webnovel

47. Bertemu Marvin bagian-2

"Apa anda yang bernama Marvin?" tanya Daffa kembali.

"Iya perkenalkan Tuan, saya Marvin lalu apa anda yang bernama Tuan Marvin?" tanya Marvin juga.

"Iya Benar nama saya Daffa Mahendra senang bisa berkenalan dengan Tuan Marvin," sapa Daffa setelah menyambut uluran tangan Marvin, tapi Daffa seperti mencari sesuatu, dan Marvin mengerti itu.

"Meisya tidak ikut Tuan karena saya tidak mengatakan padanya kalau kita akan bertemu di tempat ini," sahut Marvin yang membuat Daffa bersedih, dan tidak berbeda jauh dari Daffa, Meisya yang ada dibalik dinding kaca sudah menangis dari sejak pertama kali dia berhasil menatap suaminya.

Meisya teringat dengan permainannya terakhir kali dengan sang suami yang memang sangat berkesan baginya.

"Kenapa sekarang Hubby terlihat lebih kurus dari biasanya? Bagaimana aku bisa tenang melepaskanmu kalau begini caranya?" tanya Meisya yang dia sudah tahu jawabannya.

"Apa aku yang terlalu berharap kalau istriku akan berubah setelah dia tahu jika aku datang mencarinya? Aku tidak boleh menyerah, dan juga harus tetap terus berusaha agar istriku bisa luluh," gumam Daffa.

"Jangan sedih Tuan, aku yakin suatu saat nanti kalian pasti akan tetap bersama asal Tuan memiliki alasan kuat yang bisa membuatnya percaya dengan semua kata-kata anda lagi." ungkap Marvin.

"Terima kasih Tuan Marvin, tapi apa aku bisa meminta sesuatu pada anda?" tanya Daffa dengan penuh harap.

"Panggil Marvin saja rasanya agak aneh kalau kau memanggilku dengan sebutan Tuan, sedangkan Meisya selalu memanggilku Marvin saja." jawab Marvin.

"Apa kalian sudah mengenal cukup lama? Dari yang aku dengar caramu bicara kalian terlihat sangat akrab sekali," ucap Daffa.

"Iya, kami saling kenal dari sejak kecil, dan dia juga sudah aku anggap sebagai saudaraku sendiri jadi, apapun akan aku lakukan untuk kebahagiaannya," sahut Marvin.

"Marvin apa aku bicara serius denganmu? Aku ingin kau percaya padaku, dan mendengarkan semua yang aku katakan," ucap Daffa yang mulai mengungkapkan keinginannya.

"Baiklah akan aku dengar, tapi kau sama sekali tidak bisa membohongiku karena tanpa sepengetahuanmu aku sudah menyelidiki semua tentangmu," ungkap Marvin, tapi Daffa hanya tersenyum saja menanggapinya.

Daffa pun akhirnya mengungkapkan apa yang mengganjal di hatinya selama ini bahkan tidak seorangpun yang bisa Daffa percaya untuk menerima curahan hatinya, tapi entah karena apa Daffa percaya dengan Marvin, dan mau mengatakan padanya.

Di balik kaca Meisya sangat penasaran dengan pembicaraan sang suami, dan sahabatnya, tapi tetap saja tidak ada yang bisa dia lakukan selain hanya memandanginya saja.

"Apa sih yang dibicarakan oleh Marvin, dan Hubby? Aku penasaran sekali dengan pembicaraan mereka, tapi sudahlah percayakan saja karena tidak mungkin mereka berdua mengatur siasat untuk menjebakku," ungkap Meisya sambil terus tersenyum menatap suaminya.

"Aku ingin menagih janjimu dengan mengatakan jika kau mau memberi tahukanku tentang Meisya, atau kalau kau berkenan aku ingin melihat wajahnya walauun hanya sebentar saja," pinta Daffa dengan penuh harap.

"Baiklah, tapi aku pinta kau dengarkan penjelasanku sampai aku selesai bicara," sahut Marvin.

"Tentu saja aku berjanji akan menuruti semua keinginanmu asal aku bisa melihatnya walaupun hanya sebentar saja," ucap Daffa dengan lirih matanya sudah berkaca-kaca karena sudah tidak sabar ingin bertemu dengan sang istri.

