Calvin. Niko mengangguk kecil membuat bibir Calvin tersenyum bahagia. Calvin memiringkan kepalanya, bibirnya kini telah menempel dengan sempurna di bibir Niko. Niko terhenyak, ia menyipit matanya dan melihat bibir Calvin yang tak ada pergerakan sama sekali..

Tetapi, sesaat bibir mereka yang awalnya cuma menempel, sekarang malah berganti dengan gesekan-gesekan ringan. Membuat singa di dalam diri Calvin yang tadinya melunak, kini menjadi terbangun dan mengeras. Ah, sial! Calvin tak bisa menahannya lagi.

Calvin mulai mencium bibir Niko. Manis, itu yang Calvin rasakan setelah sekian lama tak berinteraksi dengan kekasihnya itu. Tanpa Calvin sadari, bahwa ia sudah melumat bibir Niko, Menggodanya. Kelembutan dan rasa manis dari bibir pemuda itu membuat Calvin ingin mencecap lebih banyak lagi seakan Calvin ingin menghabiskan semuanya hari ini. Kalau di bilang, ini bukanlah pertama kali Calvin mencium Niko tapi, sudah banyak kali. Mungkin kalau di hitung? Tak akan terhitung jumlahnya.

Sementara, Niko hanya terdiam ia tak memberontak. Dia membiarkan bibir Calvin yang meliar seakan tidak peduli bahwa Niko baru saja terbangun dari tidur panjangnya. Bukan tidak peduli tetapi Keinginan Calvin lebih besar, bahkan saat ini Calvin tak bisa mengontrol dirinya sendiri.