"Terima kasih atas sarannya tuan Roy, tapi saya bisa mengatasi masalah saya sendiri dan saya tidak butuh bantuan dari tuan, sebaiknya tuan urusi saja istri tua suamiku yang sebentar lagi akan pergi meninggalkan kota ini." ketus Jeslin yang membuat Roy murka.
"Ohh ternyata ini tujuanmu sebenarnya apa kau bahagia karena tujuanmu sudah berhasil memisahkan tuan Daffa dengan istrinya? tapi kau jangan senang dulu karena kebahagiaannmu hanya bersifat sementara saja dan suatu saat nanti semua kejahatanmu itu akan terbongkar dengan sendirinya ingat itu baik-baik." ancam Roy kemudian dia pergi meninggalkan rumah itu dengan sangat kesal.
"Aaaaaa ... dasar asisten kurang ajar berani sekali dia mengancamku, kau akan terima akibatnya karena berani mengancamku." umpat Jeslin, kemudian dia menutup pintu dengan sangat keras.
Jegaaar
Di villa keluarga Mahendra.
"Bunda, bunda, mas Daffa kenapa masih belum pulang juga? padahal hari sudah larut malam, lalu kenapa perasaan Mei sangat tidak nyaman dan gelisah bunda? seperti akan terjadi sesuatu bunda, tetapi Mei tidak tahu apa itu? bunda, Mei minta tolong cari mas Daffa." desak Meisya ketika dia melihat bundanya masih menonton televisi di ruang keluarga dengan ayah Tama.
"Sabar nak tadi ayah sudah menelepon Daffa dan katanya suamimu itu sedang dalam perjalanan menuju ke villa." jawab ayah Tama sambil menoleh ke arah menantunya itu.
"Benarkah ayah kalau mas Daffa sudah dalam perjalanan ke villa!" tanya Meisya meyakinkan diri lagi, tetapi ketika ayah Tama mau menjawab pertanyaan menantunya itu putranya Daffa sudah datang.
"Benar sayang, Hubby sudah ada di sini sekarang, kenapa belum tidur sayang bukankah hari sudah semakin larut?" tanya Daffa setelah menjawab pertanyaan istrinya, dia mendekati sang istri dan langsung memeluknya.
"Nggak bisa tidur sayang, Mei kepikiran sama Hubby terus dan takut terjadi sesuatu dengan Hubby, lagian perasaan Mei juga tidak tenang sekali." sahut Meisya yang membalas pelukan suaminya dan menciumi aroma tubuh sang suami.
"Sekarang sayang tidur dulu ya, karena Hubby mau bicara dengan ayah dan bunda, ayo sayang, Hubby temani bukankah sayangnya Hubby ini tidak bisa tidur kalau tidak memeluk suaminya!" ucap Daffa yang langsung memeluk dan menggendong istrinya.
"Bunda, ayah, Meisya istirahat dulu ya, selamat malam bunda dan selamat malam ayah." ucap Meisya kemudian dia menyembunyikan wajahnya didada sang suami.
"Daffa mau menidurkan istriku dulu bunda, ayah nanti Daffa akan jelaskan semuanya." ijin Daffa yang melangkah menuju kamarnya, sedangkan ayah dan bundanya hanya mengangguk saja lalu kembali melanjutkan menonton televisi.
"Sayang, apa yang mau Hubby bicarakan dengan ayah dan bunda? kenapa Mei tidak boleh tahu? apa Hubby merahasiakan sesuatu dengan Mei?" tanya Meisya yang mulai curiga, setelah sang suami membaringkannya di tempat tidur.
"Hubby akan menceritakan padamu sayang, tetapi sekarang sudah larut malam dan wanita hamil tidak boleh tidur terlalu larut, bukankah sayang tidak mau terjadi sesuatu dengan baby kita." sahut Daffa yang memeluk istrinya, dia membuka kancing bajunya lalu membiarkan sang istri menghirup aroma tubuhnya sampai tertidur lelap.
"Aku takut sekali kehilanganmu sayang, aku yakin kau akan minta berpisah setelah mengetahui kalau aku telah menikahi wanita itu, dan aku juga sangat mengkhawatirkanmu." gumam Daffa yang mencium kepala istrinya lalu dia berusaha melepaskan pelukan istrinya tetapi sang istri tambah kuat memeluknya lagi.
"Sayang jangan tinggalkan aku." gumam Meisya dalam tidurnya.
