03.30 PM
"Hoaaamm. ... "
Gadis bersurai panjang itu tidak henti-hentinya menguap. Ia begitu malas memperhatikan penjelasan Shin ssaem di depan sana. Dilihatnya dengan malas Shin ssaem yang tengah berbicara panjang lebar tentang sejarah Korea.
'Benar-benar membosankan,' batinnya.
Kemudian gadis itu melipat kedua tangannya diatas meja dan menenggelamkan kepalanya di sana. Namun baru saja ia memejamkan matanya, seseorang yang duduk di belakangnya mendorong-dorong kursinya pelan.
"Yakk Cho Hyunjin. Ireona! Shin ssaem melihat kemari," ucapnya.
"Diamlah Minji-ah. Aku benar-benar mengantuk," ucap Hyunjin tanpa berniat mengubah posisinya. Sementara teman yang duduk di belakangnya itu kini tengah ketakutan menatap Shin ssaem yang kini mulai berjalan kearah mereka.
"H-Hyunjin-ah..."
"Hei kau!" seru Shin ssaem tiba-tiba. Hal itu sontak membuat beberapa siswa terlonjak kaget termasuk Hyunjin. Gadis itu langsung duduk tegap begitu mendengar suara Shin ssaem. Ia buru-buru menutupi wajahnya dengan buku, berpura-pura serius belajar sembari sesekali mengintip pergerakan guru sejarahnya yang semakin mendekatinya.
"Yakk! Apa kau tidak dengar!" Bentak Shin ssaem. Ia mempercepat langkahnya. Dengan cepat Hyunjin menurunkan bukunya dan menunduk sembari memejamkan matanya erat.
"M-mianhae! Aku tidak akan—"
"Bangun kau, Min Yoongi!!"
M-Min Yoongi?
Seketika Hyunjin langsung membuka kedua matanya dan ia melihat Shin ssaem berjalan melewati mejanya menuju meja yang berada di belakang. Di sana terlihat seseorang yang tengah tertidur pulas. Dan dapat dipastikan kalau itu memang Min Yoongi, berandalan yang ada di sekolah.
Dengan santainya pria itu bangun dari posisinya dan menguap tepat di depan Shin ssaem. Melihat itu Shin ssaem membelalakkan matanya tidak percaya. Bagaimana bisa ada murid yang dengan gamblangnya menguap di depan gurunya? Benar-benar berandalan.
"KELUAR DARI KELAS SEKARANG JUGA!!!" teriak Shin ssaem.
"Arasseo. Aish, kau tidak perlu berteriak," ucap Yoongi sembari mengusap-usap telinganya lalu beranjak dari kursinya dan berjalan ke arah pintu. Sesekali ia kembali menguap. Shin ssaem melotot tidak percaya. Kenapa ada murid seperti itu di sekolahnya?
Beberapa siswa terkekeh pelan melihat adegan barusan. Mereka sudah terbiasa dengan sikap Yoongi yang seperti itu.
"APA YANG KALIAN TERTAWAKAN?!" bentak Shin ssaem. Seketika suasana kelas langsung hening. Ia berjalan ke depan kelas dan segera melanjutkan materi yang tadi sempat tertunda.
Hyunjin berdecak. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan kelakuan anak itu. Apa dia tidak lelah mendengar ocehan guru?
"Namja aneh," gumamnya. Rasa kantuknya mendadak hilang. Dengan terpaksa ia kembali berkutat dengan buku sejarahnya.
***
Begitu bel pulang sekolah berbunyi, semua siswa segera membereskan bukunya dan menaruhnya di tas. Setelah Seonsaengnim meninggalkan kelas, suasana kelas mendadak gaduh.
"Kajja!" ajak Minji sembari menghampiri Hyunjin yang tengah sibuk memasukkan bukunya. Begitu ia selesai, mereka langsung keluar kelas.
"Yakk ... kudengar hari ini Seokjin Sunbae memiliki pacar baru," ucap Minji.
"Benarkah? Lantas bagaimana dengan Lee Ah Jung? Bukankah mereka baru berpacaran satu minggu?" Hyunjin menatap Minji tidak percaya.
