webnovel

Bab 2

Sinar mentari yang menerobos sela-sela dedaunan dari ranting pohon tercetak jelas di wajah Hyunjin. Semilir angin menyejukkan pagi. Setiap orang menjalankan aktivitas masing-masing dengan semangat baru. Cuaca cerah mampu menaikkan mood semua insan di dunia.

"Ah, benar-benar cuaca yang bagus," ucap Hyunjin saat dirinya keluar dari bus. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan.

Jarak dari rumah ke sekolah tidak terlalu jauh. Hanya butuh waktu sekitar kurang lebih dua puluh menit dengan bus. Tanpa sadar, Hyunjin berdiri menghalangi pintu keluar-masuk bus.

BRUKKK!

Seseorang tiba-tiba saja menabraknya dari belakang. Jika kakinya tidak refleks menumpu beban tubuhnya, Hyunjin pasti akan langsung terjerembap ke depan.

"Aishh...yaakkk!!!" semprot garis itu. Ia melihat orang itu menghentikan langkahnya dan berdiri memunggunginya. Hingga beberapa detik kemudian ia berbalik.

Seketika napas Hyunjin tercekat.

'Aishh.. kenapa harus dia?' batinnya.

"Kenapa?" tanya orang itu datar. Terlampau datar hingga tak terlihat kalau ia merasa bersalah karena sudah menabrak seorang gadis.

"A-apa maksudmu men—"

"Kau menghalangi jalan semua orang." Ucapan orang itu sukses memotong perkataan Hyunjin. Tapi jika dipikir-pikir lagi, orang itu memang ada benarnya. Sedari tadi gadis itu hanya diam di depan pintu bus sementara di belakangnya banyak orang yang hendak keluar. Benar-benar bodoh.

Gadis itu hanya mengerucutkan bibirnya kesal dan langsung pergi mendahului orang itu.

Orang itu hanya menaikkan sebelah alisnya, cuek. Kemudian kembali melanjutkan langkahnya.

"Hei Min Yoongi! Tunggu aku!" seru seseorang di belakangnya. Dengan malas ia pun berbalik. Ia melihat seorang pria tengah berlari menghampirinya.

"Wah, sejak kapan seorang Min Yoongi naik bus?" cibir lelaki yang tubuhnya jauh lebih tinggi seraya merangkul bahu Yoongi namun tangannya dengan cepat ditepis dengan kasar.

"Motorku disita Appa. Aish, benar-benar menyebalkan," keluh Yoongi. Orang yang berjalan di sampingnya itu kemudian tertawa.

"Apa yang kau tertawakan?!"

"Haha. Karena pulang malam? Yakk.. sudah kubilang kau tidak perlu ikut kami ke bar. Appamu akan mengamuk. Dan sekarang terbukti kan?" Ucap orang itu masih dengan tawanya.

"Diamlah, Kim Namjoon!"

***

01.09 pm

Suasana kelas seketika gaduh saat guru mata pelajaran absen karena ada kepentingan. Beberapa diantara mereka ada yang membaca buku, mengerjakan tugas, atau bahkan sekedar mengbrol. Bahkan juga ada yang tengah tertidur pulas di meja. Padahal guru tersebut telah memberikan tugas kepada mereka, dan harus segera dikumpulkan saat pulang sekolah. Tapi biasalah, tradisi anak jaman sekarang.

'Satu untuk semua'

Satu orang yang mengerjakan, semuanya wajib mendapat contekan. Benar-benar.

"Yakk kerjakan tugas milikku. Nanti pulang sekolah aku akan mentraktirmu," ucap seseorang menghampiri Hyunjin. Gadis itu menghentikan aktivitasnya yang sedari tadi tengah sibuk mengerjakan tugas. Kemudian ia mendongakan kepalanya.

"Apa kau tidak lihat kalau aku sedang mengerjakan tugasku? Suruh saja yang lain," jawab gadis itu dingin lalu kembali berkutat pada bukunya. Meladeni siswa tukang mencontek sama sekali tidak penting dan hanya akan membuang-buang waktu.

"Aku tidak mau. Semua murid pintar sedang sibuk. Mereka sangat membosankan. Berpura-pura tuli." 

"Aku tidak mau." Hyunjin bergeming. Ia tidak akan dengan mudah menyerahkan bukunya. 

"Kau kan murid yang pintar. Ayolah, aku akan mentraktirmu," bujuk lelaki yang bernama Jung Hoseok, yang merupakan salah satu teman berandalan Yoongi. Baiklah, di sekolah ini memang ada murid berandalan lainnya selain Yoongi. Atau mungkin lebih tepatnya, di sekolah ini terdapat sebuah geng berandalan yang diketuai oleh Min Yoongi. 

"Aku tidak mau. Diamlah! Aku jadi susah berkonsentrasi."

Tidak tinggal diam, Hoseok mengambil buku Hyunjin dari atas meja. Dan meletakan buku miliknya di hadapan gadis itu.

"Apa yang kau lakukan?!"

"Kerjakan yang itu dulu. Setelah itu, kau boleh mengerjakan milikmu."

"Kembalikan buku milikku, Jung Hoseok!" Hyunjin berusaha merebut kembali bukunya namun Hoseok dengan mudah mengangkatnya tinggi.

"Kenapa kau begitu cerewet? Kau tinggal mengerjakan milikku. Apa susahnya?"

"Kau--"

"Diamlah, telingaku pengang mendengar suara kalian," timpal seseorang yang tengah sibuk membaca komik. Kedua kakinya diletakkan diatas meja layaknya seorang raja. Mereka berdua menoleh.