"Sayang seharusnya Hubby yang takut kehilanganmu, karena kau pasti yang akan pergi meninggalkan Hubby sendiri, sekarang sayang tidur yang nyenyak ya karena Hubby mau menemui ayah dan bunda dulu." ucap Daffa yang kembali memeluk istrinya lebih erat, kemudian dia mencium kening istrinya sekilas lalu pergi menemui kedua orang tuanya yang masih menunggu di ruang keluarga.
"Maaf ayah, bunda, Daffa lama." terang Daffa yang duduk di sofa depan ayah dan bundanya.
"Langsung saja Daffa, apa yang kau lakukan seharian ini di luar? tentunya selain ke kantor." tanya ayah Tama to the point.
"Setelah keluar dari rumah pagi tadi Daffa langsung pergi menemui orang tua Jeslin, Daffa bertanya kenapa dia sampai mengancam kalian berdua? tapi tetap saja mereka mau Daffa menikahi anaknya dan akhirnya Daffa memutuskan melakukan perjanjian pernikahan kontrak dengannya ayah." terang Daffa yang menggantung kalimatnya.
"Lalu apa yang terjadi selanjutnya? apa dia dan ayahnya menerima atau bahkan menolakmu?" tanya ayah Tama lagi agar putranya melanjutkan penjelasannya.
"Ayahnya menolak, tetapi Jeslin menerima perjanjian itu ayah lalu tanpa ditunda lagi Daffa sudah menikah siri dengan Jeslin di rumah Daffa yang jauh dari villa ini. Daffa minta maaf kalau tidak memberi tahu ayah dulu tentang keputusan yang telah Daffa ambil ini dan Daffa harap ayah bisa mengerti kenapa Daffa melakukannya." beber Daffa, tapi tanpa mereka sadari ada yang mendengar pembicaraan antara Daffa, ayah Tama dan bunda Felicia, bahkan Meisya sampai menjatuhkan gelas yang digenggamnya karena terlalu syok .
Prang
"Sayang, apa ada yang terluka? kenapa sudah bangun? ayo sayang kita tidur lagi." tanya Daffa yang berjalan mendekati istrinya, tapi dengan cepat Meisya mencegah suaminya mendekat.
"Stop ... jangan mendekat dan cukup berdiri disitu saja aku nggak mau Hubby menyentuhku sedikitpun aku maunya sama bunda aja." teriak Meisya sambil menangis tersedu-sedu, sedangkan bunda Felicia yang melihat kondisi menantunya yang sedang kacau dengan cepat mendekat dan memeluknya.
"Bunda ada di sini sayang sudah jangan menangis lagi, ayo tidur dengan bunda saja." ajak bunda Felicia yang menuntun tangan menantunya untuk berjalan ke arah kamar, tapi Meisya malah menolaknya.
"Mei sudah mendengar semuanya bunda, jadi bunda, ayah dan Hubby tidak perlu merahasiakan ini lagi dariku. Hubby sudah tahu bukan keputusan Mei sebelumnya dan karena sekarang Hubby sudah menikah dengan wanita itu, maka aku ucapkan selamat menempuh hidup baru, tapi jangan lupa Meisya minta ceraikan Mei sekarang juga." tegas Meisya, kemudian dia melepaskan pelukan bunda Felicia lalu berlari masuk ke dalam kamarnya.
Daffa yang mendengar ucapan istrinya syok bukan main, karena dia tidak menyangka kalau sang istri akan meminta cerai darinya, kemudian Daffa mengejar Meisya yang sudah masuk ke dalam kamarnya, tetapi ketika Daffa mau membuka pintu kamarnya tidak bisa karena telah terkunci dari dalam.
"Sayang buka pintunya dan dengarkan Hubby bicara dulu, sayang sungguh Hubby tidak bermaksud membohongimu, tetapi keadaan yang memaksa Hubby melakukannya." jelas Daffa, tetapi sepertinya sang istri tidak mau peduli dan mendengar lagi penjelasan dari suaminya.
"Daffa, kau pergilah menemui ayahmu biarlah Meisya, bunda yang akan menjaganya dan bunda harap dengan cara kau telah mengambil keputusan untuk menikahi wanita itu sudah membuktikan kalau kau sudah siap dengan kemungkinan terburuknya." terang bunda Felicia.
"Baiklah bunda, Daffa akan mengikuti semua yang bunda katakan dan Daffa juga percayakan Meisya pada bunda." ucap Daffa, kenudian dia meninggalkan kamar itu dengan sangat sedih.