"Kudengar dia mencampakkannya. Dan siang tadi kulihat dia tengah menggandeng seorang siswi kelas sepuluh."
"Wahh ... benar-benar playboy. Kuakui wajahnya memang tampan. Tapi sayang sekali ia dilahirkan dengan sifat brengsek seperti itu."
Siapa yang tidak kenal Kim Seokjin? Laki-laki playboy di sekolahnya yang hobi bergonta-ganti pacar. Namun ketenarannya masih tidak sebanding dengan Min Yoongi. Si berandal itu.
"Aku jadi kasihan pada wanita yang pernah men—"
BRUKKK!
"Awwhh ... "
Ucapan Hyunjin terpotong saat dirinya tanpa sengaja menabrak seseorang. Ia hampir saja terjatuh jika Minji tidak menahannya.
"Aishh ... gunakan matamu dengan benar!" omel orang itu.
Kedua mata Hyunjin membulat. Min Yoongi?!
"Apa?! Koridor masih luas! Seenaknya saja menyalahkanku. Lagi pula aku tidak sengaja!" balas Hyunjin.
Tanpa menggubris ocehan gadis itu, Yoongi berjalan melewatinya begitu saja.
"Apa-apaan dia?! Dia bahkan tidak meminta maaf padaku!" ucap Hyunjin kesal.
"Hentikan. Yoongi bisa mendengarnya. Kau tidak ingin terlibat masalah dengannya kan?" Minji berusaha menarik temannya itu menuju gerbang.
"Benar-benar menyebalkan!"
***
"Aku pulang ... " Hyunjin langsung melepas sepatu saat memasuki rumahnya. Ia mendengar ibunya tengah berbicara dengan seseorang di ruang TV. Begitu ia pergi ke sana, ia melihat seorang wanita paruh baya yang sepertinya umurnya tidak jauh berbeda dengan ibunya.
"Ah, kau sudah pulang. Kenalkan, ini teman Ibu," ucap Nyonya Cho.
"Anyeonghaseyo," sapa Hyunjin sopan seraya membungkukkan badannya. Dilihatnya wanita itu tersenyum.
"Dia putrimu? Wah, kau cantik sekali," ucapnya.
Hyunjin tersennyum tipis. "Terima kasih."
"Ah, kalau begitu aku harus pulang. Putraku juga pasti sekarang sudah menunggu." Wanita itu beranjak dari posisinya. Hyunjin dan ibunya mengantar sampai ke pintu utama, sampai akhirnya wanita itu menaiki sebuah mobil dan pergi.
"Aku tidak pernah melihatnya," ucap Hyunjin.
"Dia sibuk dengan pekerjaannya, jadi dia jarang ke sini."
"Lantas untuk apa dia kesini?"
"Bukan dia yang sengaja ke sini, tapi Ibu yang menyuruhnya. Ada yang perlu dibicarakan."
Putrinya hanya mengangguk pelan.
"Sebaiknya kau membersihkan dirimu, Ibu akan menyiapkan makan malam."
"Arasseo."
***
08.54 PM
"Dari mana saja kau?" Seorang pria paruh baya bertanya saat melihat putranya memasuki rumah. Bukannya menjawab, lelaki itu justru menaiki anak tangga menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
"MIN YOONGI!!" teriak sang ayah. Namun Yoongi tidak menggubrisnya sama sekali.
"Sebenarnya apa yang ada di kepalanya itu? Apa dia benar-benar ingin jadi berandalan?!"
"Apa dia baru baru pulang?" tanya sang istri yang duduk tidak jauh darinya. Suaminya hanya membuang napasnya kasar.
"Bagaimana bisa siswa SMA hampir setiap hari pulang larut? Apa yang dilakukannya? Beberapa hari lagi kita harus pergi ke Jepang. Bagaimana aku bisa pergi jika kelakuannya seperti itu?"
"Tenanglah, dia pasti akan baik-baik saja."
"Lalu bagaimana jika dia menimbulkan banyak masalah selagi kita pergi?"
"Aku sudah memiliki cara agar ia tidak menimbulkan masalah apa pun," ucap sang istri.
"Cara?"
Istrinya menganggukkan kepala dengan seulas seringaian tipis yang tercetak di bibirnya.
- TBC