"Yoongi, aku hanya meminta bantuan kepadanya. Tapi dia terus-terusan meneriakiku. Kau pikir telingaku juga tidak pengang?" 

"Apa kau bilang? Meminta bantuan apanya, heh?! Dari tadi kau hanya memintaku mengerjakan tugas milikmu. Kau pikir aku apa? Pembantumu?!" protes Hyunjin. 

"Kau minta saja pada yang lain. Aku tidak ingin melakukan operasi telinga di usiaku yang masih muda." Yoongi menguap, lalu membuka halaman komiknya. 

"Ah, baiklah." Hoseok pun segera meninggalkan meja Hyunjin dan pergi menuju meja yang lain.

"Hei, bukankah Ahn ssaem melarangmu membawa komik? Kenapa kau masih membawanya?"

"Bukan urusanmu." Kedua mata Yoongi masih memandang lurus pada komik yang ada di tangannya. 

"Yakk! Apa kau ingin dihukum lagi?" 

"Urus saja urusanmu sendiri."

"Astaga. Benar-benar! Kenapa bisa ada makhluk sepertimu di sekolah ini? Dasar!"

"Apa kau bisa diam?! Kau berisik sekali! Benar-benar mengganggu." Yoongi menatap gadis itu sebal. Kemudian ia beranjak dari tempatnya dan pergi keluar kelas.

Sementara itu, Hoseok diam-diam mencontek tugas milik Hyunjin tanpa sepengetahuan gadis itu. Benar-benar murid cerdas.

***

07.20 PM

"Lusa nanti Ibu akan pergi ke Jepang." Seorang wanita paruh baya berujar sembari menata makanan diatas meja. Ia melihat puterinya tengah menatapnya sembari mengerucutkan bibirnya.

"Benarkah? Untuk apa?" tanya putrinya malas. 

"Perusahaan Eomma akan bekerjasama dengan sebuah perusahaan design ternama di Jepang. Pemiliknya orang Korea, tapi eomma harus menghadiri sebuah acara disana. Dan ini tidak bisa diwakilkan. Bekerja di dunia design terkadang membuatnya harus meninggalkan puterinya seorang diri di Korea.

"Lalu bagaimana denganku?"

"Kau akan Eomma titipkan ke salah satu anak teman eomma. Eomma tidak bisa membiarkanmu terus-menerus sendirian di rumah."

"Apa? Ah, tidak! Aku tidak mau!" 

"Hyunjin-ah. Eomma takut terjadi sesuatu padamu. Hanya lima hari saja." Nyonya Cho menatap putrinya. Ia tahu Hyunjin bukanlah tipikal anak yang mudah menurut begitu saja. 

"Aish, arasseo. Asalkan anak teman Eomma tidak membosankan, aku tidak akan keberatan."

Mendengar itu, sang ibu tersenyum padanya. "Percayalah, dia sama sekali tidak membosankan. Dan kalau tidak salah dia juga satu sekolah denganmu."

"Benarkah? Wahh, aku jadi penasaran. Kuharap dia benar-benar tidak membosankan," cibir Hyunjin. Ia menyalakan layar ponselnya dan membalas pesan dari Minji. 

"Kalian pasti akan mudah akrab. Eomma tidak akan terlalu khawatir. Setidaknya ada yang bisa menjagamu. Nah, Sekarang makanlah. Kau pasti sudah lapar."

***

"A-APA?!! Aku tidak mau!"

Suasana di ruang makan kediaman Min mendadak gaduh saat sang putra-Min Yoongi, menolak permintaan kedua orang tuanya.

"Yoongi-ah, ayolah. Hanya lima hari. Tidak akan lebih." Ibunya berusaha membujuk. 

"Aku tidak mau, Eomma. Bukankah dia seorang perempuan? Apa kalian tidak salah membuat keputusan?! Pikirkan lagi!" Yoongi membuang napas kasar dan meletakkan peralatan makannya.

"Eomma percaya kau bisa menjaganya. Gadis itu sudah tidak memiliki ayah. Hanya ibunya yang bekerja keras dikeluarganya."

"Tapi-"

"Lima hari bukan waktu yang lama, Yoongi-ah. Eomma sudah berteman dengan ibunya sejak SMP. Hanya Eomma yang benar-benar bisa dipercaya olehnya."

"Aish, kalian sama saja. Aku tetap tidak mau!" tolak Yoongi mentah-mentah.

"Min Yoongi, gadis itu juga yang akan mengawasimu selama kami pergi. Dan jangan membuat masalah selama kami tak ada." Tuan Min berujar dengan tegas.

"Baiklah, baiklah. Terserah kalian saja," jawab Yoongi seadanya. Mau tidak mau ia harus menerima permintaan kedua orang tuanya. Dan di samping itu, ia juga terlalu malas berdebat dengan kedua orang tuanya.

'Tinggal serumah bersama seorang gadis? Cihh.. yang benar saja. Aku bahkan tidak mengenalnya sama sekali," batinnya.

"Kapan kalian berangkat?" tanya Yoongi sembari menyuapkan nasi ke mulutnya.

"Lusa." 

Yoongi teredak mendengar jawaban sang ayah. "M-mwo? Secepat itu?"

"Hm. Dan kuharap kau benar-benar tidak membuat gadis itu kesulitan."

"Oh, iya. Kudengar gadis itu juga satu sekolah denganmu," sambung ibunya.

"Benarkah?"

Nyonya Min mengangguk. "Jadi kupikir, kalian pasti akan mudah akrab. Atau mungkin kalian memang saling kenal." Ia tersenyum.

Kedua alis Yoongi saling bertaut. Gadis itu satu sekolah dengannya? 

- TBC