"Daffa, kau jangan bergerak, atau pun menoleh ke arah manapun karena tepat di depan kau duduk sekarang ada istrimu yang sedang menatapmu." Daffa tertegun mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Marvin bahkan matanya sampai dipenuhi dengan air mata hingga ketika dia berkedip saja maka tumpah sudah air mata itu.

"Kau jangan coba-coba menipuku Marvin karena aku sama sekali tidak mempercayaimu sama sekali," sahut Daffa yang mencoba mengalihkan rasa hatinya agar tidak mudah mempercayai Marvin.

"Siapkan mentalmu sekarang Daffa, tetapi sebelum aku menunjukkan sesuatu padamu kau harus berjanji untuk tidak mendekati, atau pun mencari keberadaannya dimanapun dia berada," tegas Marvin.

"Baiklah aku berjanji asalkan kau mau mengijinkan aku melihatnya." Marvin mengangguk tanda dia mengijinkannya.

"Daffa lihatlah kaca yang ada di hadapanmu itu dengan baik-baik karena sebentar lagi kau akan bisa menatapnya, tapi kau tidak bisa memanggilnya sebab dia tidak akan bisa mendengar yang kau ucapkan itu." Daffa mengangguk tanpa mengalihkan pandangan matanya dari kaca besar yang ada dihadapannya.

Kaca yang awalnya gelap secara perlahan kini berubah menjadi sosok cantik yang menyerupai sang istri. Daffa mengucek-ucek matanya takut jika yang dilihatnya itu bukanlah sang istri, tetapi hanya imajinasinya lagi. Berulang kali dia mengulangi hal yang sama namun, tetap saja bayangan sang istri tetap ada di kaca itu bahkan bayangan itu menangis tersedu-sedu.

"Itu bukanlah halusinasimu Daffa, tetapi yang kau lihat sekarang memanglah istrimu hanya saja kalian dia tidak tahu jika sekarang kau bisa menatapnya dengan jelas. Meisya hanya tahu jika hanya dia yang bisa menatapmu, tapi kau tidak, dan ingat dengan janjimu Daffa jika kau tidak akan menghampiri, ataupun mencari keberadaannya," jelas Marvin sehingga membuat Daffa tak kuasa lagi menahan air matanya yang sudah mau tumpah sejak dia mendengar jika sahabat sang istri mau mempertemukan mereka walauun secara tidak langsung.

"Marvin, aku sama sekali tidak pernah membohongi siapapun, dan kali ini juga aku tidak berbohong padamu jika aku hanya mencintainya bahkan aku tidak bisa hidup tanpanya. Terima kasih Marvin karena kau telah mengijinkan aku untuk melihatnya, dan aku percayakan dia padamu, tapi kau harus berjanji jika akan mengembalikan dia padaku suatu saat nanti," pinta Daffa.

"Iya aku percaya dengan semua yang telah kau katakan padaku sebelumnya makanya aku mengijinkanmu melihatnya, tapi ingat dengan semua perjanjian kita jika kau tidak mau aku memisahkanmu dengan istrimu itu. Aku bisa mempertemukanmu tanpa diketahui oleh Meisya itu artinya aku juga bisa membuat kau tidak bisa bertemu lagi sampai kapanpun dengan istri, dan anakmu kelak," ancam Marvin yang mencoba mengingatkan Daffa.

"Aku berjanji Marvin," sahut Daffa.

"Sayang, aku mencintaimu, dan sampai kapanpun jiwa ragaku hanya milikmu, dan tidak akan aku biarkan orang lain menyentuh bahkan memilikinya walaupun hanya numpang lewat saja ," ucap Daffa dengan diiringi dengan gerakan tangannya, dan seakan mengerti dengan yang diucapkan oleh Daffa, Meisya tambah menangis dengan keras dia bahkan menangis dengan sesunggukan.

"Apa dia mengerti dengan yang kau ucapkan Daffa? Kenapa dia menangis seperti itu? Seolah-olah dia mengerti dengan semua yang kau ucapkan, dan itu artinya percuma saja kalau aku membuat dinding kaca jika kalian bisa bicara lewat isyarat," ucap Marvin.

"Apa kau tahu Marvin? Apa yang aku lakukan padanya setiap kali sebelum tidur?" tanya Daffa yang tidak mengalihkan pandangan matanya dari sang istri.